Chapter 16

142 17 0
                                    

Hujan itu menyenangkan dan menenangkan

-Areta Syakinara Archandra-

---

Rintikan air hujan mulai turun membasahi bumi. Awan mendung berubah semakin menjadi hitam pekat. Tapi kedua insan yang masih berpelukan itu, sama sekali tak merasa terusik.

Mereka masih sama-sama menikmati kenyamanan dalam dekapan masing-masing. Reta masih sedikit terisak tapi tak separah tadi. Dan Faris, terus membelai surai gadis didekapannya.

Faris yang perlahan menyadari bahwa mereka telah diguyur oleh hujan, mengurai pelukan mereka. "Reta hujan, kita harus berteduh sekarang. Kalo nggak kita bisa sakit" ujarnya dengan raut wajah yang terlihat...khawatir?

Reta tersenyum "Kak Faris aja, Reta udah biasa main hujan. Jadi Reta gak gampang sakit"

"Tapi lo bisa m--"

"Makasih" potong Reta cepat. "Reta akan lebih baik-baik aja kalo dibawah hujan. Karena hujan, Reta merasa semua beban Reta menghilang. Jadi Reta akan lebih baik dari sebelumnya kak"

Faris menetap lekat netra Reta. Cantik. Satu kata yang terlintas saat dia menatap intens Reta. Faris tersenyum "Gue bakal nemanin lo"

"Eh?" Reta nampak terkejut.

"Ayo" Faris menjulurkan tangnnya pada Reta. "Kita nikmatin hujannya bareng-bareng" ujarnya dengan senyum meyakinkan.

Tanpa berpikir panjang, Reta langsung menyambut uluran tangan Faris. Mereka berlarian dan melompat dibawah derasnya air hujan. Bahkan Faris mengangkat tubuh Reta ala bridal style dan membawanya berkeliling dibawah hujan.

Mereka berdua tertawa lepas. Seolah hidup meteka benar-benar tak ada beban.

Sore itu, Faris dan Reta benar-benar menghabiskan waktu dibawah hujan. Hanya mereka berdua saja. BERDUA!

---

"Kak Faris..."

"Hmm?"

"Reta mau nanya boleh?" tanya Reta hati-hati.

Saat ini mereka masih berada di danau, tetapi hudan sudah reda sejak sepuluh menit tadi. Jadi mereka hanya duduk dibangku, kelelahan bermain hujan.

"Boleh"

Reta menghembuskan nafas "Emm, kak Faris beneran sepupuan sama Harsen ya?" tanya Reta

"Iya" jawabnya.

"Tapi kok Reta gak pernah tau? Reta kenal Harsen dari kecil padahal" dia tampak berpikir sejenak "apa Harsen memang gak pernah cerita ya kalo dia punya sepupu laki-laki?"

"Enggak gitu. Gue sama Harsen memang sepupuan, tapi udah lama gak ketemu dari kecil. Waktu itu gue pindah dari Bandung, makanya gak pernah ketemu lagi" jelasnya "bahkan wajah dia aja gue gak tau. Saat dia jadi murid baru, gue bener- bener gaktau kalo dia sepupu gue. Tapi beberapa hari, dia dateng ke rumah gue ketemu mama gue. Dari situ deh gue baru tau dan baru inget kalo dia sepupu gue"

"Oh jadi gitu. Reta kirain Harsen sengaja gak ngasih tau Reta" ucapnya "Harsen baik ya kak"

Faris menautkan kedua alisnya bingung atas pernyataan Reta. Dia tak mengerti maksud dari arah pembicaraan mereka saat ini.

"Harsen itu segalanya bagi Reta. Dia lelaki baik dan lelaki hebat setelah Papi. Dia sayang banget sama Reta. Dia juga yang selalu ngelindungin Reta, dia udah kayak kakak bagi Reta" sebulir air mata jatuh dari pelupuk mata Reta.

"Gue tau, dari tatapan mata Harsen gue tau jika dia begitu menyayangi lo" ujar Faris.

"Tadi Harsen mukulin kak Egril" cicitnya "Reta gak sengaja tadi liat, tapi Reta gak berani nyamperin Harsen. Itu pertama kalinya Reta liat Harsen jadi buas gitu. Dan alasan dia mukulin kak Egril itu Reta"

Flashback on

"Aduh kok tiba-tiba Reta kebelet ya?" saat ini dia sudah berada di kelas, tapi bel belum berbunyi.

"Abel, temenin Reta ke toilet yuk" ajaknya

"Gue masih ada tugas catetan Ta. Ajak Olin aja" tolak Abel

"Olin lagi diluar. Ya udah Reta sendiri aja"

"Hati-hati ya"

Reta segera berlari menuju toilet. Setelah selesai dengan panggilan alamnya, Reta hendak kembali ke kelas. Tapi dia tak sengaja mendengar suara kegaduhan dari arah gudang yang tak begitu jauh dari toilet. Akhirnya, Reta memutuskan untuk melihat apa yang terjadi di gudang sebenarnya.

Langkah Reta semakin mendekati gudang. Terdengar suara seseorang dari dalam sana. Reta mengenal suara itu. Bukan hanya satu, tapi dua suara. Reta mengenal suara-suara itu.

Reta mencoba mengintip dari celah pintu. Tubuh Reta menegang saat melihat yang terjadi di dalam. Dia tidak salah, dia mengenal suara itu. Harsen dan Egril.

Reta membekap mulutnya tak percaya. Kedua orang terdekatnya. Sedang terlibat perkelahian. Tapi Harsen nampak unggul dibanding Egril.

"Jauhin Reta atau lo bakal dapat lebih dari ini!" terdengar suara Harsen yang mengancam Egril. Harsen berjalan menuju luar. Reta segera berlalu dari sana, dia tidak mau ketahuan.

Flashback off

"Harsen punya alasan sendiri ngelakuin itu" Faris menjeda ucapannya "Mungkin kalo gue tau kejadiannya gitu, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama seperti yang Harsen lakukan" lanjutnya dan menatap lekat mata Reta.

Reta merasa gugup dan merasakan pipinya memanas. Dia memutus kontak dan memalingkan wajahnya.

"Lo blushing Ta?" tanya Faris sambil menahan tawanya.

"E-enggak ko" elaknya

"Tapi pipi lo merah kayak tomat gitu" goda Faris

"Kok kak Faris nyebelin sih?" rajuknya dengan pipi yang di gembungkan, menambah kesan imut dan tetap terlihat cantik.

"Iya iya Maaf" ucap Faris "Tapi gue serius dengan ucapan gue tadi. Gue juga bakal jadi pelindung buat lo" ujarnya sungguh.

Reta menatap kembali netra Faris, ada sebuah kesungguhan dan ketulusan disana.

Senyum manis terukir dari bibir Reta. "Makasih kak" kembali, Faris mendekap tubuhnya kembali.

'Secepat inikah obat penawar hati Reta'

---

Tbc:)

Ncik

AretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang