"Aku sudah menemukannya, ayah," suara serak itu mengisi ruang hampa, manik mata kelabunya berkilat, menatap pria yang lebih tua. Luka cakar yang memanjang dari ujung alis hingga pipi itu tampak begitu mencolok, tak tersembuhkan atau pudar. Tak hilang walau waktu berlalu, meninggalkan manusia dengan peradaban terdahulunya. Ditatapnya sosok anak keduanya yang masih selamat hingga kini.
"Siapa yang kau maksud itu, Azel?" Tanya pria itu lagi, mata dengan bekas luka cakar yang mencolok itu menatapnya serius. "Anak yang dijaga oleh Johnny selama peperangan, aku sudah menemukannya." Azel berkata, rokok di antara jari telunjuk dan tengah itu ia buang ke lantai, kemudian ia menginjak rokok itu dengan sepatunya. Azel menatap sosok ayahnya dengan serius, ada api yang berkobar hebat di dalam manik mata kelabu itu.
"Mark Lee? Anak yang sangat diagungkan para bedebah itu? Diakah yang kau maksud?" Mata ayahnya terbelalak, tak percaya bahwa anaknya berhasil menemukan anak agung dari klan serigala putih berdarah murni. "Iya ayah! Ia kini sedang berpacaran dengan manusia biasa. Ayah bisa duduk tenang sekarang, sebab pacarnya sudah berada dalam genggamanku. Kita bisa memanfaatkan pacarnya untuk membalas dendam!" Azel bergebu-gebu, penantian lama itu seperti tersaji di depan matanya.
"Tidak semudah itu, Azel. Bagaimanapun juga, kita tidak akan bisa mematikan klan serigala putih. Kita bukan Tuhan! Kau lupa bahwa mereka imortal?" Seru ayahnya, tampak kesal dengan apa yang baru saja anaknya katakan. "Kita memang tidak bisa mematikan klan bedebah itu, ayah. Tetapi kita bisa membunuh klan lainnya! Klan serigala putih pasti akan didesak untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang kita berikan," ucap Azel lagi, tak mau kalah.
"Sebaiknya kau pikirkan lagi rencana itu, jumlah kita hanya dua puluh. Secara logika, tidak sebanding dengan jumlah klan rubah merah, kelelawar, dan serigala putih," ayahnya menyudahi. Pria tua itu melangkah masuk ke dalam ruang tanpa penerangan, memilih untuk beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk bekerja esok hari.
"Kurang ajar!" Azel berteriak, membanting vas bunga yang terdapat di atas meja makan. Menghancurkannya hingga berkeping, membangunkan alpha yang terkurung di dalam dirinya. Persetan dengan mati, ia hanya ingin membalaskan dendamnya pada klan bedebah itu. Apapun caranya, Azel tidak peduli.
☆
Siang itu.
Donghyuck menghabiskan siang hingga malamnya dengan Mark, berjalan di hamparan kebun bunga beraneka yang merekah. Ia meminta Mark memotret dirinya di sebelah bunga-bunga indah yang menjadi favoritnya. Jarinya akan membentuk tanda peace, senyumnya tak kalah indah dengan bunga-bunga disana, membuat Mark tertegun beberapa kali. Cahaya matahari menembus awan lalu menyapa tulang pipi Donghyuck, membuatnya bersinar layaknya bintang terterang.
Berbagai foto Donghyuck kini telah menghiasi galeri ponsel Mark, dan Mark tidak menolak. Lagi pula Donghyuck terlihat indah di semua fotonya. Diam-diam jari telunjuk Mark menggeser layar ke kanan dan kiri, menatap setiap foto Donghyuck dengan senyum manis di bibirnya. Donghyuck tentu menyadari itu dan ia bisa merasakan rona merah menjalar di kedua pipinya. Mereka sama-sama tersipu malu, lucu sekali.
"Mark hyung, mau lihat juga! Jangan melihat fotoku sendirian," akhirnya Donghyuck bersuara sembari menarik-narik lengan Mark. Mark menatap ke bawah, mendapati pria mungil yang hanya setinggi bahunya itu merengek. Donghyuck mengerucutkan bibirnya, membuat Mark harus menahan tawanya karena ekspresi lucu itu. "Tidak mau," ujar Mark. Ia menjulurkan lidah, menjauhkan ponselnya, melambaikan ponsel itu di udara.
"Hyung! Jangan pamer tinggi!" Donghyuck merengek, berusaha meraih ponsel di tangan milik Mark. Hal yang sia-sia karena ia tak mungkin menyandingi tinggi pria kelahiran Vancouver itu. "Ayo ambil," Mark kembali menjulurkan lidah, semakin menjahili Donghyuck dengan meninggikan tangannya. Donghyuck malah terlihat seperti anak koala yang bergelantungan pada dahan pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfic"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...