|4| Bintang the bestlah

7.3K 392 24
                                    

Alvaro melahap dengan ganas makanan yang ada di hadapannya. Tak peduli berapa banyak tatap mata yang menyorot padanya, sebuah sikap untuk memulai bodo amat. Sementara itu, Rafael dan Bintang sedang berkutat pada ponsel masing-masing.

"Eh eh, kalian kenal yang namanya Rahma gak?" tanya Rafael, menatap penuh harap bahwa kedua sahabatnya ini kenal.

Alvaro menelan suapan terakhirnya, "Rahma temennya Alvira?" Diikuti sendawa dari mulut laki-laki itu.

Bintang menatap jengkel, gak ada sopan-sopannya memang yang namanya Alvaro itu.

"Emang kenapa sih Nyet, lo nanya-nanya Rahma?" tanya Bintang penasaran seraya meraih es jeruk di atas meja.

Rafael memutar bola matanya malas dan menyahut pertanyaan Bintang terlebih dulu, "Suka-suka sih Njing." Menjeda ucapannya sambil merebut es jeruk di tangan Bintang.

Percayalah kalian bahwa es jeruk itu sebenarnya milik Alvaro, dengan kesukarelawanannya, ia mengizinkan Rafael dan Bintang meminta.

"Iya Al, Rahma yang itu," lanjut Rafael.

Bintang mengedarkan pandangannya ke seisi kantin, berharap menemukan sosok Rahma dalam kerumunan. Sudah berniat jahat ingin melihat Rafael gugup dan salah tingkah, budak cinta baru setelah Alvaro.

"RAHMA!"

Bola mata Rafael nyaris keluar dari tempatnya begitu Bintang meneriakkan kata Rahma. Refleks ia menolehkan pandangannya dan benar saja ada Rahma, beserta Alvira tentunya.

"ALVIRA!"

Kini bukan hanya Rafael, Alvaro pun tak bisa menahan gerakan kepalaanya untuk menoleh. Padahal tadinya Alvaro ingin terlihat biasa saja agar tak dikira terlalu mengejar-ngejar.

Dua gadis yang dipanggil oleh si sialan Bintang itu kini tengah berjalan menghampiri. Rahma terlihat berjalan terlebih dulu, diikuti Alvira di belakangnya yang tengah asik mengemut lolipop.

"Ada apa manggil?" Rahma to the point, menatap tiga cowok di hadapannya satu per satu.

"Siapa yang manggil gue?" timpal Alvira, namun pandangan gadis ini langsung terfokus pada Alvaro.

Mendadak bisu, itulah yang kini Rafael rasakan. Terlihat cowok tersebut menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salting Rafael lucu juga. Lain halnya dengan Alvaro, ia terang-terangan membalas kontak mata Alvira, namun tetap saja, ia kalah telak.

Alvira mendalamkan tatapannya, bahkan layak disebut mengintimidasi. Mulutnya kembali bertanya, "Ada apa?" Dua kata yang diucapkan dengan nada dingin, berhasil membuat Alvaro diam.

Alvaro hanya bisa membatin, Dingin mulu kalau sama gue, jual mahal kali  ya. Pecundang, ngomong saja tak berani, apalagi nembak. Biar saja Alvaro hanyut dalam ketidakpastian hingga menyesal nantinya jikalau ada penikung datang.

"Lo juga, apa liat-liat gue gitu?!" sentak Rahma sukses mengangetkan Rafael yang terciduk sampai mengedip. Seperti gerakan yang dilakukan sebelumnya, Rafael mengulang lagi. Garuk-garuk tengkuk padahal tidak gatal.

Bintang cukup puas dengan pemandangan mengocok perutnya ini, ia pun tak bisa menahan tawanya. Pecahlah tawa Bintang mengalihkan dunia dua cowok cupu yang tengah berhadapan dengan gebetan.

Tatapan tajam dan membunuh yang Alvaro dan Rafael lempar berhasil membuat Bintang menghentikan tawanya. Setelah mereda barulah Bintang menyeletuk, "Kebiasaan, ada rasa tapi gak diungkapin. Giliran ditikung aja marah, dasar people!"

Siap, anti nyindir-nyindir club. Mantaplah Bintang yang satu ini, secara langsung menyadarkan Alvaro pastinya. Sahabat tuh seperti Bintang, yang berani ngomong di depan, bukan yang nusuk dari belakang.

Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang