"Apakah kamu melihat Donghyuck?" Mark bertanya ke Hyunjin yang baru saja menyulut rokoknya di halaman depan. Lelaki bernetra merah mengkilat itu menatap Mark sekilas lalu mengendikkan bahu. Ia saja baru datang, mana mungkin ia tahu keberadaan mate milik Mark itu. Pria bermarga Lee itu sudah mengitari rumah duka, berharap melihat kehadiran Donghyuck. Ia mengusak rambutnya kasar, frustasi karena semuanya terasa begitu sulit.
Bau khas pria manis itu memang tidak tercium di segala sisi. Entah menghilang kemana, yang jelas Donghyuck tidak lagi berada di sini. Jejaknya hilang dibawa aroma sehabis hujan yang menguar dari semak dan tanah basah. Langit telah berhenti menemani tangis belasungkawanya, menyisakan beberapa genangan. Mark merasa bodoh karena sudah meninggalkan Donghyuck begitu saja. Ia lupa bahwa kekasihnya juga butuh perhatian, tetapi ia lebih mengedepankan perasaan Jeno.
Seusai berpamitan, Mark pergi mencari Donghyuck menggunakan Audi miliknya. Biar ia sibak segala penjuru Seoul demi menemukanya. Anak itu pasti kehujanan dan akan dilanda flu. "Dasar bodoh, tidak becus!" Mark memukul stir mobil keras-keras. Merutuki dirinya sendiri yang kembali membuat kesalahan. Ia takut kalau nanti Donghyuck tidak mau memaafkan kesalahannya. Ayolah, mereka baru saja berbaikan.
"Jangan seperti ini, Haechan. Aku minta maaf," Mark bermonolog disusuli satu tetes air mata. Ia tak bisa berhenti menangis jika itu sudah bersangkut paut dengan Donghyuck. Ia tak rela kehilangannya lagi, apa lagi harus merasakan apa yang Jeno alami. Mobilnya berjalan pelan menyusuri jalan yang tidak begitu ramai. Berhenti ketika netranya menangkap bayang sekilas di bawah pohon besar taman.
Ia memberhentikan mobilnya dan segera berlari ke arah pohon. Bau manis itu sekilas membelai hidungnya, tak lagi sirna dalam hujan, semakin jelas saat jarak di antara mereka terkikis. Itu pasti Lee Donghyuck. "Haechan!" Mark berteriak dengan kedua kakinya yang mengambil langkah besar-besar. Lelaki mungil itu menoleh, menatap Mark tanpa harap.
"Kenapa kamu berlari, sayang? Sekarang kamu basah kuyup," Mark berujar kecewa. Ia menangkup pipi anak itu dengan lembut, terasa dingin dan basah di saat yang bersamaan. Mark takut Donghyuck mendapatkan flu setelah ini, ia benci melihat kekasihnya sakit. Pria mungil itu tidak menjawab, memilih untuk bungkam.
"Kamu menangis? Jangan." Mark berucap sambil membuka kemeja hitam yang ia kenakan. Membiarkan badan atasnya terbuka dan terbebas dari helaian benang. Kemeja itu ia sampirkan di bahu Donghyuck. Tidak begitu membantu memang, tetapi cukup untuk menahan angin yang sedari tadi berhembus di sekitar baju basahnya. "Ayo pulang, nanti kamu sakit." Ucap Mark, lengan kekarnya segera menggendong Donghyuck.
Donghyuck hanya menerima saat Mark menggendongnya tanpa persetujuan. Lengan kurus itu mengeratkan pelukan pada badan dan bahu sang dominan. Air matanya mulai turun saat hembusan napas Mark menyapu lehernya. Mengingatkannya tentang rasa bersalah yang tak kunjung hilang. Mark memang ada di sisinya, entah apa yang membuatnya merasa bahwa jarak mereka sejauh antarbenua.
☆
"Lain kali jangan pergi tanpa aku ketahui. Kalau kamu kenapa-kenapa bagaimana? Haechan mau melihat hyung sedih?" Mark berkata sembari menempelkan plester penurun panas di dahi Donghyuck. Benar saja, sesampainya di mansion, anak itu langsung bersin-bersin dan demam. Donghyuck menggeleng pelan, tentu ia tidak mau melihat Mark sedih hanya karenanya. Tangisnya sudah reda, tubuhnya terasa lebih nyaman sekarang karena perilaku Mark.
"Sup jagung dan ayam katanya bagus untuk orang yang sedang demam. Aku suapi ya," Mark berujar lembut. Tangannya menyodorkan satu sendok kuah sup dengan potongan ayam dan jagung. Bau masakan itu sungguh menggoda, membuat Donghyuck membuka mulut dengan senang hati. Pria jangkung itu tersenyum manis saat melihat sang kekasih makan dengan baik. Tugasnya sekarang bertambah karena harus mempertaruhkan nyawa untuk manusia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfiction"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...