Seperti suaramu yang memecah keheningan. Seperti itulah, hadirmu memberi harapan.
***
Selesai makan siang di kantin, Meyla dan Thalita beralih tempat menuju tempat ibadah. Keduanya akan melaksanakan sholat ashar sekaligus menetap disana.
Hari ini adalah hari ulang tahun sekolah. Sampai pukul 3 sore, acara belum juga selesai. Padahal, Meyla dan Thalita ingin sekali cepat pulang.
Meyla melepas sepatunya didepan. Begitupun juga dengan Thalita yang melepas sepatunya sambil berbicara sesuatu. Keduanya lalu masuk, meletakkan tasnya di sudut ruangan, kemudian bergegas mengambil air wudhu.
***
Meyla meluruskan kakinya dilantai yang berlapis sajadah itu. Sedangkan Thalita sedang melipat mukena yang dikenakannya. Suasana tempat ibadah yang tidak begitu ramai membuat keduanya memutuskan untuk berada disana saja sembari menunggu jam pulang sekolah tiba.
Meyla mengambil buku biologi yang berada didalam tasnya. Besok pagi, kelasnya akan melaksanakan ulangan harian biologi 3 bab sekaligus. Tentu saja, meskipun Meyla menyukai biologi, 3 bab itu tidaklah mudah.
"Gue nggak kuat kalo harus belajar 3 bab," keluh Thalita
"Dikuatin aja. Kita cicil disini, nanti malam tinggal kekurangannya," ucap Meyla
"Palingan juga nanti malam gue nggak belajar," ucap Thalita santai.
"Gue tahu. Itukan kebiasaan lo,"
"Sial,"
Meyla tertawa lalu membuka lembar demi lembar bukunya. Kemudian memahami satu persatu materi dan menghafalnya, begitupun dengan Thalita. Kedua gadis itu belajar bersama.
"Mey, Revan!"
Meyla mendongak ketika Thalita memanggilnya karena melihat Revan memasuki tempat ibadah. Meyla menatap gerak-gerik Revan bersama teman-temannya. Cowok-cowok itu terlihat mengobrol diluar terlebih dahulu sebelum pada akhirnya meletakkan tasnya di dalam ruangan.
Meyla dan Thalita menghentikan aktifitas belajarnya. Kedua gadis itu lalu membicarakan tentang Revan, dengan Thalita yang terus menggoda Meyla tentang Revan.
Meyla kemudian membicarakan lebih banyak mengenai Revan maupun Vian. Kedua gadis itu sampai tidak lagi berniat untuk membuka buku biologinya. Selain karena sudah malas, nampaknya keduanya terluhat lebih asyik membicarakan kedua cowok itu.
Sesekali mata Meyla melirik kearah tempat wudhu dan melihat Revan beserta teman-temannya malah asyik mengobrol tanpa berniat sesegera mungkin untuk mengambil air wudhu. Saat itu juga, Meyla rasanya ingin mengingatkan cowok itu untuk segera mengambil air wudhu dan sholat.
Meyla lalu menghentikan lirikannya dan kembali fokus mengobrol dengan Thalita. Hingga ketika ia melirik kearah Revan lagi, cowok itu sudah selesai wudhu dan masuk ke dalam tempat ibadah teman-temannya.
"Allahu Akbar,"
Samar-samar Meyla mendengar suara takbir dari seorang cowok didepannya. Penasaran, Meyla melirik kearah depan dan mendapati sosok cowok berbadan tinggi dan putih sedang memimpin sholat.
'Revan?'
Dalam hati Meyla berteriak mendapati Revan adalah pemilik suara itu. Revan sedang memimpin sholat. Dan entah memgapa hal tersebut membuat Meyla ingim berteriak sekencang-kencangnya.
"Ta, Revan!" Teriak Meyla dengan pelan kepada Thalita.
Thalita celingukan, "Mana?"
"Yang lagi jadi imam!" Tegas Meyla
"Seriously, itu Revan?"
"Ya ampun, Ta!!!!"
Thalita senyum-senyum sendiri melihat Meyla yang terpesona dengan suara Revan. Meyla bahkan sampai guling-gulingan di sajadah karena melihat dan mendengar Revan menjadi seorang imam.
"Suaranya, Ta. Ya ampun, gue nggak pernah lihat dia jadi imam. Ya ampun, ini first time,"
Thalita menggelengkan kepalanya melihat Meyla yang sampai menutup mukanya menahan rasa bahagianya mendengar suara Revan ketika memimpin sholat. Meyla sampai ingin berteriak.
"Mending sekarang lo sholat lagi aja," usul Thalita.
"Ya mana bisa gitu. Kan gue udah sholat,"
"Ya mumpung ada Revan, lho,"
"Nggak gitu jugalah,"
Thalita terkekeh. Gadis itu kemudian ikut diam ketika Meyla mulai tenang dan diam mendengarkan suara Revan sampai cowok itu selesai sholat.
Seumur dia menyukai Revan, baru kali ini dia mendengar suara Revan yang sedang memimpin sholat. Dan entah mengapa, hal ini terjadi ketika Meyla memutuskan untuk menjauh. Ya, terasa percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISAPPOINTED [Completed]
Ficção Adolescente"Akan aku ceritakan bagaimana rasa sakit ini dimulai," Cover illustration from Pinterest