CHAPTER 22

2.2K 136 2
                                    

HAPPY READING

🍁🌺🍁🌺🍁


"Takon apa?" Tanya Kiki sambil meminum kembali air putihnya.
(Tanya apa?)

"Lagi wingi, ana wong Lanang ganteng mene Aken. Bokatan kuh tukang kridit panci langganane Mak, Mak buru-buru Metu ora. Barang dideleng kuh Dudu, eehh sih bapak takon langka angin langka udan Mak sampe kaget wong Lanang mau kuh mene-mene arep ngelamar ira-" ucapan ibu Kiki terpotong sedekah mendengar batuk disebrang telponnya.
(Kemaren, ada seorang pria datang kesini. Dikirain tuh tukang kredit panci langganan ibu, Mak buru-buru keluar kan. Setelah dilihat tuh bukan, eehh sih bapak kan tanya ngga ada angin ngga ada hujan ibu sampai terkejut seorang pria tadi tuh datang kesini mau ngelamar kamu)

"Uhuk-huk"

*******

Kiki masih mencoba meredahkan batuknya, dengan asal ia membersihkan area bibirnya dengan punggung tangannya. Ia masih melihat kearah handphone yang tergeletak disampingnya mencoba kembali mengingat perkataan ibunya yang membuatnya tersedak air yang ia minum.


KIKI POV

"Ki, masih Urip beli? Kosi watuk mengkonon" aku mendengar suara ibuku disebrang sana, aku belum menjawab apapun aku mendengar ia meledak ku yang terbatuk atas perkataannya.
(Ki, belum mati kan? Sampe batuk begitu)

Aku mendengus "iihh, Mak aja bodoan. Pasti Mak lagi guyonan kan?" Ucapku mencoba mengelak takutnya ibuku sedang mengerjaiku seperti biasa, karna sungguh ibu ku itu tipe orang yang bercanda berlebihan.
(Iihh, ibu jangan bohong. Pasti ibu lagi becanda kan?)

Aku mendengar ibu seperti tak terima atas perkataan yang tadi aku lontarkan "yawis, Lamon ora percaya mene balik! Masih ana kah wonge gah. Jare mah nonggoni Ira Jeh" badanku lemas seketika, aku bersandar dimeja tempat aku menaruh belanjaan.
(Ya udah, kalo ngga percaya sini pulang! Masih ada tuh orangnya juga. Katanya nungguin kamu gitu)

TUT

Aku mengambil handphoneku melihat panggilan yang sudah terputus sepihak oleh ibuku disebrang sana, uuhhff... Sepertinya ibuku sedikit kesal karena aku tak percaya atas perkataannya. Aku mencoba berdiri sambil terus berfikir keras.

"Bukannya Kevin ada meeting keluar kota? Tapi ngga mungkin Mak sampe segitu ngototnya bicara seperti itu, uuhhff" aku mencoba kembali berfikir kejadian demi kejadian untuk beberapa hari ini aku alami, tapi sepertinya tak ada yang mencurigakan dari sikap Kevin.

Hanya saja-

"Mampus lu Ki!" Aku segera berlari memasuki kamar mengambil barang-barang yang menurut aku penting memasukkan kedalam tas kecil yang biasa aku bawa.

Aku keluar dari apertemenku mencoba menelpon seseorang disebrang sana yang belum diangkat olehnya yang membuatku kesal, aku menghentikan taksi yang kebetulan banget melintas dimana saat ini aku berdiri.

Tak butuh waktu lama aku untuk memasuki taksi tersebut, aku memberi tahu kemana arah tujuanku sambil terus mencoba kembali menelpon seseorang.

Aaahhh.... Akhirnya diangkat juga "hallo, tol-"

******

AUTHOR POV

Dirumah yang terbilang sangat sederhana ini, didaerah pedesaan yang kalo dibilang masih asri tidak juga tapi kalo persawahan masih bisa ditemui dengan gampang karena kebanyakan penduduk dipedesaan sebagai besar adalah seorang petani.

BUKTI!!  (END) Sebagian Part Private, Follow Akun Dulu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang