BAB 24

546 36 0
                                    

Revan yang baru saja mandi, mengusap rambutnya yang basah akibat keramas. Sore itu, cuaca cukup baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan turunnya hujan.

Revan kemudian menggantung handuknya di belakang pintu kamarnya. Cowok itu lalu duduk diatas kasur sambil meraih handphone yang sedari tadi ia letakkan diatas nakas.

Singkat cerita, Revan sedikit trauma jika harus meletakkan ponselnya diatas nakas. Ia merasa tidak nyaman karena takut Bayu akan tiba-tiba memasuki kamarnya dan mengotak-atik ponselnya.

Memang, ponsel Revan sudah diberi keamanan. Akan tetapi, berulang kali Revan mengganti password ponselnya, berulang kali juga Bayu mengetahuinya. Ia kesal sehingga tidak memiliki niat untuk mengganti password ponselnya lagi.

Revan menghela nafas. Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dan dirinya belum memiliki sedikitpun niat untuk membuka buku-bukunya.

Revan lalu membuka ponselnya. Seketika, pesan dari grup kelasnya terdengar bising hingga membuat Revan kesal.

Cowok itu lalu membiarkan ponselnya sejenak. Lalu beralih ke buku-buku pelajaran yang beberapa saat yang lalu sempat ia abaikan. Jika nanti Bayu datang ke kamarnya dan melihat dirinya yang belum belajar, bisa saja kakaknya itu akan mengadu ke mamanya hingga pada akhirnya Revan akan kena ceramah dan Bayu bisa tertawa puas karena hal tersebut.

Revan mengambil buku biologi yang menurutnya sangat membosankan. Isi buku hanya dipenuhi dengan materi yang dapat menyumbat otaknya dalam sekejap. Apalagi mengingat lusa dirinya akan menghadapi ulangan biologi 3 bab sekaligus. Tentu saja itu sangat menguras tenaga dan otaknya.

Biarkan saja. Revan lalu kembali menghampiri kasurnya dan meletakkan buku-bukunya disana. Cowok itu lalu mengambil kembali ponselnya setelah tidak terdengar lagi notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya.

Revan mengecek satu persatu pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Kebanyakan pesan dari grup kelasnya dan beberapa dari teman SMP nya. Revan lalu men-scroll kebawah hingga terlihat nama Meyla tertera dilayar ponselnya.

Revan mengerutkan keningnya. Sejurus kemudian, cowok itu membuka pesan dari Meyla.

Meyla : Van,

Meyla : Van, gue tahu, mungkin pesan gue nggak penting buat lo. Tapi, ini sangat penting buat gue. Jadi, gue harap lo baca ya?

Meyla : Gue nggak tahu kenapa lo jadi berubah gitu. Atau mungkin cuma perasaan gue aja. Mungkin ada kata-kata ataupun sikap gue yang mungkin buat lo nggak nyaman. So, sorry udah buat lo kayak gitu. Gue paham. Lo pasti bingung, kan? But, I know, daridulu emang gue yang terlalu bersemangat buat temenan sama lo. Tapi pada kenyataannya lo nya nggak. Kelihatan sih dari sikap lo yang beda antara gue ke temen cewek lo yang lain. Then, pertama, sekali lagi I say sorry buat yang dulu gue pernah manggil lo dengan panggilan yang mungkin nggak enak buat lo. But, lo tahu sendiri gue orangnya kayak gimana. Dan mungkin emang dari dulu rasa penasaran gue ke lo yang udah terlalu jauh. Dulu waktu SMP kita bahkan nggak pernah ngobrol. Dari situ gue penasaran buat temenan sama lo, deket sama lo. Gue pengen mecahin persepsi orang dan diri gue sendiri tentang lo. Dan lo tahu? Setelah lama kelamaan gue malah kena karma sendiri. Tanpa gue jelasin lo pasti tahu apa yang gue maksud. Dari kemarin sebelum chat ini sebenernya gue pengen ngomong ini. Tapi karena lo nggak bales bahkan nggak baca, gue pikir lo menjauh dari gue dan menghindar dari gue karena sikap gue yg terakhir itu atau mungkin lo mengira gue suka sama lo. It's okey. So, gue cuma bisa bilang sorry ke lo karena untuk kesekian kalinya lo merasa nggak nyaman karena gue.
Sebenernya masih banyak yang pengen gue omongin. Tapi mungkin dengan kata-kata ini, gue rasa cukup.
Thanks for your time.😊

Revan terdiam.

DISAPPOINTED [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang