"Hyung." Donghyuck melirihkan panggilan untuk Mark saat netranya menangkap sosok jangkung di samping. Mark menatap tunangannya dari atas, lalu segera duduk untuk menyamakan jarak. Mata bengkak dan memerah, sisa menangis tadi yang belum hilang. Ia menatap Donghyuck sayu, seperti samsak yang dipukuli hingga rusak. Tatapannya begitu terluka dan sedikit kosong, tidak seperti hari yang lalu.
"Sayangku." Suara serak efek terlalu banyak mengeluarkan air mata itu lolos dari bibir Mark. Tubuhnya mendekat untuk memberikan Donghyuck pelukan erat. Hatinya remuk saat merasakan tangan sang tunangan yang ringkih dan meraba lengannya. Jarum infus telah menembus kulitnya tangannya, cukup untuk memukul Mark dengan rasa bersalah. Air mata seperti ingin turun kembali, tetapi Donghyuck menyuruhnya untuk diam dengan lembut. Seolah mengerti.
"Maaf, aku terlalu bodoh." Mark berujar pahit, tidak berani menatap Donghyuck langsung di manik mata. Tubuh sang dominan bergetar hebat, seperti memikul beban seisi langit. Terdengar berlebihan, tetapi segalanya terasa berat sekarang. Donghyuck menggeleng tak setuju, ia justru memberikan Mark kecupan di kelopak mata yang membengkak. Menyuruhnya untuk tetap tenang.
"Aku tak apa. Lihatlah," Donghyuck berucap dengan senyum manis. Mark yang melihat senyum itu malah kian tersakiti. Sebentar lagi ia akan dengan mudah menghapus senyum manis itu, menggantinya dengan ekspresi kesakitan, dan tersiksa. Mark merasa gagal, titik paling gagal di hidupnya. Ia merenggut kisah dan mimpi anak yang belum cukup umur untuk mengandung. Mereka benar, Mark adalah monster.
"Donghyuck. Maaf, tetapi kamu sedang mengandung anakku." Mark akhirnya menguarkan fakta yang sedari tadi lidahnya tahan. Pria jangkung itu menatap ragu tunangannya. Tidak peduli jika Donghyuck akan menyalahkannya detik itu. Lelaki manis di atas ranjang rawat itu terdiam, ekspresinya berubah datar seketika. Waktu seakan membeku di depan mata mereka, denting jam membelah sunyi, dan Mark hanya sanggup membisu.
"Anak kita." Donghyuck akhirnya angkat bicara, ia memberikan usapan lembut di perutnya. Senyum manis menohok hati Mark untuk kala yang tak lagi terhitung. Donghyuck tidak menunjukkan kesedihan setitikpun, tunangan Mark itu justru tersenyum. Lengan satunya yang bebas dari jarum infus menarik tangan Mark lembut, meletakkannya di atas perut. Pria dominan itu tertegun bisu, telapak tangannya mengusap lembut letak anak mereka untuk sembilan bulan ke depan.
Sedari tadi Mark menggigit bibirnya kuat, mencoba menahan air mata agar tidak kembali turun. Sayangnya, hujan itu datang kembali saat ia melihat senyum manis nan lugu milik Donghyuck. Ia menangis karena melihat tunangannya yang begitu mudah menelan fakta pahit. Tidak menganggapnya sebagai luka, Donghyuck justru menunjukkan muka bersyukur karena karunia Tuhan.
"Sudah cukup menangisnya, matamu sudah bengkak." Donghyuck berujar lembut. Jemarinya menyusuri bekas air mata di pipi Mark, menghapusnya dengan penuh hati. Pria jangkung itu menarik tubuhnya mendekat, kembali memeluk Donghyuck. Kau tahu? Detak jantung seorang mate adalah obat terampuh untuk menenangkan alpha. Seperti detak jantung konstan milik Donghyuck, sukses membuat Mark terlelap dalam posisi terduduk.
☆
"Jaga Donghyuck, Mark. Mendiang Diana pasti berharap banyak padamu." Dad berucap tegas, menatap putra tunggalnya yang terdiam. Netra milik Mark memilih untuk menyapu habis panorama kota dini hari dari rooftop. Dengusan halus terdengar, Mark mengangguk pelan. Tetapi hatinya mantap, ia benar-benar akan merelakan apapun untuk membuatnya tetap hidup dalam suka.
"Aku tahu kamu tidak mau mendengar ini. Tetapi jika sesuatu buruk terjadi, jangan pernah membenci anakmu seperti aku dulu." Sang ayah akhirnya mengatakan apa yang selama ini terpendam di tenggorokan. Mark menoleh ke arah pria paruh baya itu, senyum tipis terbit di bibirnya. Ia senang karena dad mau mengakui perilaku buruknya yang lampau, menjadikannya pelajaran untuk hidup Mark ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfiction"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...