Yang sebenarnya ada, hanya mencoba untuk selalu bersembunyi.
***
Meyla duduk berhadapan dengan Thalita didepan teras kelas. Suasana hari ini cukup kondusif. Kegiatan pembelajaran ditiadakan setelah ulangan akhir semester selesai.
Kedua gadis itu sama-sama tenggelam dalam pikirannya. Thalita yang sibuk menata suasana hatinya, sedangkan Meyla yang mencoba berdamai dengan keadaan.
Meyla menengok sekilas kearah ruang kelas Revan yang nampak sepi karena penghuninya berada didalam kelas. Meyla menghela nafas, lalu membuang muka dan menatap kearah sepatunya.
Rasanya begitu malas berangkat saat tidak ada kegiatan seperti ini. Bagi Meyla, lebih baik ada kegiatan pembelajaran daripada harus berangkat ke sekolah tetapi tidak ada kegiatan apapun. Apalagi mengingat bahwa baru saja, beberapa hari yang lalu dirinya mengalami kejadian yang sontak membuatnya drop. Revan.
'Hh, gue lemah banget,' ujarnya dalam hati.
Meyla menatap Thalita yang nampaknya juga sedang berpikir keras dalam diam. Dia dan Thalita secara kebetulan mendapatkan kejadian yang sama dalam waktu yang sama pula. Thalita mengatakan, beberapa jam setelah Vian membentak Thalita, hal yang sama dilakukan Revan kepada Meyla. Bukankah itu kebetulan yang nyata?
Meyla menghela nafas. Kemudian mengalihkan pandangannya ketika Thalita menghembuskan nafas gusar.
"Lucu ya? Kita kena karma dalam waktu yang sama. Gue sama Vian, dan lo sama Revan. Dibentak pun sama. Beberapa jam setelah Vian bentak gue, Revan juga bentak lo," ucap Thalita diiringi senyum mirisnya.
"Itu pertama kalinya dia marah sama gue," balas Meyla.
Thalita mengalihkan pandangannya kedepan. Kebetulan gadis itu duduk menghadap kelas Revan, sedangkan Meyla dengan sengaja membelakangi.
Thalita sedikit terkejut ketika tidak sengaja matanya menangkap sosok Revan yang keluar kelas sambil membawa sampah ditangannya. Thalita sengaja memperhatikan gerak-gerik Revan. Cowok itu terlihat membuang sampah lengkap dengan wajahnya yang masih saja datar.
Sedetik kemudian, Thalita menangkap sebelum memasuki kelas, Revan sempat melirik kearah kelas mereka, atau mungkin lebih tepatnya kearah Meyla dan Thalita.
"Revan tadi ngelirik kearah sini," ucap Thalita.
"Masak?" Thalita mengangguk mantap. Dia yakin bahwa Revan tadi sempat melirik kearah tempatnya dan Meyla berada sesaat sebelum memasuki kelas kembali.
"Biarin aja, Ta. Gue mau berusaha lepas dia," ucap Meyla dengan lesu.
Thalita hanya memandang Meyla sekilas lalu menghela nafas. Kemudian gadis itu kembali menatap kearah kelas Revan.
"Revan kesini,"
Jantung Meyla berdetak lebih kencang. Gadis utu meneguk ludahnya cemas. Sepersekian detik kemudian, barulah gadis itu menghela nafas setelah berhasil menenangkan ritme jantungnya.
"Kesini? Biarin,"
Meyla dan Thalita hanya diam sambil menunggu beberapa detik sampai Revan dan seorang temannya selesai melewati kelas mereka. Thalita diam sambil membuang muka karena merasa takut dan sedikit canggung karena saat kejadian itu, dirinya memarahi Revan. Sedangkan Meyla hanya menunduk sambil terus mencoba mulai biasa dengan keadaan.
"Udah?" Tanya Meyla
Thalita mengangguk, "Gue lihat dia udah biasa, Mey. Dia nggak menghindar dari lo. Buktinya dia mau lewat didepan lo,"
Meyla menghela nafas, "Dia kan nggak tahu itu gue. Kan tadi gue membelakangi dia,"
"Dia tahu itu elo, Mey. Orang tadi dia sempet ngelirik kearah sini waktu dia buang sampah,"
Meyla terdiam. Dia tidak ingin ambil pusing dengan memikirkan Revan terlalu lama. Ia akan melepaskan Revan jika itu memang yang terbaik.
***
Meyla duduk diatas kasurnya sambil memandangi layar ponsel. Gadis itu memampakkan wajah datar sambil sesekali menghela nafas.
Malam itu, Meyla tengah membicarakan tentang Revan dan Bayu dengan Thalita melalui pesan singkat. Meyla tidak bisa mengelak bagaimana kecewanya dirinya dengan sikap Revan. Revan yang berbeda dari Revan yang ia kenal dulu. Atau mungkin, memang daridulu Meyla salah menilai sikap Revan?
Thalita : Lo sih, suka sama adiknya, tapi kakaknya lo deketin juga.
Meyla sedikit terkikik membaca pesan dari Thalita. Barulah setelah itu, ketika teringat sesuatu, gadis itu langsung membulatkan matanya. Jarinya kemudian dengan cepat mengetikkan sebuah pesan kepada Thalita.
Meyla : Ta, gue lupa. Lo bilang kak Bayu pasti ngiranya gue suka sama dia kan? Lah, padahal sekarang Revan udah tahu kalo gue sukanya sama dia. Terus gimana, nih?
Thalita : Gimana apanya?
Meyla : Ya, coba lo bayangin. Revan udah tahu yang sebenernya kalo gue suka sama dia. Sedangkan kak Bayu tahunya gue suka sama dia. Gimana?
Lama menunggu, beberapa saat kemudian, Thalita terlihat membalas pesan Meyla.
Thalita : Mampus.
Thalita : Masalah baru!Meyla menatap gelisah pesan dari Thalita. Gadis itu menghela nafas. Meratapi bagaimana situasinya saat ini yang terlihat semakin buruk. Baru saja ia tenang karena terbebas dari masalah dengan Revan. Tetapi sayangnya Meyla melupakan satu masalah, yaitu Bayu.
Meyla : Terus gue harus gimana, Ta? Apa iya gue harus bilang ke kak Bayu?
Thalita : Jangan. Yakali lo mau bilang gamblang kayak gitu!
Meyla menghela nafas. Ia sekali lagi tidak menyangka. Meyla kira setelah masalahnya dengan Revan, maka dia akan terbebas dari beban perasaannya. Tapi Meyla salah, ada satu masalah yang Meyla lupakan, yaitu tentang kesalahpahaman Bayu terhadapnya.
Meyla : Terus gue harus gimana, Ta? Pusing gue.
Thalita : Udah. Lo tanya ke kak Bayu aja. Basa-basi dulu. Habis itu baru nanya.
Thalita : Inget! Jangan diteror!Meyla diam. Gadis itu berpikir sejenak. Lalu sedetik kemudian, Meyla menutup pesan dari Thalita dan beralih pada roomchatnya dengan Bayu.
meyla_karina
Kak,
![](https://img.wattpad.com/cover/138132818-288-k272312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DISAPPOINTED [Completed]
Teen Fiction"Akan aku ceritakan bagaimana rasa sakit ini dimulai," Cover illustration from Pinterest