Chapter 15

140 17 0
                                    

Tanpa aku sadari, ada banyak orang yang menyayangi dan melindungi ku

-Areta Archandra-

---

"Harsen..."lirihnya.

Orang yang membawanya tadi ke Rooftop ternyata Harsen.

Tanpa babibu lagi, Reta langsung berhambur dipelukan Harsen. Disaat seperti ini dia butuh seseorang untuk sandaran. Dan sandaran ternyamannya yang selama ini selalu ada untuknya yang berada di hadapannya sekarang.

Tidak bisa dipungkiri lagi jika Harsen adalah sandaran untuk Reta sejak mereka masih sama-sama di Bandung dulu. Selalu Harsen yang menjadi pelabuhan kesedihannya.

"Jangan sedih lagi ya" Harsen mengeratkan dekapannya pada Reta. Dia berusaha menyalurkan ketenangan pada Reta. Dia sudah mengerti benar tentang gadis ini.

"Princess nanti kecantikannya berkurang kalo ada air matanya. Jadi udahan ya nangisnya" ucap Harsen berharap Reta berhenti menangis.

Senyum tipis terbit diwajah cantik Reta "Makasih ya, selalu Harsen yang jadi penenang Reta" Reta mengurai pelukannya dengan Harsen

"Reta sayang banget sama Harsen. Harsen udah kayak Kakak bagi Reta. Makasih ya" ucapnya dengan sungguh dan tulus.

Harsen tersenyum getir mendengar pernyataan Reta barusan. Tapi dia berusaha menetralkan rasa kecewa yang tersirat pada dirinya.

"Iya Princess. Aku juga sayang banget sama kamu" layaknya lelaki terhadap gadisnya, lanjutnya dalam hati.

"Promise, kamu jangan nangis lagi. Oke?" tanyanya pada Reta dan mengangkat jari kelingkingnya ke udara

"Promise" Reta menautkan kelingkingnya dan Harsen dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Kedua insan itu tertawa lepas dan seperti tanpa beban. Mereka tampak bahagia. Bahkan mereka tak sadar ada seseorang yang mengepalkan kedua tangannya. Seperti menahan emosi dibalik pintu Rooftop.

'Entah kenapa dada gue terasa sesak kalo ngeliat lo bisa tertawa bahagia dengan lelak lain?' batin orang itu.

---

"Lo dari mana aja sih? Gue sama Olin udah lama nungguin lo, tapi gak dateng-dateng" sebal Abel pada Reta yang baru saja duduk dikelasnya.

"Hehe Maaf, tadi ada insiden kecil" Reta meringis mengingat kejadian tadi

"Insiden? Insiden apa?" Olin angkat bicara saat mendengar jawaban Reta

Reta nampak ragu untuk menceritakan pada kedua sahabatnya. Sahabat? Ya mereka sekarang adalah sahabat Reta. Reta bahkan tak ragu mengatakan mereka adalah sahabatnya.

"Eem...itu...a-anu soal--" Reta nampak semakin ragu. Dia tidak mau sahabatnya mengamuk jika tau apa yang terjadi sebenarnya.

Olin yang melihat raut wajah Reta yang bingung, dia menghela nafas pelan. Dia memegang kedua bahu Reta dan menatapnya serius. "Cerita ke gue insiden apa. Gue tau ini bukan hal biasa. Mata lo gak bisa bohong Ta" ujar Olin serius

Reta menghela nafas dalam "Kak Egril" cicitnya dengan wajah tertunduk

"Kak Egril meluk kak Kisya di depan aku. Aku...Aku--" Reta kembali terisak.

Olin mengangkat wajah Reta dan menghapus air matanya lembut "Lo jangan nangis ya, dia gak pantes lo tangisin" Olin memeluk tubuh rapuh Reta

"Reta jangan sedih-sedih lagi ya. Abel ikut sedih nih" Abel ikut memeluk Reta dari samping

AretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang