Momment -- 🌸

5.4K 608 25
                                    

Written by nomin00

.

.

.

.

.

Mari berjanji. Kau akan selalu menyukai ingatanmu, berjanjilah, untuk kali ini. Berjanji untukku.

☆☆☆

Jaemin terlihat pucat hari ini. Bibir yang biasanya berwarna pink terlihat kontras dengan warna pucat—namun ia masih tersenyum.

Tangannya terlihat gemetar dan lebih putih dari biasanya. Beberapa puluh menit yang terlewati, bibirnya tak pernah luput untuk bergumam bahwa ia baik-baik saja.

Tangan itu masih bergerak lembut, mata bulat itu masih menatap fokus apa yang sedang disentuh oleh tangannya— dan bibir pucat itu masih tersenyum manis menatap apa yang difokuskan oleh matanya.

Tuk

Tangannya bergegas meraba ke dalam tas, mengambil sesuatu yang sangat dibutuhkannya—hidungnya- saat ini.

Mendapatkannya, Jaemin segera memberi lubang hidungnya semprotan beberapa kali secara bergantian. Huft, Jaemin menarik nafas pelan. Hidungnya memerah.

Setelahnya, tangan itu kembali bergerak. Ia tak mahir, tapi tetap bersikeras melakukannya sendiri.

Suatu hari Renjun, teman satu kamarnya di apartemen, bertanya tentang apa yang telah Jaemin siapkan untuk seseorang yang dicintai.

'Aku akan memberi jantung sehatku untuknya. Karena kekuranganku hanya pada saluran pernafasan—kau tahu, hidung dan saluran pernafasanku lainnya.'

Selalu itu. Jawaban Jaemin yang diakhiri dengan kekehan senang— yang membuat Renjun mau tak mau tersenyum dalam pancaran mata kesedihan. Renjun menyayangi Jaemin, teramat sangat.

Jaemin sendirian di kamar itu. Renjun pamit pergi kencan dengan kekasihnya, Chenle.

Tadinya Jisung berkata ingin menemani Jaemin sementara Renjun pergi, tapi terhalang badai—ya, musim dingin ekstrem membuat badai salju semakin tak terkendali.

Kendati demikian, badai itulah yang membuat Jaemin kewalahan memberi semprotan lebih dari lima kali dalam sehari.

Lendir di saluran hidung menuju saluran pernafasan lainnya begitu menyumbat.

Pikir Jaemin, andai ia bisa bebas mengeluarkan bersin, mungkin ia tak akan kesusahan seperti sekarang dengan hidung terlampau merah.

Ah, mengapa aku jadi mengeluh begini?

Jaemin merengut. Tatapan matanya beralih kepada hadiah yang sedari tadi dibungkusnya.

Segera Jaemin menyelesaikan sebelum malam menjelang, agar benda yang di dalamnya cepat juga diberikan kepada seseorang.

☆☆☆

Jaemin berjalan gontai menuju kamar yang akan didatanginya. Tangannya sesekali mengeratkan genggaman di dalam kantung hoodie tebal abu-abu yang ia kenakan.

Hei, kemana hoodie-hoodie berwarna cerah yang biasa ia kenakan?

Pipi yang sekarang menirus itu semakin berwarna pucat— ia kedinginan.

Hidungnya masih sama, merah.

Jaemin telah sampai. Di depan kamar yang akan ia masuki, untuk menemui-nya.

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang