Hari ini adalah hari menegangkan yang pernah ada sepanjang hidup Alvira. Baginya, tak ada yang lebih mendebarkan selain hari Jumat ini, tepatnya selepas jam istirahat kedua. Pengumuman terpilihnya ketua OSIS, sekaligus serah jabatan oleh ketua OSIS lama, Kak Rafael.
Alvira mematung di ambang pintu kelas Alvaro, ia rasa Alvaro marah karena hal kemarin. Sejenak Alvira menunduk, menatap sepatunya yang bergetar. "Sial," ia menumpat kecil. Namun, tekadnya sudah bulat. Ia akan meminta maaf dan mengajak Alvaro untuk turun.
Pengumuman tinggal setengah jam lagi, semua yang bersangkutan diharap segera menuju ruang OSIS. Itulah pesan yang Alvira dengar beberapa menit yang lalu di speaker kelasnya. Malah mengulur waktu, ayo sekarang!
"Alvaro...." panggilnya pelan, pasalnya tempat duduk Alvaro tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Tetap saja tak didengar oleh lelaki itu, mungkin pura-pura tak dengar. Biadap sekali kau Tuan.
"Alvaro!" Berhasil, lelaki itu menoleh pada sang pemanggil. Tatapan penuh tanda tanya itu segera dimenggerti Alvira, lantas tak ada yang ia lakukan selain menghampiri Alvaro.
Kelas yang tadinya berisik, mendadak hening seketika. Semua penjuru menyorot Alvira yang baru datang, berbagai tatapan. Salah satunya adalah Rahma yang langsung berhambur ke arah gadis itu.
Rahma menyemprot, "Al, ke mana aja sih lo?!" Sambil berkacak pinggang dan memonyongkan bibirnya 5 cm.
"Di kelas," jawab Alvira lesu lalu tersenyum tipis. Ia tak bisa berkutik lagi saat Alvaro bangkit dan melenggang keluar.
"Lo lagi marahan sama dia?" tanya Rahma dengan tatapan menyelidik.
Alvira menggelengkan kepala. Setelah itu, ia bergerak cepat mengikuti Alvaro yang sudah pasti melangkahkan kaki menuju ruang OSIS. Tak ada derap langkah Rahma mengikuti, mungkin Rahma paham apa yang terjadi.
"Tunggu!" seruan itu terlontar begitu saja, Alvira tak percaya mulutnya seberani ini.
Dan apa? Alvaro menoleh, menunggu Alvira melanjutkan bicaranya. Namun, sampai beberapa detik gadis itu tak kunjung berkata, malah seolah membisu. Gerakan tubuh yang Alvira lakukan, membuat Alvaro mengerti.
"Gak usah takut, gue gak marah." Satu kalimat penenang dari si Tuan, Alvaro Defetro. Walaupun terkesan dingin, setidaknya Alvaro masih mau berbicara. Ya, bercakap dengan gadis yang menuduh sahabatnya adalah peneror.
Apapun yang Alvaro katakan, Alvira masih diam. Mengatupkan mulutnya rapat-rapat, jendral dadakan di koridor. Tak menyadari banyak orang yang berlalu lalang merasa terganggu karena dirinya menghalangi jalan. Hanya satu siswa yang berhasil membuat Alvira pindah tempat.
"Jangan ngalangin jalan dong!" bentak Kak Rafael tapat di telinga Alvira, sehingga sang empunya menutupnya spontan.
Tak disangka, ada seseorang yang tak terima gadisnya dimarahi. Dia Alvaro, tentu saja. "Jangan bentak-bentak juga dong!" balasnya seraya berjalan mendekat.
Hati Alvira menjerit senang, meskipun begitu Alvaro tetap menjaganya. Bahkan, dari Kak Rafael sekalipun. Kak Rafael yang notabenenya ketua OSIS lama, Alvaro bukan seorang yang suka pencitraan ternyata.
"Gak usah ngegas, bang!" sambut Kak Rafael, saat Alvaro sudah berhenti melangkah. Tak lupa diiringi senyuman smirk-nya, dipersembahkan spesial untuk Alvaro.
Alvaro memasukkan kepalan tangannya ke saku celana, menahan agar tidak meninju lelaki di hadapannya ini. Tahan, bukan waktunya berkelahi. Apalagi pengumuman tinggal beberapa menit lagi, sayang jika harus gagal karena masalah sepele.
"Gue tahu kok apa tujuan lo!" ucap Rafael seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Sontak saja Alvaro mengerutkan kening, merasa tak mengerti dengan tuturan kata tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]
Teen FictionBEST RANK : #2 ketuapmr 07 Juli 2020 #4 kaptenfutsal 07 Juli 2020 Alvira tak menyangka, pertemuan pertamanya dengan Alvaro di lapangan adalah awal dari kisah rumit yang akan terjalin. Alvira yang saat itu menjabat sebagai ketua PMR harus berurusan d...