Chapter 39

38 6 0
                                    

'Ngebucin itu gak salah, yang salah itu orang yang iri karena gak ada objek tempat ngebucin'

Gabriel & Abelia

---

Harsen berdiri menatap kota dari ketinggian rooftop sekolahnya, guratan wajahnya masih nampak emosi. Dia memegang erat besi pembatas rooftop, dia masih kesal dengan kejadian tadi.

"Sen"

Dirasakannya sebuah tepukan di pundaknya, ditatapnya sebentar lalu menghadap kedepan lagi.

Olin menghela nafas melihat sikap Harsen sekarang, Harsen yang ada disampingnya saat ini bukan seperti Harsen yang dia kenal diawal dulu.

"Lo harus bisa kontrol emosi lo, Sen. Walau bagaimana juga ini sekolah Sen, ada banyak guru dan lo bisa terkena masalah" ujar Olin.

"Gue gak perduli Lin, dan mereka memang pantas digituin" ujar Harsen.

"Tapikan ga sewajarnya lo berkata kasar sama Dera"

"Dia wajar buat dikasarin, karena udah ganggu kebahagiaan Reta. Dan lagi, gue jijik liat Faris dengan sok jagoan belain tuh cewek, keliatan banget ngebusuknya!"

"Sen, lo taukan Dera itu cewek, ga seharusnua lo kasar gitu sama Dera. Dan Faris itu sahabat Dera, wajar Faris marah saat lo ngerendahin Dera gitu. Sama kayak lo dan Reta, kalian dekat banget dan lo sayang sama Reta. Gimana jadinya kalo ada yang rendahin Reta gitu? Lo juga pasti bakal lakuin seperti apa yang Faris lakuin kan? Karena lo sahabatnya Reta" uajr Olin.

"Gue cuma gamau Reta sedih Lin, karena kebahagiaannya direnggut orang lain. Gue gamau liat Reta sedih, karena gue tahu Faris itu sumber kebahagiaan Reta" Ujar Harsen mengurai emosinya. Dia menundukan kepalanya dan memejamkan matanya.

"Gue gamau, saat Reta kembali lagi nanti dia lihat Faris sama cewek lain. Gue gamau itu terjadi"

Olin menatap sedih sosok dihadapannya saat ini, sosok Harsen saat ini terlihat sangat rapuh, berbeda dengan Harsen yang dulu dikenalnya.

Perlahan Olin menarik badan yang tertunduk lesu itu, ditaruhnya kepala Harsen pada ceruk lehernya. Di elusnya pelan punggung Harsen, dia tau ada beban yang dipikulnya saat ini.

"Reta beruntung banger ya Sen, bisa punya sahabat kayak lo. Gue jadi iri sama Reta, dia punya pelindung yang nyata, yang selalu ada untuk dia" ujar Olin.

"Tapi gue juga bersyukur bisa dipertemukan dengan lo, gue juga merasa terlindungi" Olin menjeda sebentar "Tapi liat lo rapuh gini, gue juga ikut rapuh, Sen".

Perlahan tangan Harsen menarik pelan tubuh kecil Olin, dia membalas pelukan Olin tak kalah eratnya. Seakan dia menumpahkan semua keluh kesahnya disana.

"Thanks ya, Lin. Lo udah selalu nguatin gue, lo jangan ikut rapuh, nanti yang nguatin gue siapa" bisik Harsen pelan.

Olin tersenyum kecil "Iya, gue akan selalu nguatin lo sen. Selalu"

---

Abel berjalan dengan menghentakkan kakinya kesal. Tangan terlipat dibawah dada dan wajah yang cemberut. Lengkap sudah semua itu menandakan jika gadis itu sedang dalam mood yang buruk.

Semua orang yang melihat itu mematap bingung, pasalnya Abel yang selama ini mereka lihat selalu ceria, dan tak pernah badmood seperri ini.

Abel tak menghiraukan tatapan orang-orang, dia terus berjalan dengan kekesalannya.

Gabriel sedari tadi mengikuti langkah Abel dari belakang, ingin berada dismping Abel, tapi dia takut kena amukan Abel. Akhirnya dia hanya berjalan dibelakang.

AretaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang