Tanpa Kata -- 🌸

6.8K 818 54
                                    


Warning⚠

Perhatikan tanggal yang tertera agar lebih ngENA

*****

Written by : kucingcuby

(2 Juni 2018)

Ramai.

Riuh rendah suara menjadi lagu.

Tawa dan tangis berpadu satu.

Disetiap jengkal ubin yang dingin, berkisah tentang jiwa yang tak lagi merasa ingin.

Disetiap pintu kayu, terdapat mata yang menatap sayu.

Disetiap langkah menjauh, terdapat ratapan yang kian melayu.

Lorong panjang menjadi saksi, raga-raga manusia yang telah kehilangan arah.

Taman beralas permadani rerumputan, menjadi tempat berteduhnya raga tanpa jiwa yang kehilangan angan.

Disudut terjauh, dalam sebuah ruang pengap, tanpa sinar mentari yang menyapa, tanpa bias jingga yang memperindah, tanpa pengaruh waktu yang terus berlalu, seorang pemuda rupawan, duduk terpaku menatap lantai putih.

Begitu dingin, seakan mentari memang enggan memberi hangat.

Terasa jauh, seakan jarak menjadi jurang dalam nan mematikan.

Rantai besi melilit, mengikat raga tanpa jiwa yang kian merana.

Sunyi hanya beberapa detik, sebelum gelegar tawa dengan uraian air mata kembali memenuhi ruangan.

"Kembali 'kan dia padaku," lirihnya pelan. Angin bahkan enggan menerbangkan sang suara agar terdengar oleh makhluk lain.

Sebulir air mata jatuh, menuruni pipi pucat tanpa rona.

Sebulir lagi ikut luruh, bersama dengan tawa kecil penuh derita.

"KEMBALI 'KAN DIA PADAKU!" Teriakan memenuhi ruangan, bergema tanpa ada peredam suara.

Seorang wanita dan seorang pria berpakaian serba putih membuka pintu yang setiap saat terkunci, menatap iba sosok yang berteriak dengan derai air mata dan juga tawa.

"Tenanglah," ucap sang wanita, berusaha menenangkan raga yang tak lagi memiliki asa.

Sosok itu menatap tajam, mengusap air mata, lantas menarik tangan sang wanita kasar, "KAU YANG TELAH MEREBUTNYA DARIKU! KEMBALI 'KAN!"

Suara gemerincing rantai yang beradu dengan lantai, teriakan, umpatan, serta ringis kesakitan seakan menjadi melodi yang tak pernah berhenti berputar dalam ruangan pengap nan jauh itu.

Sang pria meraih sebuah jarum suntik yang terletak diatas meja, memenuhinya dengan obat penenang, kemudian menyuntikannya pada sosok yang masih meraung dan menyerang sang wanita.

Seperkian detik, sosok itu masih memberontak. Menyakar, menjambak, bahkan memukul sang wanita dengan membabi buta.

Hingga pada hitungan ketigapuluh, sosok itu terkulai lemas dengan kesadaran yang perlahan menghilang.

Sang pria memindahkannya pada sebuah matras tipis yang tergeletak begitu saja diatas lantai, membuat posisi paling nyaman untuk sosok itu beristirahat.

"Sudah dua tahun, tapi kejiwaannya tak kunjung membaik." Sang wanita berkata, masih dengan tatapan iba.

"Kehilangan cinta sekaligus Adik satu-satunya bukanlah hal yang mudah, Joy." Sang pria masih senantiasa berjongkok disebelah matras, menatap wajah rupawan yang menjadi pasiennya hampir dua tahun ini.

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang