made by chiggady
includes some mature scenes, rate 15+
__
Bar adalah tempat keduanya bertemu pertama kali.
Cupid tidak segan untuk memanah ketika kontak diantara mereka terjadiㅡmeski hanya sebuah kontak kecil, yaitu berupa iris hazel yang bertubrukan dengan iris selegam arang milik sesosok yang duduk di seberangnya.
Jaemin, si pemuda dengan iris hazel, memang merupakan seorang bocah ingusan yang datang ke klub malam hanya karena ikut-ikutan teman-temannya. Supaya dianggap bisa mengikuti tren, supaya pengalaman masa mudanya sama dengan teman-temannya. Dia selalu mabuk dan mendapat hangover parah tiap keesokan hari, padahal baru minum beberapa teguk semalamnya. Namun, dia tidak tahu bahwa ternyata seringaian lelaki di klub malam yang ia temui tempo hari lalu, ternyata lebih memabukkan dan lebih bisa membuat pipinya memanas hingga ke telinga, dibandingkan semua minuman beralkohol yang pernah ia coba.
Jeno, si lelaki pemilik iris selegam arang, tak pernah menangkap seseorang menatapnya dengan begitu lekat. Ia mengaku, bahwa ia tak butuh waktu lebih dari lima detik untuk jatuh cinta pada tatapan setajam elang itu. Tak pernah ada seorang pun yang berani menatap langsung ke maniknya, salahkan aura intimidasi pekat nan dingin yang menguar dari dalam dirinya, membuat banyak orang merasa segan alih-alih takut padanya. Namun, pemuda manis itu berhasil menangkap matanya, dan ia takkan pernah mau melepaskan mangsanya dengan mudah.
__
"J-Jen.."
Punggungnya kembali dicakar, kuku-kuku pendek itu setengah menancap pada kulitnya, ikut bergerak naik-turun secara samar sesuai dengan tempo geraknya. Kelopak matanya masih terbuka lebar, menatap dalam sesosok kurus di dalam kukungannya, mengesampingkan fakta bahwa lelaki manis itu memejamkan matanya erat-erat sambil meloloskan lenguhan tiap kali anggota tubuh bagian selatan miliknya menghujam satu titik yang menjadi kelemahan sosok itu.
Ekspresi wajahnya memang datar, padahal sebenarnya ia tengah tersenyum menang dalam hati. Melihat pemuda yang tadi begitu berani menatapnya, kini hanya bisa mendesah pasrah di bawahnya.
"Hmph."
Desahan tertahan kembali lolos ketika pemuda bernama lengkap Lee Jeno itu menggigit, kemudian menghisap kuat salah satu titik di leher pemuda lain yang berada di bawahnya, Na Jaemin. Tindakan tersebut berhasil meninggalkan sebuah ruam merah cerah lain di kulit tan itu, yang jika dibiarkan saja hingga fajar tiba nanti, mungkin akan berubah menjadi merah gelap, hampir keungu-unguan.
"Tatap aku," perintah Jeno, absolut.
Mau tak mau, Jaemin terpaksa membunuh rasa malunya dan membuka matanya. Iris hazel itu terbit perlahan-lahan, dan seketika langsung terpaku dengan milik lawannya. Tatapannya terlihat sayu, yang sebenarnya bermaksud memberi tahu bahwa ia sudah sangat lelah, tetapi justru malah mengundang Jeno untuk berbuat semakin liar.
"Fuck, are you teasing me?" Jeno kembali menunduk dan menggeram rendah tepat di sebelah telinga Jaemin.
Jaemin menggeleng pasrah untuk pertanyaan itu, tetapi tubuhnya memberi reaksi seakan meminta yang lebih pada Jeno. Agar pelepasan keduanya segera tiba. Tangannya tak lagi di punggung Jeno, tetapi sudah beralih menjambak lembut surai pemuda itu. Sementara kedua kakinya yang sudah terbuka lebar sejak tadi, dilingkarkan erat ke pinggul Jeno.
Selang beberapa detik, Jaemin mulai merasa penuh di bawah sana, Jeno pun mempercepat temponya. Itu pertanda bagus, pelepasan keduanya sudah di depan mata, dan setelah ini Jaemin harus berdoa agar Jeno mau berhenti, karena ia sudah sangat letih.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Together With Nomin
FanfictionThis book dedicated to our precious NoMin♡ (c) withnomin - 2018 restart: December 8th, 2018