Cahpter 44

46 9 0
                                    

Hari terus berganti menjadi minggu, dan minggu terus berganti menjadi bulan, dan tepat hari ini sudah dua bulan lamanya Reta dinyatakan koma dan dibawa pergi ke Amsterdam oleh keluarganya.

Teman-teman Reta juga sering berkunjung ke rumah Reta, sekedar untuk bertanya tentang bagaimana keadaan Reta. Tapi mereka selalu mendapat jawaban yang sama 'Reta belum ada perubahan'. Hal itu membuat mereka terus bersedih, tapi tak ayal mereka juga tak lagi menunjukkan kesedihan didepan umum. Sebisa mungkin mereka bersikap biasa saja, tapi jauh dihati mereka masih ada sedih yang membelenggu.

Begitupun dengan Dera dan Faris, mereka tetap menjalani hari seperti biasa. Faris yang selalu menempeli Dera, ah lebih tepatnya Dera yang tak ingin jauh dari Faris.

Setiap hari kebersamaan mereka sudah menjadi tontonan warga sekolah. Meskipun begitu, masih banyak yang menggunjingkan mereka yang tampak bermain api dibelakang Reta.

Keduanya tak ambil pusing, tapi sepertinya hanya Faris yang seperti itu. Dera sering merenungi ujaran mereka, dia bukan siapa-siapanya Faris.

Tentang hubungan Dera dan Kisya, semenjak hari itu baik Dera maupun Kisya tak ada yang mau menyapa saat berpapasan. Padahal sebelumnya, mereka sering bertukar senyum walau tak seakrab dulu. Jika dipikir-pikir mereka tampak lucu, dulu berteman begitu dekat lalu sekarang nampak seperti permusuhan tanpa sekat. Dan lagi, Kisya tak rela jika Faris terus bersama dengan Dera selama sebulan terakhir ini. Jika dulu dia masih terima Dera bersama Faris, terlebih saat dia koma. Tapi setelah hari dimana Dera menunjukkan sikapnya yang berbeda pada Kisya, dia menjadi muak dan tidak suka pada Dera.

Kembali lagi pada Harsen dan yang lainnya. Saat ini mereka sedang berada dikelas Olin dan Abel, ini jam istirahat tapi keempatnya tidak ke kantin untuk mengisi perut karena Olin dan Abel membawa bekal seperti yang mereka janjikan, tentu saja mereka membawa double bekal untuk kedua lelaki itu.

"Gila ini enak banget! Sumpah mo meninggal!" Gabriel berteriak histeris saat satu sendok nasi goreng mendarat didalam mulutnya.

Olin menatap jijik pada Gabriel, begitupun dengan Harsen sedangkan Abel menatap sebal pada pacarnya itu.

"Alay lo makin lama, makin jadi ya Briel" Harsen menggeleng geli.

"Gue kan lagu berlagak kek selebgram gitu loh. Kudet banget sih lo, Sen" sengut Gabriel.

Harsen memutar bola matanya malas, "Mending gue kudet, daripada alay kayak lo. Ga nahan gue"

"Yeu... Iri bilang bosss!"

"Mana ada boss iri sama babu!"

Gabriel melotot mendengar penuturan Harsen, dia mengangkat sendoknya dan mengambil ancang-ancang untuk menggetok kepala Harsen.

Tuk

"Eits, tidak semudah itu ferguso" Harsen terkekeh pasalnya bukan Gabril yang menggetok kepalanya, justru dia menggetok kepala Gabriel.

"Anjir lo, Sen! Sakit nih kepala gue, kalo gue amnesia gimana!"

"Lo pikir ada orang amnesia gara-gara digetok sendok?" Harsen semakin menatap

Gabriel hendak membalas ucapan Harsen, tapi tak jadi karena Abel melerainya. Jadilah dia menurut saja apa yang dikatakan Abel.

Mereka kembali makan dengan ketenangan, sesekali diselingi dengan lelucon dan perdebatan kecil antara Gabriel dan Harsen. Tapi keempatnya sangat menikmati kebersamaan seperti ini.

"Oh iya, pekan olahraga tahunan sekolah bentar lagi kan. Kalian ada niatan ikut perlombaan apa gitu?" tanya Olin.

"Kalo gue sih maunya ikut basket aja" ujar Harsen.

AretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang