33 || Insting

287 46 8
                                    

Warning!
Mengandung kata-kata kasar dan kekerasan.
TIDAK PATUT DICONTOH.

*****

Ranse High School, sekolah yang jauh lebih mewah daripada SMA Bakti. Sekolah ini juga termasuk salah satu sekolah favorit di Ibu Kota. Isinya kumpulan anak-anak hits dan kalangan atas. Banyak wajah-wajah yang sering berseliweran di televisi ada di sini. Melihat bagaimana antusias pendaftar setiap tahunnya, wajar saja kalau sulit agar bisa masuk ke sekolah unggulan ini.

Bangunan sekolahnya dua kali lipat lebih tinggi daripada SMA Bakti. Brosur yang diletakkan di depan gerbang dan boleh diambil semua orang yang membutuhkan menggambarkan betapa mewahnya sekolah ini. Lapangan sepak bola luar ruangan dan dalam ruangan yang luas, begitu pun lapangan olahraga yang lain yang disiapkan khusus. Tidak lupa, ada pula kolam renang yang luas untuk olahraga.

Danil menghela napasnya, berdiri di lapangan luas yang di kelilingi bangunan sekolah ini. Mata Danil memperhatikan bangunan tinggi di sekitarnya tanpa antusias. Anak baru lagi. Teman baru lagi. Guru baru lagi. Serba baru. Tidak ada Yosep di sini, tidak ada Radea, tidak ada juga teman-teman satu ekskul sepak bolanya, Danil sendirian.

Perlahan Danil melangkahkan kaki sambil sesekali mengecek brosur di tangannya, melihat denah sekolah ini. Danil sudah sepuluh menit berjalan, tetapi dia belum juga menemukan ruang guru. Cowok itu memperhatikan lagi denah di tangannya.

"Hai, permisi." Danil menyapa seorang siswi yang hendak lewat. "Sori, ganggu. Gue nyari ruang guru di mana, ya?"

Dahi siswi itu berkerut memperhatikan Danil dari atas ke bawah. Setelah puas dan mendapatkan berapa nilai penampilan Danil, barulah dia menjawab, "Yuk, gue antar."

Gadis itu melangkah lebih dulu ke arah berlawanan dari tujuannya tadi. Danil bersyukur dalam hati karena masih ada orang yang peduli manusia lain di sekolah ini.

Entah gadis itu yang memperlambat langkahnya atau memang langkah Danil yang lebih lebar, karena sekarang mereka berjalan sejajar.

"Lo anak baru?" tanya gadis yang belum Danil ketahui namanya itu sambil melirik Danil.

"Iya," jawab Danil singkat, terkesan cuek.

Bukan Danil banget.

Sebenarnya bukan berniat sombong, hanya saja Danil sedang dalam mood buruk.

"Nama belakang lo siapa?"

Kepala Danil langsung menoleh pada gadis itu. "Apa?" tanyanya, agar lebih yakin lagi dengan pertanyaan orang yang baru dia temui beberapa menit yang lalu itu.

"Nama belakang lo siapa?" ulang siswi itu tanpa ragu. Dia mengibaskan rambut keriting gantung miliknya yang tentu saja hasil catokannya sebelum berangkat sekolah tadi.

"Mahatma. Danil Mahatma." Danil mengulurkan tangannya, berkenalan.

Langkah gadis itu otomatis berhenti, kembali memperhatikan Danil lagi secara terang-terangan. "Anak pemilik saham paling besar di perusahaan minyak itu? Mahatma yang punya restoran makanan khas Indonesia itu juga?"

Wow, Danil cukup terkesan mendengarnya. Bahkan di sekolah lamanya sebelum sekolah di SMA Bakti, orang-orang tidak begitu peduli dengan latar belakangnya. Apalagi saat di SMA Bakti, mereka bahkan tidak mengenal siapa keluarga Danil walaupun tahu nama lengkapnya.

"Iya," jawab Danil. Tangannya masih belum disambut.

"Keyla Ajhardha Tribuana." Tangan Danil akhirnya disambut. Setelah bersalaman beberapa detik, mereka serempak menarik tangan. "Panggil gue, Keyla." Keyla kembali melanjutkan langkahnya, diikuti Danil.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang