Obsession -- 🌸

17.2K 1.5K 258
                                    

Written by kucingcuby

.
.
.
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
.

Lee Jeno menggeram tertahan. Mengepalkankan tangannya erat hingga jari-jarinya memutih.

Pencahayaan yang minim dan ramainya orang-orang tidak menyulitkan Jeno untuk menatap tajam sosok yang kini tengah menggila di lantai dansa. Sosok yang selama beberapa jam ini membuat Jeno gila hanya karena hilang tanpa kabar.

Lee Jaemin. Pemuda dengan senyum secerah menteri pagi, menari dengan smirk kecil yang menghiasi wajah rupawannya. Meliukan tubuh ramping nan ringkihnya kesana kemari. Mencipta decak kagum dari orang-orang yang memenuhi lantai dansa, serta tatapan lapar dari orang-orang kelebihan hormon.

Lagi-lagi Jeno menggeram tertahan. Seorang pemuda, yang harus Jeno akui sedikit tampan, mendekati Jaemin, memeluk tubuh pemuda itu dari belakang, lantas mengecup pelipisnya pelan.

Brengsek, batinnya memaki.

Tidak ada yang boleh menyentuh Jaemin-nya, apalagi menggunakan pemuda itu sebagai pemuas nafsu. Tidak boleh! Hanya seorang Lee Jeno yang boleh membuat Lee Jaemin mendesah dan menyebut namanya dengan nada erotis dibawah kungkungan tubuh besarnya.

Amarah Jeno mencapai puncak tertinggi ketika pemuda Lee itu justru berbalik dan mengalungkan lengannya mesra dileher lelaki itu.

Sialan!

Lantas begitu saja, Jeno menerjang pemuda itu. Memukul rahangnya dengan kepalan tangan yang dipenuhi emosi.

Jaemin bergeming, kesadarannya yang dipengaruhi alkohol sulit menelaah apa yang sedang terjadi.

Lelaki tampan yang hendak mencumbunya, tertarik dengan kasar lalu terhempas kelantai.

Jatuh tersungkur dengan sudut bibir yang robek dan mengeluarkan darah. Tidak ada yang menolong, orang-orang yang berada di lantai dansa hanya menjadi penonton.

"Pulang, Jaem!"

Jaemin tersentak, seseorang menyentuh lengannya lembut. Membuat pemuda Lee itu mengerjap pelan.

"Tidak!" Ucapnya keras.

"Pulang sekarang juga, Lee Jaemin."

Jaemin menghempas kasar tangan yang memegang lengannya, lalu beralih menolong pemuda yang mendapat bogeman mentah dari Jeno.

"Kau tak apa-apa, Mark?"

Pemuda tampan itu menggeleng pelan, masih dengan posisi terduduk diatas lantai.

"Sebentar...," Jaemin merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah sapu tangan, lantas membersihkan darah yang mengalir disudut bibir Mark.

Pemuda Lee yang lain hanya menjadi penonton. Dengan amarah serta cemburu yang menjadi satu. Tidak boleh! Lee Jaemin-nya tidak boleh dekat dengan pemuda lain selain dirinya!

Cemburu mengambil alih diri Jeno, membuat pemuda itu menarik Jaemin kasar lantas melayangkan sebuah tamparan dipipi mulus si pemuda Lee yang lebih kecil.

"Demi tuhan, Lee Jaemin! Aku mengkhawatirkanmu! Aku mencarimu kemana-mana! Tetapi kau malah di sini dan menjadi seorang jalang!"

Jaemin, pemuda itu menatap Jeno tidak percaya. Rasa perih dan panas pada pipinya tidak sebanding dengan rasa sakit yang kini menggerogoti relung hatinya.

"Jangan bersikap kasar pada Jaemin!" Mark yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakang Jaemin, membawa pemuda Lee itu kedalam pelukannya. Memandang rendah dan penuh kebencian sosok yang baru saja menampar pipi Jaemin.

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang