|11| Mengusik kalbu

4.8K 283 11
                                    

"Al, lo nungguin siapa?" Sebuah suara yang familiar masuk ke telinga gadis yang tengah melamun tersebut. Ia menoleh untuk memastikan orang yang ia duga tidak salah.

"Gilang." Alvira mengalihkan pandangan, takut Alvaro marah. Ah,  kenapa harus takut?!

Alvaro membulatkan mulutnya sedikit lalu duduk di samping Alvira. Cowok tampan bercucuran keringat itu meraih lengan Alvira, hingga membuat Alvira tersentak.

"Lo gak perlu takut deket sama cowok, karena gue gak berhak marah untuk hal itu."

Lembut, ucapan Alvaro lebih lembut dari biasanya. Alvira merasakan telapak tangannya yang basah karena terkena keringat Alvaro. Laki-laki memakai jarsey futsal bernomor punggung 7 di sampingnya ini terlihat  lelah, bayangkan saja pulang sekolah langsung latihan.

"Gak, gue gak mau cinta-cintaan, ribet!" sergahnya malas.
Semerbak bau matahari alias bau asem tiba-tiba menyeruak masuk ke penciuman Alvira. Hingga ia menutup spontan menggunakan dua jarinya.

"Udah sana, bau!" usirnya seraya mengibas-ngibaskan tangan, Alvaro menuruti dengan cengiran kuda miliknya. Lalu berlalu meninggalkan Alvira yang masih menunggu kedatangan Gilang.

Bermenit-menit setelah kepergian Alvaro, ia hanya bisa mendengus kesal berulang kali. Ia tahu, Gilang ketua kelas mengurusi yang piket dulu, tapi apa selama ini? Setengah jam loh, Alvira nunggu.

Tai, mending pulang tidur main hp nonton tv, dumel batinnya. Sampai kantuk datang si Gilang tak kunjung menampakkan batang hidungnya, keterlaluan!

Alvira berniat pulang, malas menunggu yang tidak pasti. Tapi baru saja melangkah, di ujung koridor Gilang meneriakki namannya dengan lantang. Sontak saja menghentikan langkahnya dan kembali duduk.

"Aduh, tadi gue abis disu--"

"Gak guna, ayo temuin Kak Tasya sekarang!" potong Alvira begitu Gilang ingin menjelaskan ketidaktepatan waktunya. Malah buang-buang waktu, gak guna.

Gilang mengangguk, berjalan menuju parkiran. Alvira sendiri memilih untuk menunggu di sini sambil mengarahkan pandangannya ke arah lapangan. Di mana anak-anak futsal latihan, begini contoh tak memanfaatkan fasilitas sekolah. Sudah disediakan lapangan indoor masih saja panas-panasan di outdoor.

Tiba-tiba saja ada inisiatif untuk menyemangati Alvaro, lantas Alvira berteriak, "Alvaro, semangat!" Matanya sedikit jengah begitu yang disemangati menyempatkan diri menoleh padanya. Padahal sedang latihan didampingi coach Milla yang terkenal galak.

Mulut Alvaro tergerak untuk mengucapkan terima kasih tanpa suara. Ekor mata cowok itu tertuju pada coach Milla di sampingnya. Alvira mengembangkan senyumnya, seperti pelangi. Indah dan berwarna.
Tak disangka moodboaster tersendiri bagi sang kapten futsal tersebut. Walaupun hanya sebatas senyuman namun beda, ini spesial.

Brmmm ... brmmm....

Deru motor dari knalpot berhasil membuat Alvira terperanjat kaget. Rupanya Gilang, alhasil ia menggeplak begitu saja kepala Gilang yang berbalut helm dengan tangan kosongnya. Hingga dirinyalah yang sakit.

"Goblok," ejek Gilang diiringi kekehan di akhir ejekannya.

Alvira memutar bola matanya malas, dan menaiki motor Gilang. Ia mendadak lupa, ada seseorang yang menyaksikan itu di tengah lapangan. Secara langsung dan jelas. Dia ... Alvaro, tanpa sadar hatinya terluka.

Apa Gilang setega itu buat nikung gue? batinnya berprasangka buruk. Lalu kepala cowok itu menggeleng, berusaha menghilangkan pikiran negatif di benaknya. Tidak mungkin, Gilang tak mungkin menikung sahabat sendiri.

Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang