"Apa ketakutan terburukmu, Hyuck?" tanya pria yang petang itu terbalut kaus lengan pendek hitam dan celana jeans ketat yang memeluk kaki jenjangnya. Manik mata cokelat madu itu menatap lekat sosok yang sedari tadi melamun, entah memikirkan apa. Netranya menyapu panorama petang di München, begitu damai, indah. Ia tak segera membalas, tapi bibirnya yang manis dan candu itu membentuk satu senyuman tipis. Di sampingnya, duduk Mark yang sedari tadi sabar menunggu segelincir kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Kita."
Alih-alih mendengarkan rangkaian kalimat panjang milik Donghyuck. Ia hanya mendapat satu kata keluar dari mulutnya. Jujur, Mark mengharapkan jawaban lain seperti 'takut pada tempat gelap', 'ruang yang sempit membuatku sesak dan ketakutan', dan sebagainya. Satu kata yang mengambang, menimbulkan banyak kalimat tanya di benak Mark. Lagipula, apa yang harus ditakuti olehnya jika 'kita' yang ia maksud termasuk anugerah terbaik yang kami berdua punya."Mengapa kamu mengatakan kita? Bukankah kita baik-baik saja?"
Donghyuck kembali tersenyum, kini senyumnya jauh lebih lebar. Mata cokelat kayu itu membalas tatapan yang diberikan Mark sedari tadi. Ia menengokkan kepalanya dan menatap dalam netra cokelat madu milik Mark. Menghadapnya, menatapnya dalam satu rasa yakin. Sumpah demi Tuhan, disitu Mark tidak bisa menahan keinginannya untuk mencium Donghyuck pada detik itu juga. Membuktikan bahwa 'kita' yang ia takutkan, tidak seharusnya ditakutkan."Karena kita punya jauh lebih banyak kemungkinan daripada bintang di langit. Entah itu suatu kemungkinan yang baik atau buruk."
Sepersekian detik terpaut di antara mereka. Hening mengisi ruang kosong di sela wajah keduanya. Dengan lembut, Mark menyisipkan surai rambut cokelat legam milik Donghyuck ke belakang telinga kirinya. Cahaya jingga matahari sore menimpa tulang pipi Donghyuck. Menyihirnya menjadi salah satu makhluk terindah yang pernah Tuhan ciptakan. Petang itu, Mark menarik pinggang Donghyuck dan mengajaknya berciuman lembut di bawah rona jingga München.
Mark tidak pernah menghitung berapa banyak ia telah menciumnya. Terlalu banyak, sampai deretan angka itu terlupa begitu saja. Bibirnya yang sanggup meluluhkan Mark seutuhnya, begitu manis dan adiktif. Kecupan lembut itu berakhir begitu saja, terbawa alur yang terburu oleh napas keduanya. Mark tersenyum dan seperti biasanya, Donghyuck akan tersipu malu, seakan-akan mereka baru saja berciuman untuk yang pertama kalinya.
"Kita akan baik-baik saja, sayang. Percayalah," ujar Mark dengan lembut setelah ciuman itu selesai.
"Sol y Luna"
Sun and MoonA markhyuck fanfiction
start : 9 December 2018
end :
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfiction"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...