Dua

66 4 0
                                    

" Mampus lo! " Valencia semakin tertawa puas melihat air mata Shelyf mengalir deras. Rasanya konyol sekali melihat secara langsung tatapan mata sok berani itu baginya. Valencia membenci siapapun yang berani melawannya, bahkan hanya menggunakan tatapan mata. Tangannya sanggup mematahkan keberanian gadis yang tadi sempat menatapnya dengan berang. Valencia memang Ratu disini, seseorang yang dipuja maupun di takuti tapi lebih banyak dibenci dan diam-diam dicaci maki. Valencia selalu bangga ketika dirinya di elu-elu kan sebagai orang yang paling ditakuti di sekolahnya.

" Gue gak suka cara lo ngeliat gue dengan mata menjijikkan lo itu! " Valencia mengacungkan jari telunjuknya, membentak gadis tak berdaya didepannya dengan keras. Bahkan ketika dia bukan orang terkaya di se-antero negeri ini, tapi mengapa dia bisa bersifat seperti ini seolah-olah sebagai penguasa dunia dan seisinya. Rasanya Shelyf ingin membalas menampar pipi Valencia, tapi ia urungkan. Jika ia melakukannya, lantas apa bedanya dia dengan Valencia?

" INGET YA LO! " Valencia menarik dengan keras rambut Shelyf hingga kepalanya terjungkal kebelakang, Shelyf mengernyit menahan sakit yang mulai menelusuri kepalanya.
" Lo tuh bukan siapa-siapa, jadi lo gak usah sok ngelawan gue! " Ucapnya dengan lantang. Membuat mata Shelyf langsung semakin gencar mengeluarkan air matanya, menunjukkan bahwa dia lemah dan semakin kalah. Dia bukan siapa-siapa, dia hanya Pecundang yang keluar dengan wajah bodoh, meninggalkan sang Juara yang memang selalu pintar menguasai panggung. Shelyf baru dapat bernafas dengan baik ketika cengkeraman tangan itu terlepas dan nyerinya mulai mereda, tapi tidak dengan sakit hatinya. Rasanya begitu terhina, di permalukan di depan umum membuat mentalnya benar-benar hancur. Walau mungkin hal ini terjadi telah berulang kali dan ini adalah yang kesekian kalinya. Tapi rasanya masih tetap sama malunya. Shelyf benar-benar ingin membunuh dirinya sendiri. Dan selamat untuk Valencia!, dia menang dan memang akan selalu menang. Telah menjadikan Shelyf makhluk menjijikan yang tunduk dibawah kakinya.

Semua orang yang melihat hal itu hanya sanggup saling berbisik ria, mengatakan bahwa apa yang dilakukan Valencia telah berlebihan. Tidak hanya menyiksa Shelyf secara verbal, tapi dia telah melakukan kekerasan secara fisik. Tapi sekali dan beekali-kali lagi, mereka hanya diam. Mereka tak punya kekuatan lebih untuk membantu Shelyf.

Semuanya terdiam saat Valencia masih memandangi wajah Shelyf dengan lekat, tanpa menghilangkan senyum sinis-nya yang tajam. Diamnya Valencia semakin membuat suasana itu menjadi Rajanya sepi yang menggila. Rata-rata yang melihat hal itu hanyalah para siswi yang sekedar ingin tahu, sementara para Siswa sudah bosan melihat dan mendengar ulah Valencia. Walau Valencia mempunya wajah yang sangat cantik, dengan mata segaris dan bibir tipis ranumnya. tapi rasanya bagi mereka memuakan sekali, bahkan juga sangat menjijikan mendengar namanya atau melihat wajahnya. Mereka memilih tak peduli daripada berurusan dengan seseorang yang jelas-jelas hidupnya pembawa masalah bagi orang lain.

Setelah diam yang memancing penuh tanya bagi sebagian orang itu, Valencia mengambil gunting di saku rok abu-abunya yang sangat mini untuk ukuran anak SMA. Seakan telah terencana dan terorganisir sebelumnya, 4 Algojo pribadinya juga mengeluarkan gunting dari sakunya masing-masing. Valencia mengedikan matanya kepada teman-temannya, dan tanpa kata lagi mereka menggunting secara acak rambut Shelyf. Surai hitam legam panjangnya itu langsung berjatuhan ke lantai dengan menyedihkan. Sesak rasanya langsung menghimpit dadanya dan mematahkan rusuknya. Ketika tangan dan kakinya bahkan tak sanggup bergerak saat tangan-tangan itu berkeliaran menyusuri rambutnya dan memotongnya secara acak. Selingan tawa menghina langsung menggelegar. Rasanya seperti ingin mati saja, rambut yang menjadi kebanggaan setiap gadis se-usianya harus jatuh tak tertata seperti ini. Shelyf hanya menangis dengan menutup wajahnya yang membuat hal ini tampak semakin gila. Bagaimana mungkin ini terjadi kepada-nya? Kenapa mereka begitu tega? Apa yang telah mereka makan hingga bisa sebegitu jahatnya? Bagaimana Mama-Papa-nya mendidiknya dulu sampai mereka bisa berfikir dan berlaku sekejam ini.

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang