Chapter 21

211 15 4
                                    

Terlalu cinta sama bodoh itu beda tipis

---

Kisya melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Dia melaju kencang membelah kota. Tak menghiraukan Reta yang disebelahnya dengan wajah pias. Pasalnya dia trauma dengan berkendara kecepatan tinggi seperti ini. Dia hanya akan mengingat kecelakaan orang tuanya.

Setelah menempuh waktu beberapa menit, mobil yang dilajukan Kisya sampai disebuah bangunan tua dan usang.

Reta menatap bangunan itu ngeri. Melihat bangunan itu dari luar saja sudah menakutkan. Lalu bagaiman dengan bagian dalamnya? Itulah lemikiran Reta.

"Keluar lo!" perintah Kisya.

Reta sedikit ragu, tetapi dia tak berani melawan ucapan Kisya. Alhasil, Reta keluar dari mobil.

"Nih!" Kisya menyerahkan tas nya pada Reta "Lo bawain tas gue kedalem. Disana ada temen-temen gue, nanti gue nyusul"

"Ta-Tapi kak ini kan.."

"Lo mau nolak perintah gue?"

Reta hanya menggeleng pasrah. Dia tidak mau membuat keributan dengan Kakak tirinya.

Dengan berat hati Reta berjalan menuju pintu bangunan itu. Sangat gelap terlihat dari luar sini. Dia menoleh ke belakang sebentar, Kisya masih berdiri ditempta semula.

"Cepetan!" teriak Kisya.

Reta semakin dekat dengan pintu bangunan tersebut. Dia membuka pelan pintu yang sudah tua, dan berdecit mengerikan.

"Cepetan masuk!" perintah Kisya

Dengan ragu, Reta melangkahkan kaki memasuki bangunan tua itu. Semakin masuk, auranya semakin tak mengenakkan bagi Reta. Hanya ada cahaya redup, disalah satu sisi sudut ruangan.

Reta mengamati sekeliling bangunan. Benar-benar tampak mengerikan. Terdengar suara pintu tertutup, cepat-cepat Reta menoleh dan terlambat. Pintu sudah tertutup.

Reta berlari menuju pintu. Dia berusaha membuka pintu. "Kak Kisya! Buka kak, Reta takut" teriaknya.

"Kak Kisya, kak Kisya masih diluarkan? Tolongin Reta kak" teriaknya.

Sedangkan Kisya sudah mulai meninggalkan bangunan tersebut. Rencananya berjalan lancar, dan Reta akan terjebak dibangunan itu.

"Rasain Reta, lo gak tau sebejat apa kakak tiri lo ini" dia tersenyum miring.

---

"Gimana? Lo udah anterin Reta tadi? Inget, gue minjemin mobil gak gratis. Demi Reta gue korbanin mobil gue dipake sama lo. Ini semua gara-gara Gabriel, gue gak jadi..." Harsen berhenti bicara, saat melihat raut wajah Faris yang terlihat flat.

"Lo kenapa?" tanya Harsen.

"Gue gak nganterin Reta pulang" jawab Faris datar.

"Maksud lo? Lo gila dia kan lagi sakit!"

Faris menghela nafas "Dia pulang sama Kisya, dia yang mau"

AretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang