Secepat itukah seseorang jatuh cinta kemudian tersakiti oleh cintanya sendiri?
***
Meyla mendadak kesal. Hubungannya dengan Erin dan Sisil kini tidak seperti dulu lagi, seperti yang Meyla harapkan saat ketiganya baru saja memasuki sekolah menengah atas.
Erin dan Sisil yang kini sibuk dengan dunianya sendiri. Dan Meyla yang merasa tertinggal jauh entah dimana keberadaannya. Jujur, untuk kesekian kalinya, Meyla kembali kehilangan teman yang sudah ia anggap dekat.
Mungkin Meyla yang terlalu lebay. Namun seperti yang telah ia katakan tadi, semua itu membuatnya sakit. Erin dan Sisil yang kini sibuk membicarakan ekskul tari kebanggaannya dan selalu tidak menganggap kehadiran Meyla diantara mereka. Seperti saat itu.
Jadilah sekarang Meyla tidak terlalu dekat dengan Erin maupun Sisil. Bukan menghindar, hanya saja, mungkin Meyla harus mulai terbiasa dengan keadaan ini.
Meyla mencoba membuat dirinya sendiri kuat. Ah, jika seperti ini ia jadi ingat dengan Revan. Sedang apakah cowok itu sekarang? Setelah hampir seminggu ia tidak mengirim pesan setelah pertanyaan terakhir itu.
Bicara tentang Revan, Meyla sedikit merasa takut apabila suatu saat Revan tahu mengenai perasaannya kepada cowok itu. Ia takut ucapan Revan akan benar-benar terjadi. Ia takut Revan akan berpura-pura tidak tahu akan perasaannya. Atau mungkin Revan akan menjauh?
Meyla sungguh tidak ingin Revan bersikap seperti itu. Tidak, Meyla tidak ingin menjadi gadis yang dengan kepercayaan diri lebih mendekati Revan dan seperti gadis yang bodoh dengan berharap kepada Revan.
Meyla lalu mengetik sebuah pesan kepada Revan. Hanya sekedar ingin bertanya sejauh mana catatan fisika Revan.
Meyla : catatan fisika lo sampe mana, Van?"
Revan : lupa
Meyla : udah ulangan bab 5?
Revan : besok
Meyla : yaudah kalo gitu
Dan lagi-lagi Revan hanya membaca pesan terakhir dari Meyla.
Meyla menghela nafas pelan. Sejak kejadian seminggu lalu, mengenai pertanyaan itu, Revan kini hanya menjawab dengan sangat singkat, lebih singkat dari sebelumnya.
Apa Revan mulai menyadari perasaan Meyla?
***
Jam istirahat kedua dimanfaatkan Meyla dan Vina untuk pergi kekantin. Jangan tanya dimana Erin dan Sisil. Karena mereka berdua sedang membahas mengenai penilaian untuk ekskul mereka.
Vina dan Meyla memilih pergi kekantin pojok dan membeli pop ice rasa cokelat favorit keduanya. Kemudian keduanya akan langsung kembali ke kelas.
Langkah keduanya terhenti ketika melihat Revan sedang makan siang bersama dengan teman-temannya. Meyla lalu dengan senang hati menghampiri Revan, bersama Vina juga tentunya.
"Van, emang bener ya, elo itu bukan orang Jawa asli?" Tanya Meyla dengan mata berbinar-binar ketika sudah sampai tepat dihadapan Revan.
Revan hanya tersenyum dan bergumam entah apa Meyla tidak bisa mendengar dan memahaminya. Cowok itu kemudian menatap kearah Vina.
"Vin, minta minum lo dong," ucap Revan.
Vina dengan senang hati kemudian memberikan minumannya kepada Revan. Meyla yang melihat itu hanya tersenyum kecut sembari mendengarkan sejenak percakapan singkat antara Vina dan Revan.
Merasa tidak berguna berada disana, Meyla lalu menuju kebangku pojok belakang ketika ia melihat salah seorang temannya disana. Tanpa pamit, Meyla meninggalkan Vina bersama Revan dan teman-temannya.
"Hai," sapa Meyla kepada mereka lalu duduk dibangku yang tersisa.
"Meyla, lo sendiri?"
"Nggak, sama Vina gue,"
Teman Meyla itu hanya mengangguk paham. Kemudian mengajak Meyla mengobrol bersama dirinya dan teman-temannya.
Meyla mencoba untuk tetap tenang dan mengikuti obrolan temannya. Namun, tatapannya tak bisa lepas dari Vina dan Revan yang terlihat sangat akrab dan tertawa begitu lepas.
Meyla tersenyum kecut, bahkan Revan tidak pernah menatapnya seperti itu. Tetapi dengan Vina, cowok itu bisa begitu akrab. Padahal antara dia dan Vina sama-sama teman lamanya. Namun, perilakunya terlihat sangat berbeda.
Mungkin Revan menyukai Vina?
***
Bayu masuk kedalam kamar Revan. Cowok itu tanpa permisi langsung duduk menghempaskan tubuhnya dikasur Revan. Tengkurap sambil memainkan ponselnya.
Revan yang sedang memainkan laptopnya, lalu hanya berdecak melihat kelakuan kakaknya yang tanpa permisi memasuki kamarnya. Tanpa berniat menengur Bayu, cowok itu lalu melanjutkan kegiatannya.
"Kapan lo ujian?" Tanya Revan disela-sela kesibukannya.
"Bulan depan,"
"Ohh,"
Bayu melirik kearah adiknya sebentar. Mengernyitkan keningnya, lalu mengabaikannya kembali. Bayu bingung mengapa adiknya bisa sedatar itu.
"Van, kayaknya cewek yang namanya Meyla sering banget chat sama lo," celetuk Bayu
"Kok lo tahu?" Revan terkejut lalu menutup laptopnya dan fokus pada Bayu yang sudah beralih memegang ponselnya.
"Banyak banget lagi,"
Revan berdecak, lalu dengan cepat merebut ponselnya dari tangan Bayu.
"Apaan sih lo,"
"Dia suka sama lo ya?"
"Nggak,"
"Kalo suka juga nggak papa,"
"Kepo lo,"
Bayu menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan adiknya yang satu ini. Jarak umur keduanya yang tidak terlalu jauh, tetapi sifatnya sangat berbeda.
"Tapi, Meyla itu kayaknya yang follow instagram gue kemarin deh," ucap Bayu ketika teringat dengan gadis yang mengikutinya di instagram kemarin.
"Ohh,"
"Kayaknya emang iya, beberapa hari yang lalu, dia lewat temennya tanya ke gue nama instagram lo,"
"Kok lo bisa tahu?" Tanya bayu
"Nebak aja. Soalnya ketara sih,"
Bayu hanya mengangguk-angguk paham dengan apa yang diucapkan Revan. Ia pun tidak mau terlalu ambil pusing dengan hal tersebut.
Ternyata bener, Meyla nyari instagramnya kak Bayu. Apa cowok yang dimaksud Meyla itu kak Bayu?
KAMU SEDANG MEMBACA
DISAPPOINTED [Completed]
Teen Fiction"Akan aku ceritakan bagaimana rasa sakit ini dimulai," Cover illustration from Pinterest