Hari ketujuh.
Donghyuck terbangun cepat dari suara alarm yang mengagetkan gendang telinga. Ponselnya segera ia ringkus untuk menekan opsi dismiss. Cahaya mentari telah menyelinap dari tirai putih tembus pandang, membawa hangat di pagi hari. Sisa hujan kemarin malam mulai mengering, berbaur dengan panas yang dihantarkan matahari. Hari yang ditunggu pria manis itu akhirnya tiba.
"Sayang. Sudah bangun? Mark baru saja bangun tadi, kau-" ucapan mom di ujung pintu harus terpotong begitu saja karena Donghyuck yang langsung berlari keluar. Wanita itu hanya tertawa kecil melihat tingkah lakunya. Ia memilih untuk menyusul Donghyuck yang pastinya sudah berada di kamar Mark sekarang. Hatinya menghangat tatkala ia melihat wajah Donghyuck yang sumringah. Air mukanya berbeda pagi ini dan itu mengingatkannya tentang matahari.
"Mark hyung!" Donghyuck berteriak semangat, tak peduli suara itu akan mengganggu Mark yang baru saja terbangun. Pria mungil itu berlari ke arahnya, segera memeluk Mark tanpa pikir panjang. Tangisannya pecah ketika ia merasakan lengan sang dominan menekan tubuhnya mendekat. Pria kelahiran Vancouver itu tak banyak berbicara, hanya memeluk erat dan mendengarkan Donghyuck yang menangis dengan suara kencang.
Ketika kulit mereka bersentuhan kembali, ada sedikit sengatan kecil. Hal itu tentunya tidak mengganggu mereka sama sekali. Donghyuck masih bertekuk di samping ranjang, lengannya melekat di sekitar badan Mark. "Aku tidak mau kehilangan lagi," Donghyuck meringis di sela tangisnya yang mulai mereda. Netra cokelat kayu dan cokelat madu itu bersirobok setelah sekian lamanya.
Warna cokelat madu itu masih teduh nan tenang seperti biasa. Tak ada lagi kekosongan yang menetap di dasar lensa, bukti bahwa Mark telah bahagia. Ia tersenyum manis pada Donghyuck kemudian mengangkat pria itu ke atas tubuhnya. Dada mereka yang masih terbalut pakaian, sentuhan tak langsung kulit menyapa. Dengan begini, Mark akan lebih leluasa memeluk dan mengecupnya jika diizinkan. Pria yang lebih kecil itupum tak menolak, malah merasa senang.
"Aku di sini. Kamu tidak akan kehilangan lagi," ujar Mark dengan tenang. Tangannya menyusup masuk ke balik kaus yang dikenakan Donghyuck. Lihai mengusap punggungnya halus, menikmati reaksi yang diberikan sang empu. Tangisannya berhenti setelah Mark melakukan itu, merah padam telah melukis kedua pipinya. Mungkin karena belum terbiasa.
"Janji ya?" Pria manis itu bertanya, ia mengacungkan jari kelingkingnya. Tawa kecil keluar dari mulut sang dominan, perilakunya masih sama seperti anak kecil rupanya. Donghyuck mengerucutkan bibirnya kesal karena ulah Mark. Menambah gemas yang sanggup membuat hatinya meledak. Mark mengaitkan jari kelingking mereka yang kontras akan ukuran. Janji telah terikat dan hari itu menjadi saksi bisu kejadiaan ini.
"Hyung tidak marah jika aku menciummu?" Donghyuck tiba-tiba bertanya tanpa sebab. Detak jantungnya berpacu lebih cepat, terasa di kulitnya walau berlapis kain. Seperti biasa, anak itu selalu gugup. Mark menatapnya lurus, berkemerlap layaknya melihat langit seribu bintang. Detik memaku mereka sejenak, sengaja mengulur sang waktu untuk menatap masa depannya.
"Why should I be mad at the love of my life?" Mark balik bertanya dengan nada yang sungguh menenangkan. Kalimat itu sukses menghadirkan rasa yang tak pernah singgah di hati Donghyuck. Pria jangkung itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Masih dengan tatapan yang tak kunjung berpindah. Jika tujuan Mark adalah merebut hati Donghyuck detik ini, berarti ia telah berhasil sepenuhnya.
Pria dominan itu memajukan bibirnya lebih dahulu, tak mengindahkan keinginan Donghyuck yang ingin menciumnya duluan. Bibir mereka bertemu serasi, menjadi sejarah baru untuk dua anak adam itu. Mark yang lebih handal mengambil alih, melumat bibirnya lembut. Menciptakan ciuman yang penuh dengan kasih sayang, waktu berdentang perlahan untuk mereka. Bibir Mark memandu dengan baik, menyusaikan tempo awal. Tidak ingin terburu-buru, biarkan mereka memulai lembar baru kehidupan dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfiction"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...