"Emang ojek online jam segini masih ada, ya?" tanya Yosep menoleh pada Danil, tetapi cowok itu tak menjawab, dia tampak gusar.
Radea masih menunduk, bingung harus apa. Menerima tawaran Danil untuk diantar itu mustahil baginya. Catat, ya, mustahil! Namun kalau menolak, dia harus beralasan apa?
"Saya pesan ojek online aja," kata Radea akhirnya, menolak secara tak langsung ajakan Danil.
"Ada ojek jam segini?" tanya Danil tak biasa, tak suka dengan penolakan gadis itu yang kesekian kalinya. "Bahaya juga, Ra, cewek jam segini naik ojek."
"Nih, diantar Bang Danil aja." Yosep menepuk bahu Danil. "Lebih terjamin daripada ojek yang orangnya nggak lo kenal." Cowok itu membantu merayu Radea. Karena tidak tega juga kalau gadis introvert itu harus pulang naik ojek tengah malam begini, itu pun kalau masih ada ojek.
"Kamu ... gimana?" tanya Radea pada Yosep. Dia menatap cowok itu ragu.
"Gue bisa naik ojek. Lagian kalau jalan kaki dari sini ke kos nggak sampe setengah jam juga." Yosep nyengir, tapi akhirnya dia melanjutkan, "Nggak kok. Gue bakal naik ojek atau nggak nunggu Danil balik ngantar lo." Walaupun tak begitu jauh, tapi untuk jalan kaki jam segini ... Yosep tak punya nyali.
Radea menggeleng. Dia memeluk novelnya semakin erat. "Kamu ngantar dia aja duluan," suruh Radea pada Danil, dia menunjuk Yosep. Wajah gadis itu risau, tetapi berharap Danil menyetujui perkataannya.
"Lah, terus lo gimana? Lo 'kan yang cewek. Bahaya nunggu di sini apalagi sebentar konser selesai," ucap Yosep mengalah. Tidak tega juga membiarkan gadis itu di sini apalagi jam segini.
Danil mengembuskan napas berat. Memang ada yang salah dengan gadis ini. Sejak tadi Danil menelitinya, menangkap kerisauan gadis itu entah karena apa. Kalau memang karena takut sudah malam hari, pasti dia sudah menerima tawaran Danil. Namun, gadis itu berkali-kali menolak dengan alasan yang tak jelas—seperti ada alasan yang tidak bisa dijelaskan.
Tak ingin bicara apa-apa, Danil melipat tangan di depan dada. Dia masih menatap Radea lekat menunggu apalagi yang akan gadis itu utarakan untuk menolak ajakannya. Sampai akhirnya Yosep menyiku Danil.
"Ngomong," suruh Yosep pada Danil.
"Saya naik ojek aja. Kalian pulang duluan nggak pa-pa." Lagi, gadis itu masih menolak diantar.
Sudah jam dua belas. Suara deru kendaraan mendekat semakin nyaring. Sepertinya konser sudah selesai. Mendengar itu, Radea mundur. Apalagi saat sinar kendaraan roda dua dan roda empat menyerang matanya. Gadis itu menyipit dan berjalan mundur lebih dekat dengan toko buku, menjauhi tepi jalan raya.
Danil tak ingin bicara dan tak mau pergi juga. Dia hanya menatap keanehan Radea yang sudah tak aneh lagi di matanya. Sedangkan Yosep hanya bisa menatap Danil menunggu temannya itu bertindak. Kasihan juga melihat Radea yang tampak ketakutan.
Segerombolan kendaraan memadati jalanan depan toko buku. Dan kini Radea menunduk semakin dalam dan memeluk novelnya erat. Danil mendengkus, dia berjalan ke depan Radea, menutupi gadis itu dengan tubuhnya yang lebih besar agar tak terlihat oleh orang yang lewat. Dia tahu Radea takut keramaian. Gadis itu selalu saja mengatakan 'nunggu sepi'.
Masih berada di depan Radea, cowok itu mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Mengutak-atik entah sedang apa. Ekspresi Danil masih tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Teen Fiction(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...