Guilty -- 🌸

6.9K 731 3
                                    

Written by : haniffz

Lelaki bersurai hitam kelabu itu menjatuhkan payung yang ia genggam saat melihat kekasihnya sedang mencumbu sahabat dekatnya.

Bukan hanya sekadar bercumbu. Bahkan lelaki manisnya mengeluarkan suara-suara yang biasa memenuhi indera pendengarannya saat mereka melakukan hal serupa. Genggamannya pada sebuah kotak kecil berlapis beludru merah mengencang. Seakan-akan, kotak itu akan lenyap seiring bertambahnya kekuatan genggamannya.

BRAK

Begitulah suara pintu yang dibanting oleh Jeno, si lelaki bersurai hitam legam, saat ia memutuskan untuk keluar dari kediaman sang pujaan hati.

Jeno frustrasi. Ia tak tahu harus pergi kemana. Otaknya tak dapat berpikir jernih. Dan ia hanya ingin menyalahkan dua sejoli tadi. Meski kekasihnya adalah objek, tapi tetap saja.

"ARGGH." Teriakannya menggema di tengah jalan yang sepi. Ia terus berjalan, dan tak menghiraukan bunyi klakson mobil yang memperingatkan bahwa dirinya telah berjalan dengan posisi terlalu di tengah.

"LEE JENO!" Seseorang berparas kalem berteriak dengan sangat kuat sembari mendorong Jeno ke pinggir jalan. Secara tidak langsung menyelamatkan Jeno dari sambaran mobil yang melaju tadi.

Orang tersebut berlari ke arah Jeno yang terbaring tak berdaya akibat dorongannya tadi yang menyebabkan lelaki berkulit putih pucat itu membentur aspal trotoar jalan.

"Jeno-ya," lirih orang itu. Jeno sedikit membuka matanya, merasa kepalanya seperti dihantam sebuah kapak besar.

"Renjun-a," lirihnya. Senyuman lemah terukir di belah bibir Jeno. Membuat Renjun, seseorang yang mendorong Jeno, terisak pelan. Renjun hanya mengangguk, lalu melayangkan pandangan kepada mata redup lelaki di dekatnya itu seakan bertanya apakah ada yang ingin ia katakan.

"Jaga ini baik-baik," ucapnya lancar walau diselingi oleh rintih kesakitan. Jeno mengulurkan kotak kecil berlapis beludru merah yang hendak ia berikan pada sang kekasih. Renjun mengambilnya, memandang sejenak dan seketika membulatkan matanya.

"SESEORANG TOLOOONG!" teriaknya kembali. Dan seiring lolongan minta tolongnya itulah, Jeno memejamkan matanya. Kehilangan deru napasnya.

========

"Tuan Lee sedikit mengalami trauma di kepalanya. Tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama. Asalkan ia dapat beristitahat total dan teratur. Ia bisa segera dipulangkan karena beruntung benturannya tidak terlalu keras," ujar seorang dokter bernama Ahn Baekji. Renjun yang mendengarnya hanya bisa menganggukkan kepala.

"Gamsahamnida, uisa-nim." Dengan itu, sang dokter mohon undur diri dan berkata bahwa Jeno sudah bisa dikunjungi. Walau lelaki itu masih terlelap.

Si pemuda asal Tiongkok terkejut saat sekelebat bayangan melewati jarak pandangnya. Tampaknya, ada seseorang yang berlari menuju ruang dimana Jeno dirawat. Segera Renjun menggerakkan tungkainya untuk ikut masuk ke ruangan sang sahabat.

Dan matanya seketika terbakar emosi.

"Puas kau?" Renjun segera bertanya dengan pandangan tajam sewaktu tahu siapa yang ia lihat tadi. Yang berlari layaknya orang kalap, masuk ke dalam Ruang B03. Ruang rawat Jeno.

"Diam, Huang. Dia adalah kekasihku,.."

"Dan dia cukup bodoh karena mempertahankan orang selicik dan seserakah dirimu."

Jaemin membeku. Kalimat yang dilontarkan Renjun benar-benar telak. Menusuk ke dalam hatinya.

Renjun mendekat. Menatap sahabat yang sudah seperti adiknya yang sedang terbaring di kasur. "Kau tidak tahu seberapa besar cintanya untukmu," lirih si lelaki bermarga Huang. Menoleh pada Jaemin, "Bahkan ia telah merelakan dirinya kehujanan seminggu yang lalu. Hanya demi ini."

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang