Setelah Mark mengirimkan sinyal untuk mundur, suasana menjadi kental dengan rasa takut yang dominan. Mereka mulai berdiri dari duduk, menajamkan pandang ke segala penjuru. Serangan bisa datang dari segala sisi, membuat suasana kalang kabut. Mereka bisa mendengar derap lari kelelawar dan rubah merah dari kejauhan, tetapi radar mereka tak berhasil menangkap kehadiran serigala hitam.
Dugaan bahwa mereka menghilangkan sinyal yang tertanam dalam tubuh alpha kian menguat. Semua alpha memang ditanamkan sinyal pendeteksi di nadi lengan. Belum ada yang bisa mencabut sinyal itu sampai sekarang, namun serigala hitam seperti membantah perkataan itu. Belum ada yang tahu pasti, tetapi kemungkinan besar mereka berhasil mencabut sinyal krusial itu tanpa kehilangan nyawa.
"Mereka tidak terdeteksi, eh?" Jeno bertanya, sengaja menyenggol bahu kanan Mark. Pria itu mengangguk, tak banyak berbicara karena sibuk menebar pandang. Muncul tanda tanya di kepala Jeno, tetapi ia tahu bahwa Mark pasti tak mengetahui alasan dari serigala hitam yang tidak terdeteksi ini.
"Semoga kode tidak terbocorkan," dad berujar pelan di samping Mark. Lelaki separuh baya ini mendengus setelah mengatakan hal itu. Kode yang ia bicarakan merupakan tanda pengenal satu-satunya dalam medan perang. Alpha dirancang untuk mengelabui musuh dengan rupa dan bau. Mereka bisa memalsukan rupa dan menyamarkan bau yang menjadi tanda pengenal mereka.
Jika kode itu bocor dan diketahui oleh sekutu, maka akan sulit bagi mereka untuk membedakan siapa teman, siapa musuh. Hal itu pasti berdampak sangat buruk pada perang, bisa saja sekutu menyeludup sebagai teman dan menghancurkan mereka dalam diam. Jangan sampai hal itu terulang kembali, mereka harus belajar dari kesalahan teknik perang nenek moyang.
"Rubah merah dan kelelawar datang! Tanyakan kode di gerbang benteng, Mark!" Jeno berteriak dari belakangnya. Mark melompat menuju depan gerbang, siap dengan siapapun yang ingin masuk ke dalam benteng pertahanan terakhir. Netra cokelat madu dan violet itu tajam menatap, mendeteksi setiap alpha yang masih terengah di depan gerbang benteng.
"Hyunjin, berapa sisa klanmu?" Mark bertanya pada pria dengan netra merah mengkilat. Hyunjin menengok ke belakang sebentar, menghitung kepala yang berhasil selamat dari pertahanan di utara. Ia terluka di bagian alis hingga pipi, ada serigala hitam yang mencakar mukanya. Pemimpin klan memang menjadi sasaran utama dalam perang.
"Enam puluh lima dari seratus." Hyunjin berujar lemah, ada sirat kesedihan yang terlukis di air mukanya. Bagi seorang pemimpin klan, akan sulit jika mereka kehilangan jumlah. Populasi alpha yang tidak menyandang status imortal kian menurun setiap tahunnya. Kematian lebih banyak daripada kelahiran. Hanya beberapa dari manusia yang bisa membawa keturunan alpha murni.
"Kodemu? Pastikan semua yang ikut denganmu adalah rubah merah." Mark berujar dingin. Ditatapnya satu persatu netra merah mengkilat yang mereka punya. Rupa dan bau juga ia perhatikan, manakala ada yang berusaha memalsukan. Hyunjin tersenyum tipis, kemudian menyeka darah yang masih menetes dari luka cakar yang membentang dari atas alis hingga tulang pipi.
"XY-9965134." Hyunjin berujar datar, mendapatkan anggukan dari Mark. Segera ia mengirimkan sinyal agar gerbang utama di buka, mempersilahkan rubah merah untuk masuk ke dalam. Jeno pasti langsung bertindak cepat mengobati beberapa dari mereka yang terluka. Gerbang utama di tutup kembali, menunggu perintah selanjutnya dari Mark.
"Ray, berapa sisa dari klanmu?" Mark kali ini bertanya pada pemimpin para kelelawar. Jumlah mereka banyak karena unggul bertahan dalam setiap kondisi. Tingkatan terendah tak berarti menyusutkan keahlian mereka dalam beradaptasi di segala tempat. Kelelawar tetap ditakuti karena darah manusia masuk ke dalam menu makanan mereka.
"Seratus lima puluh dari dua ratus," Ray berujar cepat, netra hitam pekat miliknya memicing. Populasi kelelawar lebih banyak karena cara berkembang biak mereka yang tidak sulit. Ditambah keahlian bertahan hidup di segala kondisi akan memperpanjang umur kelelawar. Walaupun arogan, mereka tetap memiliki sifat bertanggung jawab akan inang yang telah ia hisap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sol y Luna ☆ markhyuck
Fanfic"Kamu adalah matahari, Donghyuck." Pria mungil itu tersenyum, matanya terbenam karena lipatan pipi yang tercipta dari sebuah senyuman. "Wahai matahari kecilku, maukah kamu menikahi sang rembulan?" - story by vy ♡ #1 markchan - 8 April 2019 ⚠️ omegav...