Sore ini indekos ramai. Daniel bergabung dengan penyewa lain dan mengobrol di lantai dua. Sesekali mereka tertawa membahas hal tak jelas. Seminggu telah lewat, Danil juga sudah akrab dengan penyewa lain.
"Gue mau ke TDA, ada yang mau ikut?!" teriak Yosep dari pintu kamarnya. Cowok itu mengusap-ngusap rambut basahnya dengan handuk putih.
"Ngapain lo ke sana?" tanya Arka heran. Pasalnya TDA atau Toko Dara Aksesori itu hanya menjual barang-barang wanita saja.
"Mau beli kaus kaki," jawab Yosep enteng. Ia berjalan mendekat masih sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Lo ikut nggak, Nil? Itung-itung liat daerah sini."
"Ya kali. Entar gue dikira bencong," tolak Danil tak langsung. Cowok itu hendak mengambil cangkir kopinya di meja, tapi lebih dulu diraih Yosep. Ia mencebik.
"Ayolah, temenin gue. Cuma beli kaus kaki putih sama hitam kok."
"Toko langganan lo yang biasanya?" tanya Sandi. Ia sudah paham dengan Yosep yang setiap minggu beli kaus kaki.
Yosep itu pemalas dalam hal cuci-mencuci. Pakaiannya selalu di-laundry, tapi loundry langganan yang dekat tidak menerima kaus kaki. Alhasil Yosep selalu membuang kaus kaki yang telah dipakainya. Bisa dibilang Yosep memperlakukan kaus kaki sebagai barang sekali pakai saja. Ia selalu membeli lima kaus kaki setiap minggunya.
"Cape gue. Deketan di TDA, jalan kaki juga sampe." Yosep memberikan cangkir pada Danil. "Ayo, Nil. Temenin gue. Gue malu kalau sendiri doang."
Akhirnya dengan berat hati Danil mengangguk. "Ya udah, gue temenin."
🌇🌇🌇
Tak sampai berjalan lima belas menit untuk sampai di TDA. Toko berkaca itu langsung bisa menampakkan beberapa barang jualannya yang warna-warni di dalam sana. Bangunannya cukup besar walaupun tak bertingkat. Hanya toko aksesori mini biasa.
Danil menahan tangan Yosep saat temannya itu hendak masuk. Danil melihat sekitar, para laki-laki semua menunggu di luar, sepertinya mengantar istri atau kerabat mereka. Danil juga mengintip ke dalam, hanya ada perempuan.
"Lo yakin? Cewek semua di dalam."
"Santai aja. Kita mau beli bukan mencuri," balas Yosep. Ya memang, tampang Yosep santai saja walaupun beberapa laki-laki menatap mereka tak biasa.
Danil mengikuti langkah Yosep yang mulai masuk toko. Mereka disambut ramah oleh pelayan wanita. Yosep balas tersenyum, tapi Danil hanya memasang wajah kikuk. Apalagi saat matanya tak sengaja menangkap keberadaan pakaian dalam wanita.
Setelah mencari sebentar tapi tak mendapatkan yang dicari, Yosep mendatangi pelayan tadi yang masih berada dekat pintu masuk. Danil mengekor.
"Mbak, kaus kaki bagian mana?"
"Sebelah sini, Mas." Pelayan itu mengarahkan tangannya kemudian berjalan, diikuti Yosep dan Danil.
Banyak kaus kaki bermotif, membuat Yosep kesusahan mencari yang polos.
"Mbak, cariin yang warna putih empat yang hitam satu," pinta Yosep, menyerah mencari sendiri dari banyaknya kaus kaki bermotif yang dibiarkan menumpuk.
Danil di samping Yosep. Sekitar satu meter dari mereka, Danil melihat ada banyak ikat serta jepit rambut. Tiba-tiba wajah Radea lewat di ingatan cowok itu.
Tanpa bicara pada Yosep yang sibuk menunggu pelayan mencarikan kaus kaki, Danil mendekati stan ikat rambut itu. Ada beragam bentuk dan warna. Danil menoleh ke belakang, memastikan Yosep dan tak memerhatikannya.
Danil mengambil jepit rambut yang sudah berbungkus berisi tiga, serta ikat rambut berwarna merah satu. Ia tak banyak memilih. Disembunyikannya jepit serta ikat rambut itu di samping tubuh saat berjalan ke kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert VS Ekstrovert ✔️
Teen Fiction(TAMAT) Danil, anak baru yang kebetulan duduk sebangku dengan Radea. Cewek aneh yang tidak punya teman satu pun. Danil yang punya sifat mudah bergaul, terus mengganggu Radea dan bertekad agar gadis itu mau menjadi temannya. Semakin lama, Danil sada...