Alvaro Defetro yang biasa dipanggil Al oleh seluruh penghuni sekolah, kini tengah berkutat pada pekerjaan rumahnya yang dikerjakan di sekolah. Bel masuk masih cukup lama, membuat separuh kelas mengikuti kegiatan Al, the power of kepepet. Jika ada salah, coret.
Tulisan Al, sudah seperti ceker bebek ditambah banyak coretan sukses mendapat gelengan kepala dari seorang laki-laki di sampingnya. Al tak peduli, prioritas utamanya bermain bola. Jadi, tadi malam pun ia sama sekali tak mengerjakan karena latihan futsal bersama timnya di indoor sekolah.
"Al, Lo gak bisa apa luangin waktu Lo sedetik aja buat belajar? Heran gue yang ada dipikiran Lo itu bola terusss!" cibir laki-laki bername tag Gilang itu.
Alvaro tersenyum sinis, sudah cukup sabar ia mendengar celotehan ketua kelasnya yang super duper tripel repot. "Bacot!" Satu kata kasar itulah yang Al ucapkan untuk menanggapi cibiran Gilang.
Gilang bangkit dan melenggang pergi keluar kelas. Alvaro menahan seluruh amarahnya di pagi ini. Mereka memang musuh, sejak dulu kala. Disebabkan oleh sebuah masalah yang cukup besar di masa lalu.
Lo tetep sama, Lang. Gue rindu Lo yang dulu, batin Alvaro. Ketika lidah tak mampu untuk bicara, hanya suara hati saja yang mampu mengungkapkan segalanya. Alvaro terlalu gengsi untuk meminta maaf duluan, hingga bermusuhanlah mereka sejak beberapa bulan belakangan ini.
"Alvaro, piket!" teriak seseorang dari arah belakang.
Spontan saja Al menolehkan pandangannya, lalu memutar bola matanya malas dan kembali menghadap depan. Kenapa di kelas ini banyak orang-orang repot? Kenapa?! Mulut Al setengah menganga, namun ada seorang gadis di ambang pintu yang menggagalkan niatnya.
Alvaro diam beberapa detik, adu pandang dengan gadis itu, Alvira. Tapi tak lama Alvira segera mengalihkan pandangannya pada seseorang yang menyapu di belakang, yang tadi menyuruh Alvaro piket. Rahma Putri, gadis khas dengan cepolan jepitan badai miliknya.
Rahma menghampiri Alvira dengan sedikit berlari, dengan antusias ia berucap, "Al, yes seneng banget gue, boleh!" Sebuah kalimat yang hanya mampu dimengerti mereka berdua.
Alvaro hanya bisa mendengarkan saja, namun tetap mengerjakan PR nya agar tidak dituduh menguping. Sesekali ia mencuri pandang dengan Alvira, di saat itu juga Alvira terciduk sedang memperhatikannya.
"Ok, gue ke kelas ya. Istirahat tempat biasa," pamit Alvira, lalu berbalik dan melenggang pergi dengan wajah menunduk malu. Ya, malu diciduk beberapa kali oleh Alvaro tadi.
Dengan gerakan cepat, Alvaro bangkit dan mencegah jalan Rahma. Rahma menaikkan sebelah alisnya dan langsung memukul punggung tangan Alvaro yang terentangkan menghalangi jalannya. Alvaro meringis, toh Rahma memukulnya menggunakan sapu.
"Makanya minggir, gue mau piket! Keburu bel, awas sih!" bentak Rahma ngegas.
"Bentar dulu, Ma. Tadi.... Alvira 'kan?" Alvaro ragu dan malu, ia menggaruk tenggkuknya yang tidak gatal.
Rahma memicingkan matanya curiga, "Ooh, jadi Lo cowok yang diceritain dia! Gila tuh anak, matanya upilan." Ramha lantas memperhatikan Alvaro dari ujung kaki sampai ujung kepala dan menggeleng tak percaya. Selera Alvira ternyata seperti ini.
Alvaro paham sedikit apa yang dibicarakan Rahma. Ingin rasanya melayangkan tinjuannya jika saja tak ingat bahwa Rahma seorang perempuan. Alhasil laki-laki itu hanya bisa mendekap tangannya di dalam saku celana abunya.
"Dia ngomong apa?" tanya Alvaro.
"Ka--"
Gebrakkk
Ucapan Rahma terpotong saat sebuah gebrakan kencang terdengar dari arah pintu. Semua mata kini menoleh pada Gilang dengan wajah merah padam. Kelas berubah menjadi hening, namun Alvaro segera memecah keheningan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]
Teen FictionBEST RANK : #2 ketuapmr 07 Juli 2020 #4 kaptenfutsal 07 Juli 2020 Alvira tak menyangka, pertemuan pertamanya dengan Alvaro di lapangan adalah awal dari kisah rumit yang akan terjalin. Alvira yang saat itu menjabat sebagai ketua PMR harus berurusan d...