Written by matryoshkagirl
.
.
.
.
.
"Jaemin! Aku duluan ya!"
Jaemin melambaikan tangannya kearah Haechan yang sudah berlari menyusul Mark. Kemudian ia menengadahkan kepalanya keatas, menatap langit yang terlihat kelabu. Sepertinya hari ini hujan akan mengguyur kota lagi seperti kemarin sore. Pemuda manis itu merogoh tasnya mencari benda yang selalu tersedia di musim seperti ini.
Tes!
Setitik air jatuh tepat di hidung bangir Jaemin. Sekali lagi ia mendongak, merasakan tetesan lain yang semakin banyak mengenai wajahnya. Buru-buru ia berteduh sebelum anak-anak air itu sukses membuatnya basah kuyup.
"Duh, aku lupa bawa payung." Gumam Jaemin pelan. Ia pun belari ke halte bus yang letaknya cukup jauh dari sekolahnya. Beruntung bagi Jaemin karena halte tidak terlalu ramai.
Hujan hari ini tidak terlalu deras seperti kemarin, tetapi tetap saja bisa membuat sakit kalau nekat menerobos. Jaemin tidak sebodoh itu untuk menerobos hujan. Jarak dari sekolah menuju rumahnya cukup jauh. Jadi lebih baik ia naik bus atau menunggu hujan sedikit reda kalau memang mau berjalan kaki.
Eh, jadi teringat sesuatu.
Jaemin memandang air hujan yang turun sambil tersenyum. Ingatannya berputar kembali pada kejadian beberapa waktu lalu, sebuah momen yang membuat pemuda manis itu menyukai hujan.
Momen manis yang sangat membekas di hati Jaemin dengan orang itu.
oooOooo
*Flashback*
Bibir mungil semerah cherry itu terus menggumamkan kalimat umpatan kesal dengan pelan. Ini adalah hari yang buruk untuknya karena hujan mengguyur kota sejak subuh. Akibatnya adalah seragamnya sudah lembap, nyaris basah. Sepatu kesayangannya pun jadi basah dan kotor. Hari yang buruk juga turut disumbangkan oleh bus yang biasa ia naiki belum terlihat. Ngomong-ngomong, ia sudah menunggu di halte hampir satu jam.
"Kapan berhenti, sih?"
Pemuda manis dengan nama Na Jaemin tidak berhenti merutuki hujan yang masih setia menunjukkan eksistensinya di bumi. Ini adalah hari senin, dan hujan sudah merusak mood-nya sejak membuka mata tadi pagi.
Jaemin benci hujan. Alasannya sederhana, hujan membuat semuanya menjadi basah. Ditambah lagi, angin akan menjadi lebih dingin ketika hujan turun, dan Jaemin benci itu.
"Ugh, apa hujannya tidak ada niatan untuk berhenti?"
Lagi-lagi kalimat kesal itu keluar dari bibir tipis Jaemin. Ia tidak peduli ketika orang-orang menatapnya dengan heran.
"Daripada mengeluh, akan lebih baik bila kau bersyukur ketika hujan turun."
Jaemin sontak menoleh ketika seseorang menyahutnya. Tak jauh darinya, seorang pemuda bersurai hitam yang memakai seragam yang sama dengannya sedang mendongak menatap hujan. Mata bulan sabit pemuda itu sekilas melirik Jaemin yang bersungut-sungut sebal.
"Apa yang perlu disyukuri dari hujan? Semuanya jadi basah karena hujan." Kata Jaemin sengit. Pemuda itu tersenyum sekilas hingga eye smile yang menggemaskan. Untuk sesaat Jaemin terpana, sebelum akhirnya mengarahkan padangannya ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Together With Nomin
FanficThis book dedicated to our precious NoMin♡ (c) withnomin - 2018 restart: December 8th, 2018