15 || Siapakah 'Dia'?

380 57 0
                                    

"Ra, bukannya novel itu udah lo baca sejak gue baru masuk sekolah di sini, ya?"

Ya, Danil ingat. Waktu masih baru bertemu, Radea sedang membaca novel bersampul merah yang berjudul 'Tsundere Couple'. Dan itu sudah hampir dua bulan yang lalu, harusnya sudah selesai. Toh, novelnya juga terlihat tidak sampai lima ratus lembar.

"Iya," jawab Radea, "baru saya baca lagi."

Danil mengangguk-angguk. Yosep sudah duduk di tempatnya semula. Ditatapnya Radea yang fokus membaca novel, jadi penasaran mengenai gadis di sampingnya itu.

"Lo suka banget baca novel, Ra?"

"Iya."

"Novel lo banyak? Lo suka genre apa?"

"Lumayan," ujar Radea, sembari mengingat-ingat koleksi novelnya yang dia sendiri lupa berapa jumlahnya.

"Genre apa, Ra?" tanya Danil lagi karena pertanyaannya itu belum dijawab.

Radea yang tadi masih membaca kini menoleh pada Danil. "Asal bagus, saya baca."

Danil mulai risi dengan cara bicara Radea yang menurutnya terlalu formal untuk anak sebaya mereka. Melihat respons Radea yang sejak tadi terbilang baik, Danil akhirnya berkata, "Ra, jangan ngomong pake 'saya' dong. 'Aku' aja."

"Saya ... nggak biasa."

"Kalau sama gue biasa aja kali. Mau lo-gue juga nggak masalah."

"Hm."

"Jangan cuma 'hm', Ra."

"I-iya."

"Iya apa?"

"Iya, yang seperti kamu bilang."

Danil terkekeh. "Gue bilang apa?"

Radea menatap Danil tajam. Cowok itu tiba-tiba saja jadi menjengkelkan. "Danil, saya nggak suka banyak ngomong."

"Mulai sekarang lo harus terima kalau sering gue ajak ngomong."

"Saya—"

"'Aku', Ra, jangan 'saya'," kata Danil memutuskan ucapan Radea.

"A-aku nggak biasa ngobrol."

"Ra," ucap Danil lirih. Ditatapnya gadis itu lekat-lekat. "Lo nggak mungkin gini terus. Setelah lulus SMA, lo kuliah. Lo harus banyak berinteraksi dengan orang-orang. Lulus kuliah lo kerja, lo harus lebih bisa dan banyak berinteraksi. Lo nggak mungkin gini terus."

Radea membalas tatapan Danil dan mendengar baik-baik nasihat cowok itu. "Sa-aku ... nggak tau bakalan sampai di waktu yang kamu bilang itu atau nggak."

Danil mengernyit. "Semua orang pasti bergerak maju, Ra."

Benar, kan? Jam akan selalu berputar ke kanan, dan itu berarti waktu kita akan selalu maju dan akhirnya akan sampai pada waktu di mana kita harus bisa mandiri. Siap atau tidak, kita harus menghadapi hari itu, nanti. Dan keadaan Radea sekarang pasti akan menyulitkannya di masa depan.

"Aku ... nggak." Radea menunduk, tidak tahu benar atau salah mengucapkan ini pada Danil. "Aku nggak akan sampai di waktu yang kamu bilang tadi. Aku nggak berani."

Danil tersenyum lembut. Mengelus puncak kepala Radea, dan berhasil membuat tubuh Radea menegang. Mungkin Danil berpikir Radea salah menanggapi ucapannya, padahal tidak. Radea mengerti, dan apa yang gadis itu ucapkan benar-benar yang ada di pikirannya selama ini. Bahwa, dia tidak akan sampai pada waktu yang Danil sebut tadi. Bahkan untuk kuliah, Radea tidak yakin akan sanggup menjalaninya. Mungkin nanti, saat sudah delapan belas tahun di bumi, sudah cukup membuat Radea tahu pahitnya dunia yang dia tinggali. Begitu pula dengan bagaimana cara semesta berputar yang selalu menempatkan dirinya di posisi sama. Untuk bertahan sejauh ini, adalah hal luar biasa bagi Radea.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang