Tiga Belas

21 3 0
                                    

Tak terjelaskan, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Shelyf kala membaca surat ini. Untaian puisi itu mengalun begitu indah dan ukiran Setiap hurufnya seakan menjadi sesuatu yang menghangatkan relungnya sepagi ini. Hari ini hari Kamis, istimewa sekali rasanya mendapatkan untain kata manis dari seseorang yang tak ia kenal.

Ada bagian dari dirinya yang merasa bahagia menerima hadiah setiap paginya, menerima perlakuan istimewa dari seseorang yang terbatas jarak dengannya, ketika bahkan di dunia tak ada seseorang yang mau memperlakukan dirinya dengan cukup pantas. Rasanya bahagia sekali, mengenyam hari dengan sesuatu yang sepertinya hanya ada dibuku cerita kuno. Tapi semua yang ia dapatkan saat ini, dia tak bisa menjamin akan berakhir indah kisahnya.

Namun, tak dipungkiri 60% dari jiwanya merasa sedikit takut dan was-was. Tidak menutup kemungkinan bahwa itu hanya akal-akalan Valencia untuk semakin menjatuhkannya. Di dunia ini, banyak hal yang dapat menyakitinnya. Setiap hari rasanya semakin berat, menatap helai rambutnya yang semakin memanjang dan menatap takdir yang seakan tak pernah berpihak padanya. Orang-orang jahat itu, ingin ia membalas satu persatu mereka dengan lebih kejam tapi selalu ada saja hal yang memukulnya telak dan membuat dia terkurung kembali dengan kata kalah dan tertindas yang seakan melekat padanya sejak Valencia melakukan banyak hal itu. Jika ia tidak mempercayai Tuhan, mungkin ia akan mencakar Valencia dan membunuhnya diam-diam dengan cara yang paling kejam supaya gadis itu tahu sakit yang selama ini bersarang di dadanya. Tapi, sekali lagi itu bukan kuasanya untuk membalas orang-orang jahat yang hadir di hidupnya. Ia serahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa, hukuman apa yang pantas untuk orang-orang jahat itu telah perbuat, Dia yang tahu segalanya. Dan Shelyf selalu menanam keyakinan pada dirinya sendiri bahwa apa yang kita beri adalah apa yang akan kembali pada diri kita nanti. Kita tidak bisa mengikuti apa kata amarah agar hidup kita bahagia.

Apapun itu, Shelyf hanya ingin tahu seseorang yang mengirimkan coklat dan bunga ini setiap pagi padanya. Berhenti memusingkan orang yang jahat, ia hanya memiliki waktu untuk balas mencintai orang-orang yang juga menyayanginya. Maka terhitung dari pagi ini, dia tak akan memakan lagi coklat yang diberikan orang misterius itu. Hari ini, adalah terakhir dia memakan cokelat ini. Kapanpun dan siapapun bisa menjatuhkan dia dengan cara yang paling kejam dan Shelyf tak mau menjadi bodoh dan merasa begitu istimewa hanya karena ini. Percayalah, dijatuhkan, dipermalukan di depan umum dan dipandang rendah bukanlah hal yang menyenangkan. Dan hal itu bukanlah cita-cita semua orang untuk mencicipi masa-masa pahit dan menyedihkan itu.

Orang bilang, masa terindah adalah saat berada di bangku SMA. Tapi kenapa di hidup Shelyf masa terindah itu malah menjadi masa yang paling ingin cepat ia lewati dalam hidupnya. Apa hanya dia yang merasa seperti ini? Sendiri dan terkucilkan diantara semua teman-temannya hanya karena satu orang membencinya. Apa hanya dia yang se-menderita ini karena hidup dalam kurungan kisah yang selalu menempatkan dirinya pada posisi paling sulit. Orang bilang, saat kita berada di bangku SMA kita bisa tertawa selepas mungkin tanpa beban apapun. Tapi kenapa Shelyf harus menangis dan berkali-kali hancur oleh alasan yang sama? Apa Tuhan pilih kasih padanya? Apa hidup membencinya? Apa takdir tak berpihak padanya? Pertanyaan itu selalu mengambil alih benaknya yang selalu berusaha biasa saja menghadapi semuanya. Tapi kembali lagi, hidup tak akan menjadi lebih baik saat kita mengatakan bahwa kita sedang lemah.

Karena selalu sibuk dengan pikirannya sendiri membuat Shelyf tak sadar bahwa kelas telah ramai. Lalu lintas di depan kelasnya tampak lebih ramai, lalu lalang dari beberapa siswi maupun siswa yang baru datang membuat nafasnya sedikit memburu. Tiap pagi, tiap hari dia selalu berdoa agar hari-hari yang ia lewati bisa berjalan dengan semestinya tanpa ada gangguan dari mereka yang telah berbuat jahat padanya. Tapi, hari-hari itu seolah jarang sekali datang padanya.

" Kok ngelamun?" Suara itu datang secara tiba-tiba, disusul dengan suara tas yang dijatuhkan asal di atas bangku sebelahnya membuat Shelyf tersentak kaget. Dia menoleh dan menatap gadis yang kini rambutnya digerai dan setengah basah tersebut. Rachel menatapnya dengan raut bertanya.

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang