"Mom, tetap di sini dengan penjaga dan maid. Jangan pergi kemana-mana," Mark berujar cepat setelah mendapatkan telepon dari dad. Lelaki itu menyuruhnya datang secepat mungkin ke gedung agung. Ada bahaya yang berhasil menerobos pertahanan pertama gedung itu. Tak disangka, karena selama yang mereka tahu, pengamanan gedung itu setara penjagaan perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.
Mark berlari keluar membawa tas punggung hitam berukuran besar. Isi tas itu tak lebih obat-obatan, perban, dan beberapa senjata api sederhana dengan ratusan peluru. Ia mengendarai mobil tanpa mengindahkan aturan lalu lintas, menerobos lampu merah tanpa rasa bersalah. Panik menyelimuti tubuh itu seutuhnya, tidak mau pertahanan mereka runtuh hanya karena serigala hitam kurang ajar.
Di pertengahan jalan, audi yang dikendarai Mark harus dicegat oleh beberapa pria berpakaian hitam. Mereka memblokir jalan di depan, memaksa Mark keluar dari mobil. Sebelum keluar, pria jangkung itu menyembunyikan satu senjata api di celananya. Mana tahu ada serangan tiba-tiba. Ia keluar dengan wajah kaku, netra cokelat muda dan violet miliknya berkilat penuh amarah.
"Buenos días," salah satu dari tiga pria itu menyapa Mark dengan bahasa Spanyol. Itu Wooseok yang sudah siap bertarung dengan tangan kosong. Mark hanya mengendikkan bahu kesal, masih terlalu pagi untuknya mematahkan leher seseorang. Ia memilih untuk berjalan mendekat, hingga jarak mereka sebatas langkah.
"Minggir. Jangan halangi jalanku," alpha dalam tubuhnya menghardik kasar, hampir kehabisan kesabaran. Wooseok justru mendengus remeh, sama sekali tidak takut dengan sisi dominan sang alpha. Ia justru bersiap membentuk kepalan tangan untuk meninju Mark. "Aku bilang minggir, sialan!" Habis sudah kesabaran yang dimiliki alpha itu, ia mendorong Wooseok hingga terpental satu meter ke belakang.
Ia berjalan mendekat, menghampiri Wooseok yang masih terlentang di tengah jalan beraspal. Punggungnya pasti bergesekan parah dengan tekstur aspal yang kasar. Sementara dua pria lain berjalan ke lain arah, mereka meneriaki Mark. "Waktu, Mark. Kau membuang waktumu sia-sia!" Ini hanya akal-akalan mereka untuk mengulur waktu Mark, tetapi pria itu malah terjebak dalam permainan ini.
Pria jangkung itu tidak peduli, ia tetap menghampiri Wooseok yang masih kesakitan. "Dile a los demonios en el infierno, dejaron a sus hijos aquí." Mark berujar dingin dengan mata membunuh. Ia menginjak leher Wooseok dengan kekuatan penuh, sementara sang empu mengerang kesakitan. Mark menumpahkan seluruh emosinya detik itu ke leher Wooseok, menghancurkannya dengan mudah. Memutus pompaan darah dari jantung.
☆
"Senang bermain-main dengan Wooseok, Mark?" Azel menyambut Mark di depan pintu masuk gedung agung. Serigala hitam yang lain memblokir jalan menuju pintu masuk, tak menyisakan celah. Mark mendengus malas, ia mendekati Azel dengan mata bersungut. Netra setajam bilah pisau yang dimilik keduanya beradu, seakan bertarung lewat tatapan yang membunuh.
"Nama yang kau sebutkan tadi sudah kembali ke neraka." Mark mengentak kakinya yang tadi digunakan untuk menginjak leher Wooseok hingga hancur parah. Ia mendapatkan tinju kuat di ujung bibir setelah mengucapkan itu. Mark tersentak ke belakang, memegangi luka yang tercipta di ujung bibirnya. Sial, kekuatan Azel ternyata tidak berubah, masih sama kuatnya.
"Kau dalam bahaya, Mark. Salah bertindak sedikit saja, akan membuat nyawamu dan Donghyuck dalam bahaya." Azel mendekati Mark yang masih mengernyitkan dahi karena perih. Pria kelahiran Vancouver itu balas menatap Azel tanpa takut, ia marah karena tak seharusnya mereka mengikutsertakan manusia dalam masalah ini. Hal tak terhindari bisa terjadi kapan saja.
"Kita bertarung, kerahkan semuanya. Siapa yang memenangkan pertarungan berhak memutuskan pilihannya tanpa persetujuan yang lain." Azel berujar mutlak, setelah itu suara dentuman terdengar luar biasa keras. Kabut putih melayang-layang di langit, menghablurkan pandangan ke depan. Mereka berpencar, membuat taktik dengan serangan menyebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfiction"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...