"Hai, Ra."
"Ha-hai, Kak Galang," balas Radea kikuk.
"Baca buku apa, Ra? Nggak ke kantin?"
Entah mengapa, Radea merasa Galang terlalu sering mengajaknya berinteraksi akhir-akhir ini. Sifat cowok itu yang baik dan ramah kadang membuat Radea bingung, pasalnya Danil memintanya berhati-hati pada Galang. Dia tidak tahu apa yang Danil ketahui tentang Galang, tetapi kalau menilai langsung, sepertinya Galang bukanlah orang jahat.
"Nggak, Kak." Radea mencoba membalas tatapan Galang. Senyum di wajah cowok itu membuat matanya seperti bulat sabit.
Tidak ada yang bisa menampik ketampanan cowok yang kini duduk di samping Radea. Dia adalah cowok populer sampai luar sekolah, apalagi sifat ramahnya membuat Radea perlahan merasa tidak perlu takut.
"Kak Galang nggak ke kantin?" tanya Radea balik. Kini dia sudah tidak fokus dengan buku Matematikanya di meja.
Galang menggeleng. "Temenin lo aja, deh, di sini. Gue juga mau belajar, pelajaran terakhir ulangan Metik."
Galang berdiri, berjalan menuju rak buku pelajaran Matematika. Setelah menemukannya, dia kembali duduk di samping Radea.
"Gue nggak apa-apa duduk sini, 'kan?" tanya Galang sembari memperbaiki letak kursinya lebih dekat dengan meja.
Radea menggangguk. "Duduk aja, Kak."
Dalam beberapa menit, tidak ada yang bicara. Radea kembali fokus pada buku di meja, sedangkan Galang sibuk memandangi wajah Radea. Tanpa Radea sadari cowok itu tersenyum, entah apa artinya.
Radea menggigit ujung pulpennya. Gadis itu masih fokus pada soal yang tidak dia temukan jawabannya. Sadar bahwa kali ini dia sedang duduk bersama si kakak kelas, Radea menolehkan wajahnya menatap Galang, hendak bertanya.
"Eh?" Radea terkejut karena Galang sudah menatapnya intens. Dia jadi kikuk, bola matanya ke sana-kemari menghindari tatapan cowok itu.
Galang terkekeh. "Lucu banget, sih," katanya sembari mengacak gemas puncak kepala Radea.
Kedua mata Radea sontak membulat mendapat perlakuan seperti itu. Dan, apa dia tidak salah dengar?
"Hm, ini ... itu, Kak, mau tanya." Radea menggeser buku di hadapannya menjadi berada di antara dirinya dan Galang.
"Kakak ngerti yang nomor tujuh, nggak?" Radea menunjuk nomor tujuh dengan pulpennya.
Galang menatap soal itu sebentar, lalu berkata, "Pinjam pulpen lo, Ra."
Radea memberikan pulpennya. Mata Galang fokus pada buku pelajaran. Radea menggigit bibir bawahnya canggung saat sadar jarak kepala mereka sangat dekat.
"Gue boleh langsung kerjain di sini?"
"Boleh, Kak."
Tidak sampai dua menit, Galang selesai mengerjakan soal yang Radea tanyakan. Gadis itu ber-wow ria sembari menatap Galang takjub. Memang tidak salah sekolah sering mengirim Galang untuk mengikuti lomba.
"Wah, aku aja ngeliatin udah bermenit-menit bingung mau nulis apa, Kak, karena nggak ngerti banget."
Galang tersenyum. "Emang pelajaran lo udah sampai di situ?"
"Belum, sih, Kak. Cuma aku aja yang belajar."
"Pinter," puji Galang yang kembali berhasil membuat Radea tersenyum.
Setelah itu, keduanya berbicara banyak hal. Mengenai kesulitan Radea dalam belajar, hobi Galang, serta pengalaman-pengalaman Galang dalam mengikuti lomba mewakilkan sekolah. Radea sesekali tertawa saat Galang berusaha membuat suasana mencair dengan lawakan garingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Roman pour Adolescents(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...