24 || Rumah Pinggir Jalan

331 57 3
                                    

Saat matahari dan peraduannya sudah semakin dekat, SMA Bakti pun semakin senyap. Yang tersisa hanyalah satpam sekolah, murid-murid ekskul, serta beberapa guru pelatih.

Bunyi panjang dari peluit menjadi tanda selesainya latihan. Mendengar itu, para siswa di lapangan menjatuhkan tubuh di atas rumput. Mereka sibuk mengambil napas, mengaturnya kembali agar normal. Danil, cowok itu malah membaringkan tubuhnya di atas rumput hijau lapangan. Tubuhnya berkeringat, dadanya naik turun, dan matanya menatap langit yang kian mendung.

Sudah cukup lama dia tidak merasakan lelah seperti ini setelah bermain sepak bola. Semi final sudah di depan mata, Danil dan tim berlatih lebih giat dan serius daripada biasanya.

"Minum, minum!" teriak Pak Mukhlis membuat Danil duduk.

Danil langsung menangkap botol air mineral yang dilemparkan oleh pelatihnya itu. Cowok itu meminumnya setengah, lalu setengahnya lagi dia guyurkan ke kepala.

"Kalau pulang hati-hati, jangan ada yang kebut-kebutan," nasihat Pak Mukhlis pada murid-muridnya itu. "Latihan hari ini selesai, kalian boleh pulang."

Danil bangkit dari duduknya sembari membuang napas panjang. Cowok itu mengecek jam tangannya, pukul lima lewat tiga puluh dua menit.

"Nil, mau ke mana?" tanya Yosep saat melihat Danil keluar lapangan.

"Ke kelas, ambil tas," jawab Danil tanpa menoleh pada Yosep. Langkahnya semakin menjauh.

"Tas gue juga, Nil!"

"Ambil sendiri gue entar mau ke toilet dulu!"

Yosep mendengkus. Dia pun mau tidak mau mengejar Danil sambil menggerutu.

****

Danil merasa lebih segar setelah membasahi tubuhnya di toilet. Cowok itu mengambil handuk kecil yang sengaja dia bawa tadi pagi untuk mengeringkan tubuh, setelah itu dia memakai seragam sekolah. Setelah menyuar rambutnya di depan cermin, Danil berjalan ke luar toilet.

Langkahnya lebar dan cepat menyusuri koridor yang tidak berpenghuni. Sudah hampir jam enam, wajar saja sekolah sudah kosong.

Danil masuk ke perpustakaan yang sepi, dia membuang napas lega saat melihat seorang gadis berada di sana. Gadis itu sedang memasukkan buku ke tas.

"Da ... nil?" bingung Radea saat melihat kehadiran cowok itu. "Kok belum pulang?"

"Hm." Danil menjatuhkan tubuhnya di kursi samping Radea. Dia merapatkan punggung di sandaran. "Baru selesai latihan bola. Ayo pulang."

"Duluan aja."

"Satu arah kenapa nggak bareng aja?"

Tangan Radea berhenti bergerak. Dia menatap Danil yang menatap lurus ke rak buku. "Aku harus mampir dulu."

"Ya udah, bareng," jawab Danil sambil menoleh pada Radea. Cowok itu tersenyum tipis, lalu memasukkan alat tulis Radea ke dalam tas gadis itu.

Radea yang tadi memang berhenti membereskan alat tulisnya hanya bisa bengong dengan tindakan Danil yang begitu cepat. Setelah selesai memasukkan alat tulis Radea ke tas, cowok itu membawakan tasnya, lalu menarik tangan gadis berambut panjang itu keluar perpustakaan.

"Sudah mau malam. Lo nggak takut disembunyiin hantu sekolah sendirian jam segini di perpustakaan."

"Hantunya takut sama aku. Kalah seram," jawab Radea asal membuat kening Danil berkerut.

Langkah cowok itu tiba-tiba berhenti, membuat Radea yang tertinggal di belakangnya ikut menghentikan langkah mendadak. Danil berbalik, meraih tangan Radea dan meletakkan tas gadis itu di sana.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang