Written by nomin00
..
.
Jeno menggeram rendah dipelepasan keduanya. Sambil bangkit untuk mengeluarkan miliknya dari dalam tubuh pemuda yang terisak dengan posisi memprihatinkan, sialnya, Jeno merasa kembali tegang memandang tubuh mulus lawan mainnya.
Jeno bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Keinginannya untuk memandikan pemuda itu dengan air hangat tidak buruk, kan?
"Berhenti menangis. Kau terlihat lebih seksi dengan pipi yang basah seperti sekarang,"
Nada dingin menguar dari mulut Jeno, membuat ia yang sedari tadi terisak di ranjang bungkam seketika. Tangan kecilnya memilin ujung selimut di atas dadanya dengan lemah.
"Maaf. Seharusnya aku merawatmu, bukan menyetubuhimu."
Siapa sangka? Seorang Lee Jeno meminta maaf kepada ia yang buta di depannya?
Tangannya menyingkap pelan selimut yang membungkus tubuh pemuda tersebut, dengan perlahan mengangkat tubuh kurus itu ke dalam gendongannya. Membawa si buta memasuki kamar mandi.
"Aku akan memandikanmu, Na. Kau tak perlu khawatir, aku tahu kau lelah,"
Si buta itu, Na Jaemin. Teman yang sangat Jeno sayangi.
"Kenapa?"
Kali ini Jaemin bersuara. Kedua tangannya meremas ujung bathtub kamar mandi milik Jeno.
Jeno tidak siap, pertanyaan ini meluncur dari bibir Jaemin tanpa jawaban yang seharusnya dikatakan oleh Jeno saat itu juga. Setidaknya ia harus berusaha meyakinkan Jaemin,
Apalagi, dua bulan lagi Jeno akan bertunangan.
Jeno masih diam. Tangannya mengusap pelan punggung mulus Jaemin disertai dengan sabun beraroma favorit Jeno akhir-akhir ini. Dan itu aroma kesukaan Jaemin sejak dulu. Ia sengaja membelinya untuk Jaemin.
Satu fakta. Jeno dan Jaemin tidur satu ranjang selama enam bulan belakangan ini, tanpa melakukan hal yang lebih dari sekedar peluk dan tidur.
—dan terkadang Jeno mencuri kecupan di kening Jaemin saat ia telah terlelap.
Namun malam ini Jeno bersalah. Akibat meminum sebotol wine di bar mini apartemennya, Jeno kehilangan kesadaran sekaligus kewarasan untuk tidak menyetubuhi teman mungilnya— yang saat itu tertidur.
"Aku takut,"
Jaemin berbisik lirih. Tatapan matanya yang kosong tidak tertuju pada objek apapun saat ini. Mata itu, mata kesukaan Jeno. Yang sialnya bengkak karena perbuatan Jeno sendiri,
"Tapi kau menggunakannya kan, Jen?"
Jaemin hampir terisak lagi ketika Jeno masih memilih bungkam.
Jeno ingin berteriak keras. Mengatakan pada dunia bahwa ia adalah lelaki yang bodoh. Dia tidak menggunakan pengaman! Itu yang sekarang ada di otak si bodoh Jeno,
"Tapi kenapa Jeno?"
Jaemin masih meracau dengan lirih. Kedua tangannya begitu gemetar dan terlihat semakin lemah dimata Jeno,
"Jangan khawatir, Na. Aku akan bertanggungja—"
"Apa yang bisa kau harapkan dari seseorang yang buta sepertiku, Jen?"
Jeno kembali bungkam. Bukan karena pertanyaan Jaemin, melainkan bungkam untuk menahan sumpah serapah yang telah berada di ujung lidahnya,
Jaemin salah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Together With Nomin
FanfictionThis book dedicated to our precious NoMin♡ (c) withnomin - 2018 restart: December 8th, 2018