Dua Puluh Tujuh

11 1 0
                                    

Malam ini terlewatkan dengan cerita-cerita panjang tentang orang-orang hebat disekitarnya. Selain karena malam ini untuk pertama kalinya ia menerima gaji yang lamat-lamat ia tunggu datangnya, ada kisah-kisah yang baru ia ketahui tentangnya. Dia mungkin bisa menutupi keterkejutannya pada Nevan, Bobby, dan Dika dengan baik. Tapi dia tak cukup bisa mencerna semuanya dengan baik. Otaknya terus memikirkan kata demi kata, Kalimat demi kalimat yang diutarakan mereka semua. Mulai beberapa malam yang lalu, Jo yang mengantarkannya pulang. Jo tak pernah membiarkannya pulang sendirian ke rumah lagi, Jo selalu merasa khawatir dengan Shelyf dan juga keadaan kota Jakarta yang akhir-akhir ini menjadi semakin kurang aman. Saat perjalanan itu dimulai, baru setengah jalan, Jo tiba-tiba melambatkan laju motornya dan dengan perlahan-lahan menepi dipinggir jalan yang sepi. Dijalan itu hanya ada dirinya dan Jo yang melintas, keadaan malam yang semakin memekat membuat suasana sekelilingnya seolah semakin menyeramkan. Shelyf melamun, pikirannya masih berkutat dengan apa-apa yang dibicarakan oleh orang-orang di Bakery. Bahkan sampai Jo menepikan motornya dan mematikan mesinnya dia belum juga kembali tersadar dari lamunannya. Jo terdiam sesaat, dengan tubuhnya yang menegang penuh waspada dan sorot mata gelap itu ia menatap sekitar.

Shelyf baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi saat merasakan motor yang tubuhnya tumpangi tak lagi bergerak dan deru mesinnya berhenti meraung-raung. Shelyf mengernyitkan alisnya, dirinya kemudian menyentuh pundak Jo untuk melemparkan sebuah pertanyaan padanya.

" Kok berhenti disini, Kak" Shelyf bertanya dengan heran. Lampu-lampu jalanan yang menyala menandai malam yang semakin larut membuat matanya sanggup melihat jalanan yang lenggang dan panjang didepannya. Rumahnya masih jauh, masih sekitar 600 meter lagi tapi tubuhnya malah berhenti di pinggir jalanan dengan diam yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

" Kita ada yang ngikutin" Jo berkata dengan lirih dan suaranya terdengar kaku, Shelyf bersiap menoleh untuk melihat siapa yang mengikutinya larut malam begini, tapi sebelum sempat kepalanya menengok kebelakang Jo sudah memperingatkannya dan melarangnya untuk menoleh.
" Jangan noleh, nanti orangnya curiga. Lihat aja di kaca spion motor" Shelyf kemudian dengan hati-hati menatap spion motor Jo. Dibelakangnya, mungkin 50 meter dari tempat mereka berdua berhenti ada mobil hitam yang berhenti. Lampu jalanan yang sinarnya sedikit meremang karena bulan sabit yang sinarnya tertutup mendung bulan Oktober membuat penglihatannya terbatas untuk membaca plat mobil hitam yang berhenti dibelakangnya. Takut mulai membuat jantung Shelyf berdetak dengan lebih cepat. Apalagi, Jo yang malah terdiam dan tidak mengatakan apapun setelahnya malah menambah lebih buruk suasana menegangkan malam ini. Shelyf menghela nafas, dari kaca spion dan lampu yang bersinar kurang terang membuatnya sukar menelisik siapa yang berada didalam mobil itu.

" Siapa dia?" Shelyf bertanya dengan hati-hati, cengkeraman tangannya pada pinggang Jo ia pererat untuk menghalau dingin sekaligus takut yang perlahan mulai menguasai kesadarannya. Nafasnya sedikit memburu karena menahan sesuatu seperti ketakutan dari dalam dirinya sendiri. Bola matanya bergerak gelisah mencari ketenangan di langit Oktober yang tertutup mendung. Ini benar-benar terasa buruk.

" Gue gak tahu, yang pasti itu bukan orang-orang suruhannya Papa. Kalaupun orang itu niatnya jahat, saat kita berhenti udah pasti orang-orang disana akan turun buat nyerang kita. Tapi mereka diem, berarti ada tujuan lain" Jo yang terbiasa dengan kejahatan malam, seolah dapat membaca setiap situasi yang sedang terjadi. Diamnya Jo hanyalah analisis semata untuk mencari tahu tindakan apa saja yang harus dilakukannya. Didepan musuh, jangan sampai dirinya terlihat merasa terancam walau hanya sedikit saja karena hal itu yang nantinya malah akan membuat musuh menemukan kelemahan-kelemahan lain dalam dirinya. Dan dari kelemahan itulah akhirnya ia dapat terbunuh. Jo paham betul teori-teori yang terbentuk dengan sendirinya di dalam otaknya tersebut. Pengalaman panjang memang melahirkan teori-teori hebat yang kebanyakan terbukti dengan tepat.

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang