|9| QOTD

5.5K 332 16
                                    

Sudah lebih dari setengah jam Alvira menunggu Alvaro datang. Suasana cafe di salah satu mall di Jakarta mulai ramai. Hari memang semakin sore, banyak anak SMA dan pekerja yang menyempatkan refresh otak terlebih dulu di sini.

Tak heran jika Alvira satu-satunya yang sendiri, terpaksa harus menahan kesal saat ditatap intens oleh yang lain. Gadis itu pun memutuskan untuk mengalihkan pandangan pada suasana luar yang terlihat di kaca sampingnya duduk.

Ooh tidak, di mana mentari berada? Bukan senja yang tercipta namun kumpulan awan kelabu. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, Alvira membantah pikirannya sendiri. Mendung bukan berarti hujan, dekat belum tentu jadian. Aduh, seperti hubungannya dengan Alvaro, ya.

Drttt....

Ponsel di samping matcha latte yang teduh bergetar, gadis itu menyapu layar ponselnya.

Alvaro :
Al, bntr ya
Macet parah

Tak ada niatan untuk membalas, sebenarnya ini salah dirinya. Tak sabar dan lebih memilih duluan, padahal Alvaro izin rapat futsal kurang lebih 15 menit-an saja.

Kini ia menyesap perlahan matcha latte miliknya yang masih sedikit hangat. Minuman favorite-nya sepanjang masa, mengubah badmood menjadi goodmood hanya karena tanaman tencha yang ditumbuk ini.

Efeknya seperti nikotin tersendiri baginya, membuat candu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Efeknya seperti nikotin tersendiri baginya, membuat candu.
Beruntung sudah ada matcha instan di pasaran, lebih hemat dan praktis dibuat di rumah.

Jika membicarakan yang berkaitan dengan Jepang, rasanya lucu sendiri dengan Alvaro tempo hari. Masih ingat tidak? Perihal roti Jepang yang lelaki itu pikir Dorayaki.

"Ish ngakak, dasar cowok. Pftt...." Alvira menahan tawanya agar tidak pecah, kan bahaya jika dikira tak waras ketawa sendiri oleh orang-orang di sekitarnya. Sial, tawanya tak kuasa ditahan alhasil gadis itu menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangan di atas meja.

Tiba-tiba saja ia merasa ada seseorang yang mendekat, yakin Alvaro ia mendongak. Bibirnya terkatup rapat, salah besar. Bukan Alvaro namun orang asing yang mulai menjatuhkan bokong di hadaapnnya.

"Boleh duduk sini, kan?" tanya perempuan itu, Alvira hanya menjawab dengan anggukan.

Perempuan memakai kemeja putih dengan rok span hitam tersebut mengulurkan tangannya, senyumnya merekah. "Tasya, salam kenal."

Alvira tersenyum canggung dan menjabat uluran tangan Tasya, "Alvira, salken juga."

Setelah perekenalan sangat singkat mereka, tak ada lagi yang bersuara. Masing-masing berkutat dengan kegiatannya. Tasya fokus pada laptopnya, sedangkan Alvira kembali melihat pemandangan luar.

Alvaro tak kunjung menunjukkan batang hidungnya, menciptakan dengusan kesal dari mulut Alvira. Hari semakin larut ia janji pada Farah--ibunya untuk sampai rumah pukul 17.00 WIB. Bagaimana ini? Sekarang saja sudah 17.05. Bisa kena semprot nanti.

Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang