fünfunddreißig

6.5K 729 75
                                    

"Tadi 'kan sudah aku katakan jangan lari-lari, sunshine. Lihat, sekarang kamu dan bunga mataharinya jatuh." Mark berucap dengan air muka yang khawatir. Ia mendekati Donghyuck yang terduduk setelah tersungkur ke aspal taman belakang. Lutut kanannya ditekuk, menunjukkan luka gores yang cukup parah. Ada sedikit darah di sana, belum lagi sikunya yang lecet. Buket bunga tadi jatuh dan sepertinya hancur di beberapa kelopak bunga.

"Ini gara-gara hyung. Aku benci, aku benci!" Lelaki mungil itu berteriak sembari memukul-mukul bahunya. Ia merenggut kesal, menyalahkan Mark yang bahkan tidak bersalah. Pria jangkung itu hanya mendengus, membiarkan sang kekasih untuk memukuli bahunya. Donghyuck mengeluarkan bening kristal dari matanya. Lukanya terasa cukup perih saat angin semilir menghempas.

"Jagoan tidak boleh menangis!" Mark berucap, sedikit panik saat melihat lelaki yang lebih muda itu mulai menangis. Ia segera mengusap jejak air mata di pipi Donghyuck. Menggantinya dengan kecupan singkat di pipi yang sempat dihiasi air mata. Donghyuck memejamkan mata, meresapi kecupan ringan yang Mark tinggalkan di pipi. Kini ia mulai tersadar, feromon milik sang dominan begitu lembut dan sanggup meluluhkan hati.

"Sunflower, Haechan minta maaf." Lelaki manis itu berkata lirih, menatap bunga matahari yang tangkainya patah,  beberapa kelopaknya juga hancur. Ia merasa bersalah karena merusak buket bunga yang telah Mark beli. Sang tegap menatapnya datar, senyuman pahit membubuhi bibirnya. Tertegun dengan perilaku Donghyuck yang lebih menghargai pemberiannya daripada dirinya sendiri yang terluka.

"Nanti aku akan memerintahkan maid untuk membeli buket bunga matahari yang baru, Haechan. Jangan sedih." Mark berujar lembut, kemudian mengusap pucuk kepala Donghyuck. Pria jangkung itu merentangkan lengannya dan menggendong sang kekasih. Ia membawa Donghyuck masuk untuk dibersihkan lukanya. Seperti biasa, Mark tidak pernah repot meminta izin untuk menggendongnya.

-

"Ih, perih, hyung!" Donghyuck memprotes ketika kapas yang dibasahi antiseptik menyentuh luka di lututnya. Lelaki manis itu merintih, menahan lengan Mark untuk kembali maju. Pria yang lebih tua itu mendengus pelas, tangan yang satunya menarik dagu si mungil. Mencoba mengalihkan rasa sakit dengan menciumnya lembut, menghantarkan rasa hangat yang turun ke lubuk hati. Donghyuck selalu menerima ciuman Mark tanpa kecuali, sejenak eksistensi perih meluap.

"Kamu boleh menciumku lagi kalau lukanya sudah diobati. Sabar sedikit ya, sayang." Mark berucap lembut setelah melepas pagutan bibir mereka. Netra cokelat madunya menatap Donghyuck lekat. Membuat lelaki yang lebih muda terpana beberapa detik, tunggu, ia bahkan sudah terpana pada pesona Mark sejak kecil. Ia mengangguk setuju, seakan terhipnotis oleh rupa sang kekasih yang begitu menawan.

Rambut hitam legamnya yang ditata acak sedikit menutupi dahi, kacamata dengan bingkai favorit Donghyuck, rahang tegas, bibirnya yang mengatup saat berkonsentrasi mengobati luka. Mark hanya perlu bernapas normal dan orang lain dengan mudah akan tunduk pada segala karismanya. Bahkan Donghyuck sendiri sering menganggap ini mimpi belaka. Mark terlalu sempurna, tanpa cela, tidak sepertinya yang penuh kekurangan.

"Sudah selesai. Kamu hebat, sunshine!" Mark berucap senang setelah tangannya berhasil menempelkan plester terakhir di siku. Didapatinya Donghyuck yang tidak lagi fokus pada lukanya. Sang kekasih justru memahat atensi di wajah Mark, menatapnya dengan lensa yang dalam. Senyum tipis yang hinggap di bibir penuh Donghyuck, cukup membuat Mark kehilangan alasan untuk tidak menciumnya lagi dan lagi.

"Menatap siapa? Lihatlah, matamu seperti ada galaksi." Mark berucap sembari menangkup kedua pipi Donghyuck. Ia tidak sedang melebihkan kalimat, galaksi di matanya memang benar. Netra cokelat kayu yang menatap Mark itu penuh dengan bintang-bintang. Banyaknya mungkin sanggup menyandingi sinar sang sirius. Kalau dipikir ya, netra Donghyuck memang tercipta dari serpihan sirius.

Sol y Luna ☆ markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang