Dua Puluh Sembilan

16 1 0
                                    

" Hei.." Nevan datang dengan membawa sebuah kain kanvas yang telah dibingkai dengan kayu membentuk sebuah persegi panjang yang siap untuk dilukis. Dia lalu menyiapkan cat minyak dan pensil untuk melukis objek-objeknya nanti. Dengan sedikit interupsi dan arahan, Nevan mengajarkan kepada Shelyf bagaimana cara memulai melukis dengan benar.

Shelyf masih sangat kaku walau hanya untuk sekedar memegang kuas untuk melukis padahal banyak yang ingin ia lukiskan diatas kanvasnya.

Shelyf dan Nevan lalu mulai melukiskan apa saja yang ada di dalam imajinasi mereka, Shelyf telah bisa memegang kuasnya dengan lebih sempurna walau kadang masih terlihat sedikit kaku. Nevan hanya berkata bahwa untuk menghasilkan lukisan yang indah, kita hanya perlu membayangkan bagaimana gambar itu terbentuk di otak kita dan kita hanya perlu mengikutinya menggunakan tangan kita apa yang ada dalam imajinasi, dan gadis itu mulai mengalirkan semuanya seperti seharusnya. Shelyf awalnya menggambar salah satu tokoh kartun anak-anak dengan rambut merah tebal panjang yang sedikit mengembang dengan tangannya membawa sekeranjang penuh stroberi. Dan Nevan, pria itu menyembunyikan seperti apa lukisan yang akan terbentuk di atas kanvasnya. Seolah-olah sebuah karya besar sedang ia susun sehingga tak seorangpun boleh menatapnya, termasuk Shelyf.

Keahlian Nevan dalam melukis sangat terlihat disini, berbeda dengan dirinya yang masih menggunakan pensil untuk sketsanya sebelum akhirnya mewarnainya dengan menggunakan cat minyak, Nevan telah menggunakan cat minyak yang meresap di antara bulu halus kuas ditangannya tersebut untuk melukis, dia tidak lagi memerlukan sketsa dan seolah telah akrab dengan semuanya. Nevan sudah terbiasa dengan apapun itu yang berkaitan dengan seni sehingga ia tidak perlu menggunakan pensil sebagai dasar lukisannya. Kuasnya adalah pensilnya, dan semuanya akan berjalan seperti apa yang ada di dalam imajinasinya.

" Jadi lo gambar apa?" Shelyf mulai penasaran dengan gambar Nevan yang seolah sengaja disembunyikan darinya, bingkainya sedikit terangkat hingga pandangan Shelyf tidak dapat menjangkaunya. Saat Shelyf mulai ingin menengok apa yang tersembunyi disana, dengan senyum jahil Nevan sengaja mengangkat tinggi-tinggi bingkai kanvas itu hingga membuat mata Shelyf tidak bisa menilik apa yang imajinasi Nevan telah salurkan. Senyum khas Nevan muncul saat tangannya dengan tinggi mengangkat bingkai kanvas itu, Shelyf menggeram sebal.

" Rahasia dong"

" Coba lihat, gue pingin tahu" Shelyf masih berusaha mendekat dan menelisik gambaran yang tercipta di balik bingkai kanvas itu. Tapi Nevan malah semakin tinggi mengangkat bingkainya lalu tertawa mengejek pada Shelyf.

" Terserah lo, deh" Shelyf kembali duduk dan bersikap bodo amat terhadap hasil lukisan Nevan walau dalam lubuknya ia merasa sangat ingin tahu.

Bersamaan dengan menikmati secangkir teh panas, Shelyf dan Nevan kembali melukis apapun yang ada dipikirannya masing-masing. Nevan sesekali melirik wajah tenang Shelyf saat melukis. Ditengah-tengah keseriusan dalam menuangkan imajinasi itu, ada banyak sekali obrolan yang terjadi antara keduanya. Karena diam dikala berdua bukanlah hal yang menyenangkan.

" Jadi lo lagi mikiran apa?" Nevan bertanya sembari tangannya tak henti mengoleskan cat-cat minyak tersebut diatas lukisannya yang misterius.

" Gue gak tahu, awalnya gue mikir mau gambar Spongebob....yang gue inget bentuknya persegi tapi malah disini bentuknya oval, yaudah gue ganti jadi Plankton tapi akhirnya malah kayak gini" Shelyf menunjukkan karyanya yang tampak lebih menyerupai gambar unicorn yang disampingnya terdapat gadis berambut merah yang membawa sekeranjang penuh stroberi, Nevan tertawa pelan melihat lukisan gadis didepannya ini.

" Tapi bagus, kok" di sela tawanya pria itu tetap memberikan pujian tulus. " Mau lihat punya gue gak?" pria itu menambahkan. Shelyf mengangguk pelan.

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang