Love Lies -- 🌸

4.8K 495 2
                                    

made by chiggady & yeolight :

we recommend y'all to read this while listening Love Lies - Khalid, Normani

__

Jeno kira, pagi itu dia bisa bersantai di balkon kamar dengan secangkir kopi berwarna pekat, sebuah koran di tangannya, tak lupa juga paparan cahaya hangat sang surya yang tengah beranjak naik. Sampai akhirnya, kekasihnya, Na Jaemin, datang tiba-tiba dan duduk di sebelahnya. Penampilannya tampak kacau, rambut acak-acakannya, area matanya yang membengkak, bibirnya kering dan pucatㅡJeno akan ragu kalau lelaki kurus itu bilang dia tidur semalam.

"Hubungan kita sampai disini saja, ya?"

Untung Jeno sedang tidak menyesapi kopi hitamnya, kalau iya, mungkin dia sudah tersedak hebat saat ini. Sepasang tangan itu bergerak turun, hingga korannya jatuh ke pangkuan. Tatapan setajam elang itu langsung terpaku pada manik gelisah milik lawannya.

"Kenapa?" Pertanyaan yang terdengar bodoh dan konyol, tetapi Jeno tidak punya pilihan lain.

Seingatnya, hubungan mereka baik-baik saja. Mungkin memang sama-sama sibuk, tetapi mereka sudah menjalani hubungan ini selama 3 tahun, dan belum pernah mengeluh terhadap satu-sama lain karena sudah pernah membuat perjanjian sebelumnya. Lantas, kekasihnya ini kenapa?

"Aku," ada jeda sebelum ia melanjutkan, "aku menyerah, Jen," sepasang manik cokelat gelap yang menjadi kesukaan Jeno dari tahun ke tahun, kini memberikan tatapan kosong ke arah langit. Istilah kasarnya, buang muka.

Semua gelar akan kepandaian dan kecerdasannya seakan lenyap begitu sajaㅡJeno lebih memilih untuk dipaksa lembur selama satu minggu penuh dibandingkan disuruh untuk mengartikan apa yang sedang terjadi saat ini. Apa yang sudah ia lakukan hingga senyum manis milik kekasihnya tak lagi terlihat? Ia berbuat salahkah? Tapi, apa? Dia rasa tidak pernah berbuat aneh-aneh yang dapat membuat kekasihnya sesedih dan seputus-asa ini.

"Terimakasih untuk semuanya." Jaemin menyempatkan diri untuk tersenyum sebelum keluar dari ruangan itu. Dan untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Jeno membenci senyuman milik Jaemin. Senyuman itu tidak menyiratkan kebahagiaan sama sekali. Datar dan hampa.

Jeno sempat berpikir untuk menahan Jaemin dan bertanya tentang alasannya memilih untuk berpisah. Tetapi, Jeno tahu bahwa sekarang mereka hanya butuh waktu. Dia bahkan tidak menggerakan otot pipinya sama sekali, baik itu untuk mengiyakan atau protes, tetapi si manis sudah melesat pergi saja.

Biarlah, mungkin ini memang waktu bagi mereka memulihkan pikiran masing-masing.

__

Akhir pekan merupakan saat yang paling Jeno dan Jaemin tunggu-tunggu. Maklum, keduanya sama-sama sibuk di hari biasa, tidak dapat bebas bertemu satu-sama lain. Biasanya, untuk menghabiskan hari, mereka akan melakukan quality time. Menghirup udara segar sore hari di taman kota, mengunjungi pasar malam, menonton film bersamaㅡbaik di rumah atau di bioskop, atau jalan-jalan di pusat perbelanjaan.

Untuk akhir pekan kali ini, mereka memilih opsi terakhir.

Kebetulan pula, pasokan kebutuhan sehari-hari di apartment Jaemin sudah mulai menipisㅡsudah memasuki awal bulan yang baru. Tak ada salahnya jika Jeno menemani kekasihnya itu untuk berbelanja kebutuhan bulanan, bukan?

Tidak banyak yang mereka lakukan disana, sama seperti interaksi keduanya. Khalayak masih menganggap hubungan asli keduanya tabu, sehingga mereka pun tak bisa menunjukkan afeksi lebih di tempat umum. Hanya sekedar merangkul, atau melontarkan lelucon biasaㅡyang sekiranya tidak dapat membuat sekitar mencurigai dan diberi tatapan aneh. Dibatasi, dan memang sepatutnya demikian.

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang