Komen, ya, kalau ada typo.
Happy reading!
**
Akhirnya, hari ini kaki cowok itu dapat melangkah lebih ringan saat keluar kelas. Ujian kenaikan kelas serta remedial tiga mata pelajaran sudah tuntas. Lega, itulah yang dia rasakan sekarang setelah selesai menghadapi soal-soal ujian selama dua minggu. Sekarang yang ditunggu tinggal hasil yang menurutnya tidak perlu dikhawatirkan.
Peringkat bukanlah sesuatu yang penting untuk Danil. Kedua orang tuanya juga tidak pernah menekan dalam pelajaran dan tidak mengharuskan anak mereka agar dapat juara kelas. Angga, papa Danil hanya meminta agar putranya itu tidak tinggal kelas serta menekuni hal yang benar-benar putranya itu sukai—untuk penunjang kesuksesannya di masa depan.
Bola mata Danil berhenti bergerak saat menangkap wajah seorang gadis yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Si adik kelas bermata bulat hitam yang membantunya mencari ruang guru saat hari pertama sekolah, Keyla.
Dua minggu yang lalu Danil baru tahu bahwa gadis itu adalah adik Radea. Mereka satu ayah, tetapi beda ibu. Kalau diperhatikan, mata keduanya memang punya kemiripan. Hanya saja manik kembar milik Radea selalu terlihat ragu, berbeda dengan Keyla yang matanya tidak pernah bergetar alias selalu percaya diri.
"Heh, kenapa lo liatin gue kayak gitu?!" tegur Keyla yang tahu-tahu sudah di depan Danil. "Lo nggak lagi suka sama gue, kan?"
"Nggaklah. Kepedean lo." Danil menjulurkan lidahnya mengejek.
Keyla, gadis itu sudah berpisah dengan teman-temannya. Dia yang tadinya hendak lewat merasa tidak nyaman karena diperhatikan oleh Danil.
"Dih, gue bukan pede kali, gue cuma ngomong berdasarkan pengalaman." Keyla mengibaskan rambutnya ke belakang. "Biasanya orang yang ngeliatin gue cuma punya dua alasan."
Keyla mengangkat jari telunjuknya, sedangkan jari lain ditekuk, menunjukkan angka satu. "Satu, karena terpesona sama kecantikan gue," kata gadis itu lalu ikut menegakkan jari tengahnya. "Kedua, karena iri sama semua yang ada di diri gue."
"Kayak dunia berputar di lo aja, deh, Key," ucap Danil. Setelah itu dia memajukan dagu mengarah pada Keyla. "Mata lo, gue liatin mata lo."
"Kenapa? Gue nggak pake soflens, loh. Ini bola mata asli," ujar Keyla tegas. Pasalnya banyak yang mengira bahwa dia memakai lensa kontak.
"Bukan itu," ujar Danil, dia menggeleng menghadapi Keyla yang over pede itu.
"Terus mata gue kenapa lo liatin kalau bukan karena cantik?"
"Mirip seseorang."
"Alah, bilang aja Radea. Pake kata 'seseorang' segala. Kebaca lo, kebaca."
Namun, walaupun over pede, Keyla bukan orang yang congkak dan menyombongkan yang dia punya. Justru terkadang gadis itu bersikap lucu. Seperti sekarang contohnya.
Tiga hari sebelum ujian kenaikan kelas, Radea masih dirawat di rumah sakit. Tepat hari di mana sorenya Radea diizinkan pulang, Keyla ikut dengan orang tuanya menjemput sang kakak yang tidak begitu akrab dengannya itu. Dan saat itu, Danil ada di sana. Sehingga sekarang setiap Keyla bertemu Danil di sekolah, dia sering mengolok Danil dengan Radea.
Melihat tidak ada tanggapan dari Danil, Keyla memicingkan matanya. "Lo suka sama kakak gue?" tanyanya curiga.
"Teman. Cuma teman."
"Yang gue tanya bukan status lo sama Radea, tapi perasaan lo ke dia. Ngeles aja, deh, lo kayak bajaj."
"Ya suka, suka sebagai teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Novela Juvenil(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...