Peter Pan Syndrome -- 🌸

6K 600 14
                                    

Written by nasharin

.

.

.

.

.

Based on Luz – Peter Pan Syndrome
(@media)

*

Aku membenarkan dasiku yang acak-acakkan, tak lupa dengan jas yang ku kenakan. Menghela nafas berkali-kali, entah kenapa sekujur tubuhku bergetar. Setelah merasa tenang, aku mulai memasuki area gereja kecil yang ada dihadapanku ini. Kemudian aku mengedarkankan pandanganku mencari tempat kosong, untunglah aku langsung menemukannya, tempat itu berada paling depan.

Disini sudah ada banyak orang, mereka membicarakan banyak hal yang tidak aku mengerti. Aku merasa sangat terasingkan disini. Andai saja ini bukan pernikahan sahabatku maka aku tak akan datang.

Ku lihat altar pernikahan dimana disana ada seorang pria tampan dengan setelan tuxedo berwarna hitam, ia terlihat cocok dengan pakaian itu.

Tiba-tiba saja bel gereja berbunyi, tanda apabila pengantin lain akan memasuki altar. Sontak saja aku berdiri disusul oleh undangan lainnya. Aku menolehkan kepalaku menatap seorang pria manis dengan tuxedo berwarna putih yang sangat cocok dengan nya. Ia perlahan berjalan ke altar didampingi oleh sang ayah.

Dia adalah sahabatku, orang yang kukenal sejak kecil. Sang Tuan Muda yang egonya sebesar dunia. Aku tersenyum begitu melihat ayahnya mulai menyerahkan sahabatku itu pada pengantin nya.

Ya, aku tersenyum. Walaupun hatiku terus berteriak, "Jangan pergi!" padanya. Tapi aku bisa apa sekarang? Dia, Na Jaemin, sahabatku telah menjadi milik orang lain.

*

Semasa kecil, aku bertemu dengan Jaemin di hutan. Dia seperti orang yang tersesat saat itu. Aku pun berniat untuk membantunya keluar dari hutan. Setelah keluar hutan, aku pikir, aku tak akan bertemu lagi dengan Jaemin. Tapi ternyata kami bertemu lagi dan menjadi sahabat dekat.

Sifatku yang dingin ini membuat banyak orang membenciku, atau mungkin tak ada satu orangpun yang menyukaiku. Hanya Jaemin lah yang menerimaku.

"Jeno~!!" teriak Jaemin dari kejauhan.

"Ada apa?" tanyaku karena Jaemin terlihat bahagia hari ini.

"Ikut wisata gak?" aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban bahwa aku tidak ikut, lagian untuk apa aku ikut wisata begitu? Tidak berguna. Hanya membuang uang saja.

Aku lihat Jaemin mengerucutkan bibirnya, kupikir ia kesal karena aku tidak ikut wisata. Pastinya setelah ini Jaemin akan merajuk sampai aku mau ikut wisata.

"Ihh Jeno gak seru!" tuh kan Jaemin mulai merajuk.

"Bukan begitu, Jaem. Aku hanya sedang menghemat uangku saja," jelasku sebaik mungkin agar Jaemin tak makin merajuk.

"Alasan! Paling juga buat beli game di steam!" aku diam karena apa yang dikatakan oleh Jaemin itu ada benarnya.

"Tapi Jaem, aku gak bisa ikut wisata karena—"

"Gak mau tahu!! Pokoknya Jeno harus ikut! Masa sahabat Jaemin gak akan ikut!" kali ini ia menghentakkan kakinya dan berbalik memunggungiku, membuatku meringis, dan terpaksa menganggukkan kepala sebagai jawaban.

✔️Together With NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang