The Only One -- 🌸

6.2K 772 115
                                    

Written by matryoshkagirl


.

.

.

.

.

'Bangun, pemalas! Ini sudah jam berapa?'

"Iya iya, aku sudah bangun."

Jeno mematikan ponselnya dan mengucak matanya sesaat, melirik jam weker berbentuk sepatu boots yang ada di nakas. Sudah pukul 06.45 KST. Seketika matanya terbuka lebar dan kesadarannya menjadi compos mentis.

"Ya Tuhan, aku terlambat!"

Pemuda tampan itu langsung melompat turun dari ranjangnya. Hari ini ia ada kuliah pagi yang akan dimulai pukul 07.30 KST. Ia pun mandi dengan seadanya dan segera berganti pakaian. Jarak apartemen dengan kampus tempatnya menuntut ilmu cukup jauh, sehingga Jeno harus segera berangkat.

Drrrt... drrrt... drrrt...

"Hm?"

'Jangan lupa sarapan dulu. Mentang-mentang sudah hampir terlambat lalu kau melewatkan sarapan'

"Iya."

Jeno mengambil selembar roti tawar dan mengunyahnya dengan cepat. Ia tidak punya waktu untuk menyiapkan sarapan yang lebih layak.

'Pakai mantelmu. Kau itu sudah dingin dan jutek. Nanti angin akan kalah dingin denganmu.'

"Ini musim panas, Na. Mana ada yang pakai mantel di musim panas?" sahut Jeno jengah.

'Kalau begitu hati-hatilah ketika kau pergi. Jangan tidur di kelas dan jangan makan sembarangan. Ingat, lambungmu tidak bagus.'

"Eum. Aku mengerti."

Jeno langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya dan segera keluar dari apartemennya. Hari yang baru sudah dimulai.

oooOooo

Untuk kesekian kalinya Jeno berdecak kesal. Dosen yang mengajar pagi ini ternyata tidak jadi mengajar karena para dosen pengajar ada rapat mendadak dengan rektor. Tahu begitu lebih baik ia tidur lebih lama lagi karena mata kuliah selanjutnya masih nanti siang.

"Jeno!"

Jeno menoleh. Ia melihat serombongan mahasiswa berjalan ke arahnya. Ia hanya tersenyum tipis sambil melambaikan tangannya.

"Tumben datang pagi saat kuliah kosong." Goda Mark. Jeno meninju pelan bahu sahabatnya itu.

"Jaemin meneleponku. Aku juga tidak melihat pesan di kakaotalk. Kukira tetap kuliah seperti biasanya." Sahut Jeno.

"Duh, senangnya yang ditelepon pacar pagi-pagi." Ledek Doyoung. Jeno hanya tersenyum tipis.

"Oi, kapan mau mengenalkan pacarmu pada kami?" Johnny menyenggol lengan Jeno pelan. Jeno menoleh pada pemuda jangkung itu.

"Nanti aku kenalkan kalian padanya, hyung. Jangan khawatir." Kata Jeno.

"Memangnya pacarmu sebenarnya seperti apa, sih? Sampai kau terus menunda untuk mengenalkannya pada kami." Tanya Winwin. Jeno terkekeh, manik kelamnya menerawang langit biru yang ada di atas sana.

"Dia lebih cantik dari pemuda-pemuda manapun yang kalian kenal, tingkah lakunya lembut, baik, penyayang... yah, pokoknya dia yang terbaik." Ujar Jeno.

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang