31 || Keputusan

262 50 4
                                    

Setelah mendapat telepon dari sang mama dan diperintahkan untuk pulang, Danil langsung menurut. Cowok itu kini sedang duduk di ruang keluarga bersama papa dan mamanya. Danil menatap kosong ke arah meja di hadapannya, memikirkan tawaran kedua orang tuanya itu.

"Gimana?" tanya Airin sembari mengusap lengan putra semata wayangnya itu. "Mau pindah sekolah atau nggak?"

"Nggak lama lagi ujian semester, waktu kamu nggak banyak. Kalau udah masuk ujian, jarang ada sekolah yang mau menerima siswa baru. Kamu harus menunggu lagi habis liburan," ujar Angga, papa Danil.

Iya, mereka sedang membahas pindah sekolah Danil. Sebelumnya saat Danil pulang ke rumah, Airin sudah pernah menyinggung hal itu.

Danil menarik napas dalam. "Ranse High School, 'kan?"

Airin mengangguk. "Tapi kalau kamu mau sekolah yang lain dan masih dekat rumah, nggak papa juga. Mama sama Papa serahin ke kamu," katanya antusias.

"Ranse High School aja, deh," putus Danil. Dia menatap kedua orang tuanya bergantian.

"Jadi keputusannya mau pindah, nih?" tanya Airin girang. Kedua matanya berbinar, tidak sabar untuk berkumpul lagi bersama putranya itu.

Tanpa berfikir, Danil mengangguk. "Danil pindah, Ma."

"Dipikirkan lagi baik-baik. Karena kalau pindah, kamu bakal ninggalin semua yang ada di sana."

Ya, Danil sudah tahu itu risikonya. Dia juga baru beberapa bulan bersekolah di SMA Bakti. Namun begitu, dia punya banyak teman, dan Yosep adalah yang paling akrab dengannya.

Melihat putranya yang hanya diam, Angga berujar, "Pasti ada yang buat kamu berat 'kan buat pindah?" Satu alis Anggak naik, melihat reaksi Danil yang terkejut setelah dia mengatakan itu.

"Hah? Nggak ada, Pa."

"Dipikirin lagi baik-baik. Papa nggak maksa, cuma Mama kamu aja, nih, galau setiap hari," ujarnya sembari melirik Airin.

Setelah sama-sama meminta maaf, rumah tangga Airin dan Angga berjalan baik. Keduanya sama-sama mencoba menjadi yang terbaik untuk satu sama lain. Karena itu, Airin semakin sedih karena Danil tidak tinggal bersama mereka. Apalagi dia tahu Danil dipindahkan oleh suaminya karena telah berkelahi dengan teman sekolahnya, Kevin.

Kevin adalah anak dari selingkuhan Airin—kala itu, hal itu yang memicu perkelahian keduanya. Kevin yang merasa ayahnya direbut oleh Airin, melampiaskan amarahnya pada Danil. Karena tidak terima mamanya dikatakan yang tidak baik, Danil pun ikut naik darah dan akhirnya mereka berkelahi. Namun, pihak sekolah dan teman-teman Danil mengira mereka berkelahi karena memperebutkan Naraya.

Saat itu Kevin sampai pingsan dan masuk rumah sakit. Sempat juga didatangkan Polisi, tetapi kedua keluarga yang paham permasalahnnya memilih damai. Damai dalam artian tidak perlu ada campur tangan pihak lain, karena mereka akan menyelesaikan langsung masalah yang bermula dari hubungan orang dewasa itu.

Angga bangkit, dia merepas pundak Danil. "Papa tunggu keputusan kamu sampai besok."

Danil menarik kedua sudut bibirnya datar sembari mendongak menatap papanya. Dia mengangguk. "Iya, Pa."

******

Setelah seorang guru menutup kelasnya, para murid berbondong-bondong keluar kelas untuk istirahat. Namun, tidak dengan Danil. Cowok itu sejak tadi melamun, seperti sedang memikirkan sesuatu. Radea yang berada di sampingnya beberapa kali menegur cowok itu untuk fokus pada pelajaran, tetapi lagi-lagi Danil kembali menatap kosong ke tembok di sampingnya.

Setelah tiga menit guru keluar kelas, Galang datang ke kelas mereka. Danil menoleh pada gadis di sampingnya yang bergerak, dia menatap Radea sekilas, lalu kembali membuang muka.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang