Rahma :
Al
P
P
Woi
Izinin gue
Surat nyusul
Kepepet nihAlvaro mengernyitkan dahinya bingung, mengapa dari sekian banyak murid di kelas dirinyalah yang dititipkan amanah. Namun berkat keluasan hati Alvaro, ia akan menyampaikannya pada sekretaris kelas. Lagipula Rahma kan sahabat gebe--ups.
Kringgg
Bel masuk berbunyi dengan nyaring memekakan telinga, semua siswa berbondong-bondong ke depan kelas untuk mengambil Al-Quran yang telah disediakan. Setiap Jumat memang dilaksanakn Tadarus dan kebaktian pagi di SMA Wijaya.
"Lang, ambilin sekalian, dong!" pinta Alvaro kepada Gilang yang hendak bangkit.
Gilang hanya bisa memutar bola matanya malas dan melenggang ke depan. Semenjak saling memafkan, Alvaro dan Gilang duduk satu meja. Tepatnya di barisan paling belakang, pojok kiri, strategis sekali untuk menidurkan diri saat KBM.
"Nih," ucap Gilang seraya menyerahkan kitab suci umat Islam, Al-Quran.
Tadarus berlangsung dengan khitmat, para siswa dikawal langsung lewat CCTV dan juga guru piket yang keliling ke setiap kelas. Akan tetapi, ada satu murid di kelas Alvaro yang berani melanggat aturan. Murid itu Alvaro sendiri.
Dengan santainya ia menyalin contekan milik Gilang, PR fisika di jam pertama. Bisa mati dicaci maki Bu Riamin nantinya plus cubitan pedas guru tersebut. Belum lagi jika ada soal maju, pasti nama yang membuat masalah yang disebut.
"Lang, ini E kebalik?" bisik Alvaro.
Gilang mengalihkan pandangannya dan menyahut malas, "Sigma, goblok."
Lalu istigfar karena berkata kasar di depan kitab yang amat suci ini.Alvaro tak begitu jelas mendengar, hingga ia melontarkan pertanyaan lagi, "Hah? Apa, skema?"
Kali ini Gilang tak menoleh sendirian, ditemani beberapa murid yang duduk tak jauh dari mereka berdua. Alvaro mendapat tatapan tajam dari empat orang sekaligus namun cowok itu hanya membalas dengan cengiran kudanya.
"S. I. G. M. A." Gilang mengucapkan huruf demi huruf dalam bagian kata Sigma, tak lupa menekankan agar lebih jelas.
Langsung mendapat anggukan palsu dari Alvaro, pura-pura paham. Padahal jauh di lubuk otaknya, ia tak tahu apa arti sigma. Yang ia ingat, dirinya sedang tanding saat diterangkan bagian momentum dan implus oleh Bu Riamin minggu lalu.
Beberapa menit berlalu, Alvaro masih saja berkutat pada salinanannya. Hingga tak sadar bahwa pintu kelas terbuka, menampilkan sosok Pak Andre di ambang pintu.
Gilang juga tak sadar akan kehadiran guru agama killer itu, hingga Alvaro masih hanyut dalam kegiatannya. Sampai suara lantang Pak Andre membuat jantung penghuni kelas mencelos,
"Itu yang di sana!" Pak Andre menunjuk pojok kiri kelas, tepatnya ke arah Alvaro. Lalu berjalan menghampiri dengan tatapan super tajam kepada anak laki-laki ini.
Alvaro sudah pasrah namun bibirnya bergumam marah, "Anjir, bukannya kasih tau. Sialan lo, Lang."
Gilang tak sempat menyahut begitu Pak Andre sudah berada tepat di hadapannya. "Ini buku siapa?" tanyanya seraya mengangkat buku PR milik Gilang yang dicontek Alvaro.
Mereka menoleh secara bersamaan. "Pelajaran fisika, Pak," jawab Alvaro tak sesuai dengan yang ditanyakan. Ia tak tega buku fisika Gilang akan disita bahkan disobek begitu saja. Jika alasannya pelajaran wajib yang penting, mungkin saja Pak Andre akan memaafkan, bukan?
"Saya gak nanya! Ini buku siapa?!" Pak Andre mengulangi pertanyaannya. Matanya mentorot Alvaro dan Gilang yang tak bersalah dengan nyalang.
Dengan gerakan pelan, Gilang mengangkat tangannya sebahu. Terdengar decakan dari mulut Pak Andre, mereka berdua harap-harap cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]
Teen FictionBEST RANK : #2 ketuapmr 07 Juli 2020 #4 kaptenfutsal 07 Juli 2020 Alvira tak menyangka, pertemuan pertamanya dengan Alvaro di lapangan adalah awal dari kisah rumit yang akan terjalin. Alvira yang saat itu menjabat sebagai ketua PMR harus berurusan d...