Prolog

144 8 0
                                    


Shelyf mengerjap beberapa kali, langit-langit rumahnya tampak begitu
berbeda pagi ini. Senyum sinis kembali terukir diwajahnya, ternyata dia masih hidup, Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertahan dan artinya dia harus kembali menghadapi banyak kenyataan hidup lagi dan lagi.

Shelyf terbangun dan menatap nanar pintu kamarnya yang pada bagian engselnya terdapat sedikit bercak merah yang merupakan bekas darah, darah dari Amelia, Ibunya. Semalam, Aris yang merupakan Ayah kandungnya menyiksa dia dan Ibunya habis-habisan. Kepala Amelia dengan kejam dibenturkan pada engsel berwarna emas itu. Rasanya sesak sekali mengingat bagaimana teriakan-teriakan itu terputar kembali dengan mengerikan dikepalanya. Otaknya tak bisa begitu saja menghapus bagaimana Aris menendang Amelia pada bagian perut dengan sepatu hitam legam yang keras hingga Amelia lemas, air matanya-pun langsung surut. Entah bagaimana nasibnya malam tadi, dan tiba-tiba dia terbangun disini, diatas ranjangnya dengan beberapa nyeri yang menyambut paginya. Semalam, atau tepatnya 7 jam yang lalu. Aris pulang ke rumah dalam keadaan emosinya yang sedang terkoyak karena suatu masalah yang Shelyf tak pernah mengerti. Tiba-tiba dia memecahkan semua barang di ruang tamu hingga membuat Amelia terbangun dan mencoba menghentikan perbuataannya, Aris berhenti dan menatap tajam Amelia sebelum memukulnya habis-habisan. Kemudian dia menyeretnya ke kamar Shelyf yang membuat Shelyf langsung mencoba menghentikan apa yang pria itu lakukan pada Amelia. Shelyf berusaha melepaskan cengkeraman tangan itu dari rambut Amelia. Hal itu ternyata malah menyulut kemarahan dari Aris, dia kemudian memukuli dua wanita itu habis-habisan hingga Shelyf merasa pusing dan akhirnya tak sadarkan diri.

Kilatan kisah semalam itu membuatnya menatap tajam memar dipergelangan tangannya, cengkeraman tangan itu terlalu kuat hingga membuatnya mencetak merah keunguan di permukaan kulit pergelangan tangannya. Rasa sakit pada fisiknya itu tak terasa lagi, karena semuanya telah biasa terjadi, sehingga rasanya, tubuhnya telah terbiasa dengan pukulan dan makian yang menaungi hari-harinya. Walau kadang banyak sekali nyeri yang sudah lama bersahabat dengannya. Menyedihkan sekali takdirnya, harus bersahabat dengan luka. Shelyf mengusap wajahnya kasar, bahkan air matapun tak lagi menetes karena tangisnya telah teramat banyak keluar. Shelyf hanya bisa terdiam dan menganggap kejadian itu sebuah kenangan, kenangan menyedihkan pastinya. Shelyf hanya memejamkan matanya pasrah. Yang paling penting sekarang adalah bagaimana dia bisa terus hidup seperti biasanya. Sudah jam 6 pagi, sudah waktunya dia bersiap-siap untuk ke sekolah.

Shelyf mengenakan sweater rajut ungu itu untuk menutupi bekas luka ditangannya. Setidaknya dia tak harus menerima tatapan bertanya dari beberapa orang di sekolahnya. Shelyf menuruni tangga, mengambil bekal makanan yang sudah disiapkan di meja dan langsung berangkat sekolah. Sepagi ini biasanya Aris masih tertidur pulas, dan Amelia? Wanita itu pasti butuh banyak waktu pemulihan setelah apa yang terjadi semalam, walau pengalaman mengerikan itu bukan pertama kali terjadi tapi dia tetaplah manusia biasa yang membutuhkan waktu untuk memaafkan setiap kesalahan orang-orang yang telah menyayat hatinya begitu dalam.

Shelyf biasa pergi ke sekolah dengan menggunakan Bus umum, walau dia mempunyai Sopir pribadi. Shelyf memilih diam mematut dirinya ditengah ramainya Bus ini.

Shelyf, kamu akan tetap baik-baik saja

Perkataan dari Amelia itu selalu berhasil membangkitkan semangatnya walau memang sangat sulit baginya hidup ditengah bisu dan sedih yang semakin kelabu. Shelyf selalu mencoba untuk bertahan walau setiap hari akan selalu ada bagian dari tubuhnya yang terluka. Pria itu, dia bahkan tak pantas disebut sebagai seorang Ayah, saat sepanjang yang ia lakukan hanyalah memukuli Amelia, Shelyf dan adiknya. Tapi Shelyf selalu berusaha membunuh rasa dendam yang selalu tumbuh dihatinya, dia masih saja bisa memaafkan ketika pergelangan tangannya hampir patah dan kepalanya hampir remuk.

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang