"Hyung?" Donghyuck kembali bertanya, tangannya berusaha memeluk tubuh Mark yang menjulang dengan canggung. Mark tak pernah menuntut suatu pelukan lebih dulu sebelumnya. Biasanya Donghyuck yang meminta mereka untuk berpelukan, tetapi tidak untuk sekarang. Mark memeluknya lebih dahulu, ia juga menangis di bahu sempit itu. Suara tangisnya membelah waktu sore menjelang malam, menyayat hati yang mendengar.
Jika sebelumnya Mark yang selalu melihat titik terapuhnya, kini giliran Donghyuck melihat titik terapuh pria ini. Mark tampak kosong, manik mata itu hampa tanpa ujung. Air mata Mark membasahi bagian bahu pada kaus yang dipakai Donghyuck. Dekapannya masih erat mengunci tubuh pria yang lebih mungil, tidak menginginkannya pergi untuk sekarang.
"Donghyuck," Mark berkata lemah, kepalanya berputar dalam lorong abstrak tak berujung. Luka-luka di pipi dan rahangnya terguyur air matanya sendiri, memunculkan rasa perih. Kondisinya naas, penuh dengan luka dan bengkak, ditambah parah oleh air matanya yang tumpah bagai air terjun. "Ya, hyung?" Donghyuck balas bertanya. Hening mengisi detik-detik yang berselang, menambah syahdu.
"Kepalaku sakit," Mark mendesis. Ia memejamkan mata untuk menahan pukulan-pukulan hebat di kepalanya. Tubuhnya hampir oleng karena sakit luar biasa di kepala itu, alpha itu menguras tenaganya. Meninggalkan rasa sakit di kepala, membuatnya sulit berdiri tegap. "Aku tahu, itu pasti karena hyung terluka," Donghyuck berucap, meringis saat melihat banyaknya luka memenuhi muka dan rahangnya.
"Sebentar, aku akan mengambil kotak pertolongan pertama." Donghyuck berkata dengan lembut, kemudian melangkah ke sudut ruangan untuk mengambil kotak putih itu. "Tidak, tidak boleh," Mark menarik tubuh mungil itu ke arahnya. Tarikannya membawa tubuh Donghyuck oleng ke belakang, keduanya terjatuh di atas sofa. Donghyuck menindih Mark, matanya terbelalak lebar, terkejut dengan perlakuan yang tiba-tiba itu.
Mark terdiam, menatap Donghyuck dari jarak yang sungguh tipis. Menatap manik mata cokelat kayu yang membelalak lebar, bulu mata lentik menghiasi di atasnya. Bibirnya penuh dan terlihat lembut, merah alami seperti biasanya. Detak jantung yang berderu terasa di kulit Mark, Donghyuck gugup, Mark tahu itu. "Maaf hyung, aku harus mengobati lukamu."
Donghyuck berdiri dan kali ini benar-benar berjalan untuk mengambil kotak pertolangan pertama. Mark tak henti mengikuti setiap gerak-geriknya, entah ia yang masih dalam pengaruh alpha atau memang ini merupakan keinginan hatinya. "Terima kasih," Mark berbicara dengan nada yang pelan. Donghyuck tersenyum, mengeluarkan cairan antiseptik dari dalam kotak.
"Shit, perih," Mark mengumpat ketika bola kapas yang basah dengan cairan antiseptik itu menyentuh luka di ujung bibirnya. "Maaf, ini supaya lukanya cepat sembuh," Donghyuck berkata. Mark meringis, ia harus menahan perih cukup lama karena banyaknya luka yang ia dapatkan. Menyebar di pipi, hidung, ujung mata, ujung bibir, dan rahang bawahnya. Pukulan yang diberikan Azel ternyata berdampak parah padanya.
Mark sering berkelahi dengan alpha lain, tak jarang pula dirinya merasakan pukulan alpha kelelawar atau rubah merah. Tetapi pukulan ini terasa lebih intens, tak pernah ia merasakan pukulan seperti ini sebelumnya. Radar alpha nya juga tidak bisa mendeteksi keberadaan alpha di dalam diri Azel. Ia baru menyadari itu ketika mencium feromon menyeruak dari tubuh Azel. Biasanya Mark dapat mengenali seorang alpha dalam satu tatap.
Serigala putih adalah makhluk imortal, tetapi mereka masih bisa merasakan sakit dan terluka.
"Nah, sudah selesai." Donghyuck tersenyum manis, jemarinya menempelkan plester terakhir di rahang bawah Mark. "Terima kasih, sungguh aku berterima kasih," Mark berkata, sedikit menundukkan kepalanya. Donghyuck mengangguk, membenarkan rambut Mark yang berantakan. Jemarinya menyibak rambut Mark ke belakang, membuka pintu karisma terbaik yang dimiliki pria asal Vancouver itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfiction"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...