03 || Ketinggalan

565 81 21
                                    

Danil menarik ke bawah knop pintu. Tampak kerutan di dahi cowok itu,d ia kembali menarik knop pintunya.

Klek klek

Tak terbuka, pintu dikunci. Danil menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa bodoh sendiri. Seharusnya sejak tadi dia tak perlu melakukan hal itu dengan pelan seperti di sinetron, hilang sudah lima belas menitnya dengan sia-sia.

Cowok itu masuk kamar. Melempar tas ke atas kasur kemudian menjatuhkan juga tubuhnya di sana.

Mata Danil menatap lurus langit-langit kamar berwarna biru. Pikirannya melayang memikirkan; mengapa dia bisa berada di sini sekarang? Padahal orangtuanya punya rumah besar, kendaraan mewah yang tak hanya satu atau dua, serta uang banyak. Harusnya Danil menikmati itu semua, tapi entah kenapa, hari ini terasa lebih nyaman. Ada ketenangan yang tak pernah dia dapat di rumah.

Suasana di sini lebih sejuk walaupun tanpa AC, hanya ada kipas angin berumur di sudut kamarnya.

Danil meraba tasnya dan mencari ponsel, tapi sebelum mendapat yang dia cari, tangan Danil lebih dulu menyentuh buku-buku tebal-buku paket yang tadi dia ambil di perpustakaan dibantu Radea.

Radea. Nama itu tiba-tiba terlintas di kepala Danil. Cewek yang dipandang aneh oleh semua murid di kelas. Sebagai manusia yang memiliki sifat penasaran dan sok kenal yang tinggi, membuat Danil makin ingin mengenal gadis itu. Bahkan Yosep saja yang sudah sekelas dengan Radea lebih dari setahun, belum pernah bicara dengannya. Bukan tak pernah mencoba, hanya saja Radea tak pernah menanggapi, itu kata Yosep.

Danil menebak, bahwa Radea tak hanya punya satu pintu untuk orang yang ingin masuk di kehidupannya. Radea punya rahasia.

Tangan Danil terus menelusuk tasnya, tapi tetap tak menemukan benda pipih yang dia cari. Cowok berperawakan tinggi itu duduk dan mencari ponselnya dengan lebih teliti lagi. Danil mengecek satu per satu saku tas, tapi nihil. Cowok itu terdiam sebentar untuk mengingat-ingat di mana terakhir kali memainkan ponsel, dan ....

Plak

Danil menepuk dahinya sendiri. "Anjir, ketinggalan di laci meja."

Ia buru-buru bangkit. Dengan masih memakai seragam sekolah, Danil keluar kamar dan menuruni tiap anak tangga terburu-buru. Saat tiba di lantai dua, dia menghampiri Yosep dan lainnya yang bersantai.

Yosep, Arka, Sandi, dan tiga orang lain yang ada di sana menatap Danil bingung, pasalnya wajah Danil sedang kebingungan juga. Cowok itu mengecek jam di arlojinya, jam 15:28.

"Napa lo?" tanya Yosep.

"Gerbang sekolah masih buka, kan?"

"Masih. Biasanya juga masih banyak orang jam segini. Kenapa?" Kali ini Arka yang menyahut.

"Hp gue ketinggalan di kelas."

"Ya udah sono. Keburu ada yang ngambil."

"Gue cabut bentar." Danil langsung berlari kecil menuruti tangga. Untung saja jarak indekos dan sekolah tak jauh.

Benar saja, saat sampai, sekolah masih ramai. Terutama lapangan sepak bola dan lapangan basket. Danil berlari melewati pinggir lapangan sepak bola untuk sampai ke bangunan kelasnya.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang