Chapter 18

154 19 0
                                    

Disinilah Faris dan Kisya berada. Di kafe depan rumah sakit. Faris yang membawa Kisya ke kafe ini. Ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengan Kisya.

Tentang masa lalu dan masa kedepannya.

Setelah lima menit dilanda keheningan, inilah saatnya Faris angkat bicara.

"Gue minta maaf soal tuduhan gue ke lo waktu dirumah sakit tempo hari" ujar Faris santai.

"Gue udah maklumin soal itu" balas Kisya "Ada lagi?"

"Tentang Dera. Dia bakal dibawa pindah ke Jerman sama Qidra"

Kalimat Faris barusan membuat Kisya tercekat. Dia mematung. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Gak! Gak boleh! Dera gak boleh pergi! Dia harus tetap disini Ris.." Kisya berteriak histeris "Bilangin Qidra dia gak boleh bawa Dera! Biar gue yang jaga dan rawat Dera disini" Kisya semakin histeris. Air mata bercucuran dari matanya.

Faris beralih disamping Kisya. Tanpa komando, Faris mendekap tubuh Kisya. Berusaha menyalurkan ketenangan pada gadis itu.

"Lo tenang Sya. Dera bakalan baik-baik aja disana. Disana dia akan segera pulih dan bangun dari komanya" Faris mengusap lembut punggung Kisya.

"Gak boleh..hiks hiks...Dera harus disini" Kisya terus saja menangis tapi tak sehisteris tadi. Perlahan dia merasakan kehangatan yang diberikan Faris.

Setelah cukup lama Faris mendekap Kisya. Perlahan tangis Kisya mereda. Bukan lagi Dera yang ada dipikiran Kisya sekarang. Tapi pelukan hangat yang diberikan oleh lelaki yang selama ini dicintainya.

---

Malam ini Reta makan malam sendiri. Dia baru dapat kabar jika Mama tirinya pergi keluar kota. Dan kakak tirinya belum pulang sejak tadi. Dia ingin mencari Kisya, tapi dia takut Kisya marah.

"Bi?" panggil Reta pada pembantu yang ada disampingnya.

Dia sengaja minta ditemani oleh Bi Jum-pembantu dirumahnya- untuk makan malam. Dia tidak biasa makan sendiri.

Tadi Reta sudah menyuruh bi Jum untuk duduk di kursi saja. Tapi bi Jum terus saja menolak. Akhirnya Reta mengalah.

"Iya non?"

Reta meletakkan sendok dan garpunya. "Reta udah makannya. Reta mau istirahat di kamar. Kalo kak Kisya pulang tawarin makan dulu ya bik, takutnya kak Kisya nanti sakit kalo gak makan"

"Baik non"

Reta beringsut pergi dari meja makan dan melangkahkan kaki di anak tangga. Tapi baru dua anak tangga di injak Reta, pintu depan rumah terbuka. Kisya masuk dengan keadaan mata sembab tapi tatapan yang menyalang.

Tatapan mata tajamnya terus menuju Reta. Dia berjalan menuju Reta dan menarik paksa tangan Reta yang masih berada di atas anak tangga. Alhasil Reta jatuh tersungkur. Untung tidak terlalu tinggi.

"Enak-enakan lo ya dirumah sendiri?" cerca Kisya

"Lo pikir lo bisa jadi Ratu dirumah ini hah?!"

Kisya beralih menatap bi Jum yang terdiam di dekat meja makan. Bi jum ingin membantu Reta, tapi apalah daya seorang pembantu.

"Bi Jum, ambil semua pakaian koto dikamar Kisya! Cepat!" titah Kisya

Kisya sedikit berjongkok dan meraih wajah Reta yang nampak menahan tangis. Dia mencengkram kuat kedua sisi pipi Reta. Sehingga membuat Reta meringis kesakitan.

"Gue bakal nunjukin ke lo gimana rasanya hidup di neraka!"

Reta bungkam sedari tadi. Tak tau harus menjawab apa. Rasanya percuma menjawab semua perkataan Kisya.

Bi Jum datang dari lantai dua, seraya membawa tumpukan baju kotor milik Kisya.

Kisya langsung mengambil alih baju kotornya dari bi Jum. Lalu melemparkannya di hadapan Reta.

"Gue mau lo cuci semua baju gue! Dan harus selesai malam ini juga!" titahnya "Oh iya, nyucinya jangan pake mesin. Tapi pake tangan! Awas aja kalo berani pake mesin!"

Reta menatap getir kakak tirinya itu. Air matanya tak lagi tertahan. Penyiksaan Kisya mulai berlaku pada dirinya.

"Tapi kak--"

"Gak ada tapi-tapian lagi! Udah sana kerjain, gue mau istirahat! Bye" Kisya tersenyum mengejek pada Reta

Saat langkah Kisya hampir sampai diatas. Dia menoleh kebawah yang masih terdapat bi Jum dan Reta.

"Dan ingat! Bi Jum gak boleh bantuin dia! Kalo bi Jum coba-coba, liat aja nanti" ancam Kisya

---

"Non Reta udah ya, biar bibi aja yang nyuci bajunya non Kisya"

"Gak usah bik,Reta gakpapa kok. Nanti bibi lagi yang kena amukannya kak Kisya"

"Tapi ini sudah seharusnya jadi tugas bibi non. Lagipula besokkan non harus sekolah, nanti badan non Reta capek lho" bujuk bi Jum pada Reta

Reta menggeleng "Gakpapa bik. Lebih baik bibi istirahat aja ya. Bibi capekkan pasti?"

"Tapi non..."

"Demi Reta ya bibi istirahat sekarang?"

Bi Jum menghela nafas "Iya non" dengan berat hati, bi Jum berbalik menuju kamarnya. Meninggalakn Reta sendiri di belakang.

---

Jarum jam menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Pekerjaan Reta sudah selesai. Baju kotor Kisya ternyata tak tanggung-tanggung. Hampir 3 baskom pakaian yang dicuci Reta menggunakan tangannya langsung.

Dari mulai menyikat, membilas dan meras pakaian dan terakhir menjemurinya di jemuran aluminium di belakang rumah. Semua dilakukan dengan tangannya langsung.

Tangannya agak sedikit lecet karena tak biasa menyikat seperti itu. Ditambah deterjen yang tampak tak cocok terkena kulitnya.

Reta mendudukkan dirinya di kursi meja bar mini di dapur yang menghadap langsung dengan wastafel.

Reta melipat tangannya dan menidurkan kepalanya di lipatan tangannya. Rasanya dia benar-benar lelah. Untuk menaiki tangga saja dia rasa tak kuat lagi.

Reta menutup kedua matanya, tapi kedua matanya mengalirkan air. Reta menangis dalam diam. Tanpa isakan atau suara sedikitpun. Taklama dia sudah pergi ke alam mimpinya.

---

Pagi ini Kisya terbangun lebih awal. Bukan karena kemauannya. Tapi memang semalaman dia tidak bisa tidur nyenyak. Dia hanya tidur beberapa jam saja, tapi tak lama terbangun lagi.

Dia melirik jam di dinding kamarnya. Pukul setengah lima pagi. Ini terlalu pagi untuk Kisya, tapi dia tak dapat lagi meneruskan tidurnya.

Kisya berjalan gontai ke lantai bawah menuju dapur. Dia haus. Langkah Kisya terhenti saat hendak memasuki dapur. Disana, di meja bar mini. Reta sedang tertidur.

Kisya tersenyum "Kasian banget sih hidup lo! Cocok banget jadi upik abu" gumam Kisya.

Dia melanjutkan langkahnya untuk tujuan awalnya. Setelah meminum air secukupnya. Kisya mengambil air dingin di dalam kulkas.

Dibawanya air tersebut mendekati Reta dengan memposisikan tempat air miring dan dalam hitungan detik...

Byuur

"AAAA"

"AHAHAHAHA"

AretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang